Persiapan

240 42 3
                                    

TAEHYUNG_


Tiga hari sebelum keberangkatan.

Gue udah sampe di calon rumah tinggal kita, adalah pesan yang Mingyu kirimkan di grup WhatsApp KKN 60. Tak lupa, ia melampirkan beberapa foto sebuah rumah yang katanya akan menjadi tempat tinggal kami di Desa Mawar selama dua puluh hari ke depan.

Rumah itu terlihat normal, layaknya rumah di pedesaan pada umumnya. Pekarangannya lumayan luas, berisi beberapa tanaman hijau yang menyegarkan. Di dalamnya, ada beberapa petak ruangan: satu ruang tamu, satu ruang televisi, lima kamar tidur, satu dapur dan satu ruang makan. Sedangkan kamar mandi berada terpisah dari bangunan utama, terletak beberapa meter di belakangnya. Ada dua kamar mandi, satunya memiliki WC dan satunya tidak.

Sejauh ini, tidak ada yang aneh dari rumah tersebut .... Atau setidaknya begitu menurutku.

Selain Mingyu, ada Irene, Seokjin dan Wonwoo yang juga ikut melakukan survei lokasi. Mereka berempat berangkat dengan mengendarai mobil Mingyu. Lokasinya cukup jauh, tidak memungkinkan untuk menggunakan sepeda motor. Jaraknya kurang lebih lima jam perjalanan darat, itu pun jika tidak terjebak macet.

Alhamdulillah rumahnya bagus, balas Eunha kemudian.

Memang bagus, benar-benar jauh dari bayanganku. Aku sempat mengira kalau rumah tinggal sementara kami akan seperti rumah kayu atau gedek bambu. Rumah ini sudah memiliki ubin keramik yang layak, hanya kamar mandi dan bagian dapur rumah yang masih menggunakan gedek bambu dan beralaskan tanah. Namun, hal itu seharusnya tidak menjadi masalah, yang penting tempat lainnya tidak buruk dan pastinya bersih.

Dari segi peralatan, rumah ini juga udah lengkap banget. Udah gue tanyain ke si pemilik rumah, katanya kita cuman butuh peralatan pribadi aja. Sisanya, nanti bisa pakai punya Ibu Sri. Hamdalah. Irene membalas.

Seokjin juga menambahkan informasi lain di bawah pesan Irene sepersekian detik kemudian, Nanti kita akan dikasih tiga kamar. Kita juga bakal tinggal sama pemiliknya. Ada ibu sama bapak yang usianya sekitar lima puluh tahun, terus satu anaknya yang usia dua puluhan.

Rumahnya juga deket banget sama balai desa, tinggal jalan kaki doang. Jadi akses ke mana-mana tuh gampang banget, balas Wonwoo.

Okay thanks for the update, guys. Nanti, kalau ada kurang apa, bisa tolong di-list aja biar bisa tau, tulis Yugyeom.

Sip, dibahas lagi setelah kita pulang, ya. Irene menjawab sekaligus mengakhiri diskusi singkat di grup kami.


***


Dua hari sebelum keberangkatan.

Aku dengan segera mengecek ponselku begitu mendengarnya berdering. Satu pesan dari grup yang sudah kutunggu-tunggu ini akhirnya datang.

Daftar barang dan yang bertugas membawa: Kipas angin: Jeongguk & Mingyu. Terminal: Irene & Yugyeom. Galon: Eunha. Bak cuci: Taehyung, Wonwoo & Seokjin, tulis Irene pada grup chat kami.

Untuk pertama kalinya, aku akhirnya membalas dan ikut bertanya pada grup tersebut. Kendaraan gimana, Kak?

Oh iya, hampir lupa. Kita nggak mungkin bawa mobil karena susah juga buat mondar-mandir. Jadi, yang bisa bawa motor, tolong, ya? balas Seokjin.

KKN • KookV Horror FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang