Chapter I

2 2 1
                                    

Seperti biasanya, Alice akan berbelanja bulanan di supermarket langganannya. Alice menyapa beberapa karyawan supermarket yang ia kenali.

"Kau belanja bulanan?" tanya Sailor, pria yang rumahnya berada di sebelah Alice.

"Seperti yang kau lihat, kau sedang mencari apa?"

Sailor menunjukkan sekotak susu dan sereal, "Mama memintaku untuk membeli ini," jawabnya.

"Ah begitu, ya sudah. Aku akan ke kasir dulu untuk membayar ini semua," pamit Alice. Gadis itu mendorong troli yang berisi belanjaan miliknya menuju kasir.

Alice Norin Allexander. Sudah hampir 10 tahun ia menetap di Kota Amsterdam. Hidup Alice hanya seperti pelarian, setiap 10 tahun sekali ia akan berpindah kota ataupun negara. Ia tak mau membuat orang-orang di sekitar menjadi curiga kepada Alice. Saat bertambahnya usia bukannya semakin tua, Alice malah terlihat cantik dan awet muda. Bahkan diusianya yang sudah masuk 258 tahun itu, ia terlihat seperti gadis berusia 18 tahun.

Alice kini sudah berjalan menuju rumahnya dengan dua kantung plastik berukuran besar di kedua tangannya. Alice adalah sosok gadis ramah jika dikalangan para tetangganya. Bahkan hampir satu komplek mengenal siapa Alice, gadis yang tinggal sebatang kara di rumah yang besarnya.

Setiap pindah negara ataupun kota, Alice selalu membeli rumah dengan ukuran yang besar. Alasannya adalah jika Alice nanti butuh tempat pelarian, gadis itu cukup mencari rumahnya saja.

Alice memasuki pekarangan rumahnya, tidak ada siapapun di rumah ini selain Alice. Alice segera masuk ke dalam rumahnya dan segera meletakkan belanjaannya pada tempatnya masing-masing.

Alice mengambil ponselnya yang ada di saku jaketnya yang menampilkan sebuah panggilan dari seseorang. Alice segera mengangkat telfon itu.

"Halo?"

"Hey kau! Kenapa kau lama sekali mengangkat telfon dariku!?"

"Maaf, aku habis berbelanja tadi. Ada apa?"

"Nanti malam datang-lah ke tempat biasa,"

"Ah, dalam rangka apa?"

"Kau lupa!? Aku hari ini baru saja masuk bekerja, aku ingin merayakannya denganmu!"

"Kau ingin merayakan bersamaku atau bersama pria-priamu itu?"

"Ah kalau itu urusan belakangan, tapi yang terpenting kau harus datang!"

"Dasar kau!"

"Ingat! Kau harus datang!"

"Oke, bisa diatur."

"Bagus! Aku harus kembali bekerja dulu, bye Alice!"

Alice menutup telfon dari Riana, temannya di sini. Alice beranjak dari dapur dan menuju kamarnya yang ada di lantai 2. Alice merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Apa kau tidak rindu denganku Alice?"

Alice tersentak dengan mind-link yang berasal dari sahabatnya yang ada di pack asalnya, "Apa itu kau?"

"Tentu. Apa kau tidak ingin kembali ke pack?"

Alice tersenyum kecut, "Entahlah, aku tidak ingin mengingatnya lagi."

"Ayolah! Kita semua di sini merindukanmu, apa kau tidak?"

"Sedikit,"

"Sudah dua ratus tahun kau pergi dari pack dan kau menutup semua mind-link kami,"

"Aku tidak memutup mind-link denganmu," kilah Alice.

"Ya! Kau memang tidak menutup mind-link denganku! Tapi kau menutup mind-link ke semua penghuni pack kecuali aku!"

The ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang