TRULULULULUT.... TRULULULULUT
"Omi, telepon tuh,"
Omi buru - buru mendekatkan telinganyanya pada gagang telepon.
"Halo?"
"Benar ini dengan Rohmi Saofiah?" seseorang menjawab dari ujung telepon.
Omi diam beberapa detik, "Ya. Ini siapa, ya?"
"Nanti juga kamu bakal tahu siapa saya." Pria yang menelepon itu tidak mau memberikan identitasnya, "Kamu datang saja nanti malam jam sepuluh ke Mall di pusat kota."
"Lho... emang ini siapa, sih? Terus kenapa saya disuruh ke sana?" katanya penuh tanda tanya. Lipatan di keningnya menandakan bahwa Omi sedang berpikir keras.
"Kamu dapat tiket liburan gratis ke beberapa negara Eropa untuk enam orang,"
"Perasaan, saya tidak pernah ikut kuis, undian atau semacamnya,"
"Memang. Tapi takdir rupanya memilih kamu," Agak lama mereka dalam keheningan. "Bisa berbicara dengan orangtua atau temanmu atau siapa pun yang ada di dekatmu sekarang?"
Omi menoleh ke arah Lysya. "Nih, ada teman saya,"
"Lysya, ada yang mau ngomong sama kamu,"
"Siapa?" tanya Lysya.
Tak ada suara yang keluar dari mulut Omi. Ia hanya mengangkat bahunya menandakan ia tidak tahu siapa yang berbicara dengannya melalui telepon sedari tadi.
"Iya, halo?" Lysya angkat bicara.
Lysya dan orang di balik telepon itu berbicara cukup lama. Entah apa saja yang dibicarakan mereka. Hingga akhirnya gagang telepon telah kembali pada posisi semula. Perbincangan mereka sudah ditutup.
"Dia bilang apa?" selidik Omi.
Belum ada jawaban.
"WOYY! Apa saja kalian bicarakan? Dan siapa dia?
Rupanya Lysya tenggelam dalam lamunannya. Dengan tepukan tangan di depan matanya, Lysya pun tersadar.
"Ehhh... emmm... Tadi. Mmmm, tadi itu. Jujur aku juga tidak tahu siapa dia. Cuma tadi orang itu bilang kita dapat tiket gratis gitu, tapi kita harus bisa menyelesaikan misi darinya. Katanya sih, kita disuruh cari clue di Mall,"
"Mall yang di depan halte?" potong Omi. "Terus kamu percaya dan mau?" sambungnya.
"Awalnya sih nggak percaya. Tapi ..."
"Akhirnya kamu percaya juga, gitu?"
Lysya memanggutkan kepalanya perlahan. Kemudian ia duduk di atas spring bed persis di samping Omi, sahabat perempuannya sejak kecil. Omi menggerakkan badannya, begitu pula Lysya, kini mereka berhadap - hadapan.
"Kalau kamu nggak setuju sih, nggak apa-apa, Mi." Lysya menghela napas panjang.
Dengan wajah sedikit sedih sepertinya mampu merubah keputusan Omi yang sebenarnya menolak keras ajakan itu. Bibirnya mulai menyimpulkan senyum yang sempat hilang dari dirinya. Omi mau melaksanakan misi yang akan mereka jalani, berenam.
ᴥᴥᴥ
Titik - titik air mengiringi perjalanan mereka, airnya terasa masam di tanah yang kusam. Langit rupanya ingin memeras habis segala yang telah lama ditampungnya. Gerimis tak mau berhenti, melicinkan aspal dan membuat genangan di beberapa jalan berlubang.
Lucky melajukan mobilnya di tengah kegelapan. Sangat hati - hati. Di samping Lucky, Omi duduk tanpa bisa melepas pandangannya ke arah depan. Sementara itu Lysya duduk bersama Fariz di belakang kursi mereka dan Ryan beserta Anggi duduk di jok paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumcer: GAMES
Mystery / ThrillerBeberapa kisah tentang kematian yang dikaitan dengan sebuah permainan (Hanya kumcer, jadi alurnya agak cepet) Coming soon: versi novel Cover by me: ©2014 firdiramadhan.deviantart.com