1. Kayla

14 1 0
                                    

Waktu terus berjalan, tinggal lima hari menuju seminar yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik. Itu artinya, anak perempuan yang sedang fokus dengan laptopnya itu tidak bisa pulang ke kosan lagi hari ini.

"Kayla!" Yang dipanggil menengok.

"Iya, kak?" Jawab Kayla.

Laki-laki itu akhirnya ikut duduk lesehan disamping Kayla. "Bu Chusna udah dihubungin? Responnya gimana?"

"Udah kak," Kayla kemudian mengeluarkan ponselnya agar laki-laki bernama Ersa itu dapat melihat bukti ia telah menghubungi dosen yang dimaksud. "Tapi belum dibales, kemarin aku ke keuangan juga Bu Chusn---"

"WOIII KAYLAAA!!!" Kali ini, suara perempuan.

"Kenapa, kenapa lagi? Mau minta tanda tangan?"

"Minta susuk."

"Emang gue dukun," Kayla berdecih, Ersa jadi tertawa. "Kenapa sihhh Diva?"

"Itu, Kak Fika nanya tadi udah berapa dosen yang setuju buat ngubah kelasnya ke absensi seminar?" Tanya Diva sambil mengintip apa yang sedang dikerjakan Kayla di laptopnya.

"Yang belum respon cuma Pak Rizki sama Bu Chusna."

"Ohh okay makasiih," jawab Diva lalu bangun dari posisinya.

"Dih mau kemana lo?!"

"Kelas pengganti Pak Trisna!" Jawab Diva. "Kak Ersa, titip Kayla ya pegangin kalo bisa biar ga ngerusak apa-apa."

"SANA LO PERGI AJA!"

Setelah kepergian Diva, suasana hampir tidak ada yang berubah. Ada yang sibuk menulis rundown acara di papan tulis, ada yang berlatih berbicara di depan publik. Sekitar 10 orang oleh angkatan 2020 dari divisi humas dan LO mendominasi kelas ini. Hanya ada Ersa dan dua orang temannya yang merupakan penanggung jawab divisi humas dan acara.

----

Pukul sepuluh malam bukanlah waktu yang ramah di dalam lingkungan kampus. Lorong gedung FISIP lantai satu yang siang hari menjadi tempat paling ramai kini terlihat sangat sepi. Kayla mengeratkan jaket hitamnya, kenapa disaat seperti ini cerita Sintha tentang hantu penasaran gedung FISIP malah terlintas. Entah apa yang ia pikirkan tadi saat menolak ajakan Ersa untuk pulang bersama lewat gedung FIB saja.

"Sambal sambala sambalado, terasa pedas, terasa panas," Kayla bernyanyi dengan nada pas-pasan. Tidak ada lirik lain yang terlintas di kepalanya selain lagu itu.

Saat ia mencoba tenang untuk mengambil langkah belok ke lorong kiri, tiba-tiba ada sesuatu--entah itu hantu atau manusia yang lompat ke depan wajahnya.

BUG!

Tidak. Itu jelas bukan suara jantung Kayla.

"AAAAAAAGHH!" Erangan suara laki-laki yang terdengar seperti manusia itu lantas menyadarkan Kayla yang tangannya masih terkepal.

Iya, saking terkejut dengan gerakan tiba-tiba, Kayla menonjok dengan keras laki-laki di hadapannya.

"Eh, astaga, orang toh?" Ucap Kayla sedikit panik.

"Iya orang! Masa setan bisa ditonjok!" Laki-laki yang menggunakan kaos hitam itu bangun, masih memegangi hidungnya yang berdarah.

Karena sangat gelap, Kayla akhirnya menyalakan flash hp. Sekali lagi ingin memastikan apa yang dihadapannya ini beneran manusia berwujud asli atau bukan. "Anjir beneran orang."

"Nggak liat idung gue berdarah?"

Kayla baru mau mematikan flash hpnya, tetapi malah menyorot lampu terang tersebut ke wajah laki-laki itu terlalu dekat tanpa sadar. "Woi silau bro!"

"Oh iya, maaf!"

"Yauda ayo bangun, keluar." Ajak laki-laki itu.

Kayla masih setengah sadar dengan apa yang baru ia saksikan tadi. Banyak bersyukur karena ia tidak bertemu hantu tapi jantungnya hampir copot.

"Aduh sakit."

"Sakit, sakit!" Kayla mencemooh setelah kesadarannya penuh saat keluar gedung. Langkah kakinya terhenti. "Ngapain coba tiba-tiba ngagetin orang gitu?! Jail banget tau ga sih--siapa nama lo?!"

"Arsya."

"Iya, Arsya, lo! Nggak jelas kayak anak sd."

"Ya maaf gue niatnya cuma bercanda tau." Arsya berdalih. "Kalo tau idung gue bakal berdarah gini, ga bakal gue kepikiran ngagetin lo."

"Hm, idung udah. Mulut mau dibikin berdarah juga?" Ancam Kayla yang langsung membuat Arsya diam.

"Oh iya, maaf juga jadi berdarah gitu meskipun kurang banyak sebenernya. Gue agak lega soalnya ga ketemu setan beneran."

"Lo mau pulang naik apa?" Arsya bertanya, tidak menghiraukan permintaan maaf Kayla. "Mau bareng gak? Gue bawa motor."

"Gausah, deket kok."

"Oh oke. Maaf lagi ya."

"Santai, maaf juga jadi berdarah gitu terus ga bisa kasi apa-apa soalnya ga bawa tissue."

"Yauda, hati-hati."

Arsya terdiam di tempat melihat punggung kecil yang mulai berjalan menjauhi pandangannya hingga tak terlihat. Jelas, ada sesuatu yang membuatnya tertarik kepada perempuan itu. Nama! Ia lupa menanyakan namanya!

Dengan tenaga yang masih tersisa, Arsya berlari mengejar perempuan yang ternyata sudah melewati parkiran gedung. "WOIIII!!!"

Perempuan itu menoleh. "Heh?"

"Tunggu," Arsya masih berusaha keras mengatur napas pendeknya. Arsya punya tujuan hidup baru; berhenti merokok. "Huh, huh, hASKSSSKSKSKKSSKMSMSNSM." Aksi tenang mengatur napas malah berubah menjadi teriakan frustasi di akhir.

"Santai aja loh, gue tungguin."

"Nama! Nama lo siapa!"

Sebelum menjawab, bibirnya tertarik sebelah membentuk senyuman kecil yang Arsya tidak mengerti maksudnya. "Kayla."

"Jurusan?"

"Politik."

"Oke makasih!" Setelah mendapat jawaban itu, Arsya kembali masuk ke parkiran kampus.

"Bego, padahal bisa ngejar pake motornya," gumam Kayla tak habis pikir. Namun ia tidak sadar, senyuman di wajahnya tidak bisa hilang.

---

halooo long time no see!! apa kabar?

first story teen fiction yang aku tulis setelah hiatus dari dunia wattpad!! semoga pada suka ya sama cerita kayla si anak barbar dan arsya si anak jail ini xixixiix

makasiiihh udah sempetin baca storyku yaa!

please stay safe🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uncanny HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang