10 Tahun Kemudian
Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi.
Sepuluh tahun merupakan waktu yang begitu singkat bagi Hinata. Mendapatkan apa yang diinginkan adalah hal yang paling indah. Villa Kawaguchiko menjadi tempat tinggalnya sampai sekarang. Hari setelah kelulusan berakhir, dia mengalami debat dengan ibunya hanya demi mendapatkan izin untuk tinggal jauh dari Tokyo.
Ah, dia masih mengingat bagaimana usahanya membujuk Ibu dan Kakak kandungnya itu. Tiga hari dua malam ia mencoba meyakinkan mereka ̶ ̶ bahwa dia akan baik-baik saja selama jauh dari Tokyo. Meskipun pada akhirnya dia mendapatkan izin di hari itu, namun Hinata masih mengingat bagaimana wajah ibunya yang masih sulit menerima keputusan tersebut.
Hal yang wajar melihat wajah sedih di sana. Tidak ada lagi anak yang akan menemani di rumah. Hinata menyadari hal itu, Ibunya pasti akan merasa kesepian di rumah. Kakaknya sudah memutuskan untuk tinggal di Los Angeles, karena menikah dengan seorang Pianis.
Meskipun begitu, dia tidak pernah lupa mengabari Ibu. Hinata memiliki jam tertentu untuk menghubungi ibunya, meskipun sekadar menanyakan kabar.
"Pemandangan di sini sangat indah, udara di pagi hari benar-benar sejuk. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Bu," Hinata membiarkan ponsel di atas meja makan. Setiap pagi dia harus menghubungi ibunya menggunakan panggilan video. Atau tidak ibunya akan benar-benar marah hanya karena sekadar suara. "Aku tidak tahu kapan akan pulang," ia melirik ke arah kalender. "Tenang saja, aku pasti akan kembali."
"Bagaimana Ibu bisa percaya!" suara dari sana benar-benar mengganggu telinganya. "Kau selalu mengatakan kalimat itu saat sedang menghubungi Ibu. Ini sudah sepuluh tahun dan kau belum kembali ke rumah. Aku tidak peduli alasan apa pun lagi, kau ingin melihat Ibu mati sendirian di sini?"
"Ibu!" benar-benar sulit dipercaya. Ibunya terkadang berbicara berlebihan tentu dan menganggap kalimat itu lelucon yang justru membuatnya sangat takut. "Jangan membicarakan hal yang aneh. Setelah urusanku dengan klien, aku janji akan kembali. Kalau begitu, sampai nanti. Aku menyanyangimu Bu."
Hinata segera mematikan ponselnya, takut-takut ibunya kembali menyambar dengan ocehan yang semakin membuat kepalanya sakit. "Benar-benar ... " dia menghela napas, mengambil sandwich yang baru saja ia buat.
Semakin lama dia memikirkan ucapan ibunya, semakin takut pula dirinya. Inilah alasan yang membuatnya terkadang malas mengangkat panggilan dari ibunya. Semua kalimat di sana membuatnya khawatir.
"Sepuluh tahun. Aku merasa tinggal di sini baru sepuluh jam." dia berjalan ke arah meja kerjanya, ruangan khusus yang dekat dengan jendela ̶ ̶ memperlihatkan langsung Gunung Fuji. Ruangan itu benar-benar penuh dengan tumpukan kertas.
Di sudut ruangan terdapat lemari kaca. Di sana buku yang telah diterbitkan disusun dengan rapi. Hinata selalu memandang kagum ke arah lemari itu. Semua buku yang telah ditulis olehnya dibaca banyak orang. Semua cerita di sana merupakan kisah nyata orang-orang yang didatangi olehnya, tentu ia meminta izin pada mereka lebih dulu. Jika mereka tidak menyetujui, maka dia hanya menyimpan cerita itu untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Paper
FanfictionAlasan apa yang membuat Hinata Hyuuga menulis, maka jawabannya adalah perasaan yang tidak tersampaikan. Pada akhirnya dia memilih menulis, membagi cerita hidupnya, termasuk dengan kisah cintanya. Tidak banyak orang yang mengetahui tentang hal ini. C...