Prolog

5 2 0
                                    

--- Jangan lupa di vote dulu ya sebelum membaca, karena vote kalian menjadi Miracle buat saya ---

----💞 Danke Schön 💞----

"Sasa...", Teriak seseorang dari kejauhan

"Iya, ada apa ?", Jawabku sambil menoleh ke arah suara itu yang tiba-tiba langsung memeluk ku.

"Kamu kemana aja sih ?", Tanya nya lagi masih sambil memelukku yang semakin erat.

"Oalah, kamu toh May", kataku sambil memeluknya juga.
"Ku kira tadi orang gila mana yang tiba-tiba asal meluk aku", ejek ku sambil melepas pelukan ku.

"Enak aja kamu bilang aku orang gila, kamu tuh yang udah kayak orang gila, gak ada kabar sama sekali, kamu pikir aku gak kangen sama kamu apa ?", Katanya sambil mencubit pipi ku.

"Udah donk Maya Az-Zahra, kamu sangka aku ini boneka ?", Kataku sambil melepas cubitan nya.
"Sakit tau, dari dulu gak pernah berubah sifat tukang cubit mu ya, mau", lanjutku lagi sambil mengelus pipiku yang sudah memerah.

"Makanya Melisa Roseline, kamu jadi manusia itu jangan tiba-tiba menghilang", ketusnya.

"Maaf ya may karna sudah buat kamu khawatir", kataku sambil menundukkan kepala.

"Aku gak mau maafin kamu sa", ketusnya lagi.
"Pokoknya kamu harus ikut aku jalan kemana aja hari ini, sebagai pembalasan ku", lanjutnya lagi sambil menggandeng tanganku dan membawa ku menuju ke parkiran mobilnya.

Selama diperjalanan, Maya tidak mau memberitahu kemana tujuan kami. Aku tahu Maya ingin menghibur ku hari ini. Bukan Maya namanya kalau dia tidak tahu semua masalah ku dan semua tentang diriku. Aku mengenal Maya sejak SMP. Sebenarnya Maya anaknya pendiam kalau sama orang lain, tapi ntah kenapa kalau lagi sama ku, sifat nya berubah 180 derajat. Dai selalu menghibur ku disaat aku lagi ada masalah, karna setiap aku ada masalah pasti aku akan menghilang selama seminggu, ataupun sebulan.
Tapi, Maya tidak tahu tentang rencana ku yang ingin melanjutkan studi ku ke Jerman.

"Sa, lihat kesini dong sa", katanya  yang membuyarkan lamunanku.

"Apaan sih may, kamu lagi nyetir loh", jawabku sambil menoleh kearah nya yang sedang memegang kamera ditangan kirinya.

"Makanya buruan, biar kelar fotonya", katanya sambil menghitung aba-aba untuk foto selfie.

"Satu.., dua.., ti.." katanya yang tidak sampai melanjutkan hitungannya ataupun melanjutkan foto kami berdua.

Kami tidak tau apa kelanjutan dari perjalanan kami hari ini. Aku tiba-tiba merasa ada seseorang yang samar-samar ramai menghampiri kami. Aku merasa badan ku susah untuk digerakkan. Dan setelah itu aku tidak sadarkan diri, dan mencoba untuk melupakan kejadian tragis itu.
Sampai akhirnya aku bertekad untuk melanjutkan studi ku ke Jerman. Walaupun menurut ku, tidak semudah itu melupakan kejadian yang saat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I Smile Again ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang