Kedatangan di Bali

627 5 1
                                    

Setelah uangku cukup, tibalah saatnya aku bertemu dengan Agung di Bali. Rasa penasaran sekaligus was-was menyelimuti diriku.

Bagaimana tidak? Aku seorang gadis yang hendak menemui pemuda yang belum pernah aku temui sama sekali.

Selain karena dia menggunakan akun Facebook asli, Agung juga bertingkah sopan selama kami berkomunikasi lewat hp dan Facebook.

Selain rupawan, Agung juga pandai menjaga perasaanku.

Apalagi dia tinggal di Bali. Keindahannya aku bayangkan semakin luar biasa, jika ada orang seperti Agung yang menemaniku.
***

Aku meminta izin kepada ayah untuk jalan-jalan bersama temanku ke Jogja selama 1 Minggu. Aku berbohong seperti itu karena tidak ingin membuat ayah khawatir.

Sebelum itu, aku sudah meminta temanku yang asli Jogja untuk ikut bersekongkol. Bisa dibilang, kami berdua memang satu tipe. Jadi, rencanaku berhasil dengan mulus.

Kala itu menjadi saat-saat pertama kalinya aku pergi dengan pesawat sendirian. Tidak ada kawan untuk mengobrol ataupun sekedar swafoto bersama. Aku pun tidak bisa update status di Facebook, kalau tidak ingin rencana itu kacau.

Selama perjalanan, Agung terus-menerus menanyakan kabarku. Sepertinya, dia sungguh khawatir. Aku merasa senang diperhatikan seperti itu.
***
Setibanya di bandara, Agung rupanya sudah menunggu. Aku langsung mengenalinya lewat perawakan dan rambut di foto-foto Facebooknya.

Alamak ...

Aku tidak menyangka kalau tubuh Agung cukup tinggi. Mungkin sekitar 185 cm. Dia memakai kemeja kotak-kotak biru, lengkap dengan jaket jeans.

Bentuk tubuhnya yang atletis itu tidak terlalu kelihatan, tapi jelas terlihat bahwa tubuhnya proporsional sekali.

Agung melambaikan tangan kepadaku.

Koper yang aku bawa, langsung ditentengnya.

Perlakuan Agung begitu manis. Kesan pertama saat bertemu dengannya, dia adalah pria yang mampu menjaga perasaan orang lain.

Aku senang sekali.

Yang menarik dari pertemuan itu adalah, dia menjemputku menggunakan mobil pamannya. Sebuah mobil gaya 80an.

Beberapa orang memperhatikan kami. Namun, aku seperti tidak peduli dengan mereka dan masih terkesima melihat Agung.

Perjalanan ke rumahnya memakan waktu kurang-lebih 1 jam. Hal itu lantaran macetnya jalanan kota Denpasar dan kecepatan mobil yang tidak seberapa.

Selain itu juga, untuk ke rumah Agung, harus melewati jalan berliku pegunungan.Suasananya sangat berbeda dengan jalan di puncak, Bogor.

Agung menawarkanku untuk beristirahat di sebuah restoran. Selain itu, dia juga mengingatkanku untuk ibadah.

Benar-benar pria yang manis.

Sikap pemalu dan sungkan yang ditunjukkan olehnya juga membuatku semakin jatuh hati padanya.

Agung, dan juga keindahan pulau Bali, adalah pesona yang begitu aku idam-idamkan sejak lama.
***

Kami akhirnya sampai di rumah Agung. Banyak sekali canting yang berserak di halaman rumahnya.

Katanya, karena ibunya sering membuat canting bersama tetangga.

"Ibu kemana mas?" Tanyaku. Aku memanggilnya mas karena sudah terbiasa untuk itu.

"Ibu sedang ke rumah Tante di Denpasar. Empat hari lagi baru pulang," jawabnya.

Oh, tidak ada orang lain di rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kakak beradik itu adalah kekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang