Awal Perkenalan

1.2K 7 0
                                    

Sebut saja namaku Anisa atau Nisa. Aku dulu kuliah di Binus ketika berkenalan dengan seorang laki-laki dari Facebook. Sebut saja orang itu Agung.

Pada awalnya, Agung meminta pertemanan dan mengirim chat padaku. Seperti laki-laki gombal di Facebook pada umumnya. Namun, aku tidak langsung membalas chat tersebut. Aku menganggap Agung cuma laki-laki ganjen yang tukang menggoda cewek di Facebook.

Dia terus mengirim pesan padaku hingga akhirnya aku balas dengan Y.

Aku cukup menikmati ketika dia rajin mengirim pesan, tapi tidak aku balas. Bagiku, dia cukup gigih karena walau aku tidak membalas hingga sekitar 10 chat, dia tidak marah.

Singkat cerita, kami berkenalan sambil basa-basi.

Agung sebenarnya pribadi yang cukup sopan, terbaca dari chat-chat yang dia kirim.

Tidak seperti kebanyakan cowok Facebook yang mengirim pesan tidak senonoh, Agung justru lebih sering menanyakan kabarku dan aktivitasku.

Apalagi saat aku memposting status galau, dia dengan cepat memberi like - lalu mengirim chat tanpa menulis di kolom komentar. Dia sungguh mengerti cara menjaga privasiku.

Kesopanan dan kerendahan hatinya semakin memikatku hingga akhirnya aku mau memberikan nomor HP ku kepadanya.

Pada saat itu, dia tidak menggunakan BBM. Jadi kami intens berkomunikasi lewat SMS dan sesekali melalui sambungan telepon.

Orangnya cukup menyenangkan dan nyaman diajak ngobrol. Suaranya berat dan dalam. Jujur saja, aku sangat menyukai laki-laki yang memiliki tipe suara seperti itu. Terdengar jantan dan berwibawa.
***
Suatu hari, aku yang tengah lelah sepulang kuliah, mengirimnya pesan. Aku berniat untuk curhat kepadanya.

Dia membalasnya agak lama.

Maaf, nis. Aku lagi nonton bola, tulisnya.

Nonton bola dimana?

Biasalah, pertandingan kampung.

Kamu suka main bola?

Nggak sih. Cuma terpaksa nonton karena teman-temanku ada di sini.

Dari situ, aku beranggapan bahwa dia bukanlah tipe orang yang egois.
***

Anggapanku diperkuat saat teleponan dengannya di lain kesempatan.

"Udah malam nih. Besok aku kerja," ujarnya.

"Tapi aku masih mau curhat."

"Yaudah, curhat tentang apa? Kalau tentang kamu, aku mau dengerin. Tapi kalau tentang cowok lain ....

Aku dengerin juga biar kamu happy."

Aku lalu curhat bahwa sebenarnya, saat itu ada teman kuliahku yang - memang aku suka.

Benar saja, dia terus mendengarkanku. Bahkan dia tidak segan menanggapi setiap keluhanku dan rasa galauku terhadap teman cowokku itu.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan jam 1 malam, aku mulai merasa ngantuk.

"Ya udah. Tidur nyenyak, ya. Kamu aja yang matiin teleponnya," ujar Agung.
***
Agung mulai menarik hatiku. Meski kami belum pernah bertemu.

Hal itu mulai aku rasakan saat dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku lewat SMS. Tepat tengah malam..

Dia mengaku sudah melihat dan mengingat tanggal lahirku dari Facebook.

Senang sekali rasanya diperlukan seperti itu.
***
Agung punya hobi nge-gym. Dia beberapa kali memposting progres tubuhnya di tempat gym, secara topless.

Kakak beradik itu adalah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang