After The Rain

450 8 0
                                    

Gabriel Stevent Damanik

Ashilla Zahrantiara

Romance

http://levanikblog.wordpress.com/2014/05/20/after-the-rain/


After The Rain

Gerimis pagi ini tak mengurungkan niat Shilla untuk tetap mengayuh sepedanya menuju sebuah danau di dekat bukit. Dia terus mengayuh cepat pedalnya, dengan berharap segera sampai. Goncangan keras membuat ranjang di depannya bergetaran, rantang itu menghamburkan semua isinya, hingga berantakan.

Jalan setapak menyertai perjalannya. Pohon-pohon tinggi yang dipenuhi lumut itu terlihat lembab dan menambah suasana dingin. Tak terdengar kicauan burung centil menyumbat telinganya. Rasanya sepi.

Sepertinya tusukan air hujan semakin keras dan menyakitkan. Bukan lagi gerimis yang Shilla rasakan. Bak air terjun berada di atas kepalanya, menumpahkan seluruh air pada dirinya. Pandangannya yang terhalang dan bajunya terasa sangat berat, serta pedal yang semakin licin, membuatnya memperlambat lajunya.


Kini danau itu berada di depan mata. Tetesan air dari langit melukiskan gelombang-gelombang cantik di atas permukaannya. Mata Shilla berkeliling, memandang semua keindahan disana. Namun dia bukan tengah menikmatinya, melainkan mencari seorang pria yang telah menunggunya.

“Gabriel…”pangilnya lantang 

Biasanya pria itu duduk memandang langit di bawah pohon besar di tepian danau. Mungkin dia pergi saat hujan datang dan mengira Shilla tak akan menepati janjinya. Rasa sesal bersarang di benak Shilla. Seharusnya dia lebih cepat sedikit.

Saat ini Shilla hanya bisa duduk di akar pohon itu, sambil memegangi rantangnya yang sudah kosong. Makanan yang seharusnya mereka nikmati malah dinikmati hujan.

“krek” seperti teriakan ranting tua yang terinjak. Suara itu berasal dari belakang pohon itu.

Dengan rasa penasaran Shilla memutari pohon dan meneliti apa yang terjadi. Tiba-tiba seseorang dengan kaos panjang, dan celananya yang putih berlari menjauhi pohon. Itu Gabriel. Mengapa dia menghindar.

“tunggu.” Shilla berlari mengejar kemana lari pria itu. Namun dia terlalu cepat lenyap bersama hujan.

Setiap hujan datang dia menghindar. Bukan kali pertama Gabriel melakukan semuanya. Apa dia takut dengan hujan?. Mungkin dia hanya takut danau ini akan meluap karna hujan yang bisa membuatnya tenggelam. Sehingga dia berlari. Jika memang itu mengapa dia tak mengajak Shilla berlindung.

Matahari kembali terlihat. Awan hitam itu melebur, dan berhenti menangis. Keyakinan Shilla bahwa Gabriel akan kembali membuatnya tetap diam dalam posisinya yang terduduk.

Gabriel muncul dari balik gubuk tempat ia bersembunyi tadi. Dia duduk manis di samping Shilla, yang basah kuyub.

“hey..”sapanya ramah.

“hmm.” Shilla hanya membalas sebuah senyuman

Mereka terdiam menegakkan kepala.

“apa ada pelangi?” tanya Shilla sambil terus memandang langit, mengharapkan senyuman berwarna-warni terlukis indah di atasnya.

“tidak akan.” Jawab Gabriel dengan yakinnya.

“tapi aku ingin sekali melihatnya.” Memandang Gabriel dan berusaha menatapnya. Namun dia tak pernah bisa menangkap mata yang menyilaukan itu. Wajahnya bercahaya. Shilla kembali menatap langit.

Akhir Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang