Bagian 3

5 0 0
                                    

🍁🍁🍁

Para siswa-siswi mulai berhamburan keluar kelas masing-masing, karena bel yang menunjukkan jam pelajaran telah berakhir baru saja berbunyi.

Isya berjalan santai meninggalkan kelasnya. Jangan tanya Terra kemana. Dia sudah duluan pulang karena ayahnya sudah menunggunya di depan.

Isya menyusuri trotoar jalan yang menghantarkannya menuju halte untuk menunggu angkutan umum.

"Dek, kerupuknya berapa?" Tanya Isya kepada seorang anak yang sedang duduk di tepian trotoar sambil melihat lalu lalang kendaraan yang melintas di depannya.

Terkadang miris melihat anak-anak yang sepatutnya masih duduk dibangku sekolah untuk menuntut ilmu, kini dipaksa untuk mencari rezeki hanya untuk sesuap nasi.

Itulah mengapa untuk urusan harta dunia kita dianjurkan untuk melihat ke bawah agar kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang saat ini kita miliki, bukan untuk mencaci dan menghina. Dan juga, jika kita melihat keatas hanya untuk urusan dunia maka keinginan terhadap dunia tidak akan ada habisnya alias tidak pernah merasa puas. Sebaliknya untuk urusan akhirat atau amal perbuatan kita dianjurkan untuk melihat ke atas, agar kita senantiasa lebih giat beramal untuk bekal akhirat.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda "Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)" [HR. Ibnu Majah].

"Eh, lima ribu rupiah, Ka"

"Kakak beli dua ya"

"Eh, uangnya kelebihan Ka, terus aku juga nggak punya kembalian" kata anak itu ketika melihat uang yang disodorkan Isya sebanyak dua lembar uang rupiah berwarna hijau.

"Nggak papa Dek, sisanya ambil aja"

"Beneran Ka nggak papa?" Tanyanya memastikan.

"Nggak papa, ini rezeki Adek"

"Alhamdulillah, makasih ya Ka. Semoga rezeki kakak selalu dilancarkan oleh Allah". Dengan mata berbinar anak itu mengambil uang dari tangan Isya

"Aamiin, semoga Allah juga melancarkan rezeki adek."

"Sekali lagi makasih ya ka"

"Iya sama-sama, ya udah kakak pergi dulu ya, makasih kerupuknya, Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam, terimakasih kembali ka"

***

Rasanya baru kemarin awal minggu di mulai, namun sekarang sudah memasuki minggu kedua masuk sekolah. Tanpa disadari waktu begitu cepat berlalu. Siang dan malam silih berganti, begitu juga dengan kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Itulah hakikat kehidupan sebenarnya, tak ada yang kekal abadi di dunia ini terkecuali Sang Pencipta langit dan bumi.

Terkadang terbesit dikepala mengapa waktu begitu cepat berlalu, namun pada saat dijalani terasa begitu lambat. Entahlah...

Namun ada yang lebih membingungkan lagi, katanya kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang singkat. Terlebih ummatnya Rasulullah yang hidupnya hanya berkisar 70-80 tahun selebihnya adalah bonus. Namun nyatanya masih banyak orang menggunakan waktunya untuk berleha-leha wabilkhusus anak muda zaman sekarang yang sibuk dengan gedget , sibuk galau sana-sini, sibuk dengan pasangannya, sibuk dengan hubungan illegalnya alias pacaran. Pertanyaannya apakah dengan kesibukan-kesibukan itu Allah akan mengakui kita sebagai hamba-Nya dan Rasulullah mengakui kita sebagai ummatnya? Padahal Allah dan Rasul-Nya tidak ada mengajarkan kita hal semacam itu.

BisyarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang