- Faura Nantariksa Magarendra -
Pagi ini, ada seorang gadis yang tengah duduk di depan ruang OSIS menunggu seseorang yang sejak tadi belum keluar.
"Lama ya? Maaf" Ucap seseorang dari sudut pintu.
Gadis itu menengok kearah samping.
"Eh, gak kok." jawabnya dengan senyum tipis.Mereka pun berjalan menuju parkiran.
"Besok-besok gak usah nungguin gue, lo jadi pulang sore kan." Kata Gara dengan nada tak enak.
"Gak apa-apa, bisa cuci mata." Jawab Faura dengan senyum lebarnya.
Gara terkekeh pelan.
"Dia udah pulang Ra" Gara memberi tau.
"Gue tau kok tadi papasan hehe" jawab Faura dengan cengiran khasnya.
Gara menggelengkan kepalanya. Gadis ini, masih saja mengharapkan laki-laki yang tidak mempedulikan dirinya.
"Naik buruan mau hujan."
"Siap laksanakan" Faura memberi hormat layaknya kesebuah bendera.
Gara masih saja terkekeh dengan sikap gadis ini.
"Seandainya lo tau Ra, gue juga berharap lo jadi milik gue."
***
Kini mereka berdua sudah sampai didepan halaman rumah Faura.
"Makasih ya Gar, hehe"
Gara menganggukkan kepalanya.
"Gue rasa, besok gak usah nungguin gue lagi ya. Gue kasian sama lo, sekolah juga kalo sore sepi banget."
"Iya bawel deh."
Gara mencubit pipi Faura.
"Masuk, udah mau magrib."
"Siap laksanakan."
Faura pun masuk kedalam rumahnya.
"Seandainya lo bukan sahabat gue, mungkin sekarang lo jadi milik gue ra." Ucap Gara lirih.
"HEH APAAN SI! GUE GA BOLEH MIKIR KAYAK GITU" satu tamparan melayang ke wajahnya sendiri.
Saat kejadian itu, tiba-tiba ada rombongan emak-emak yang melihat Gara menampar wajahnya.
"Kalau punya masalah, jangan nyakitin wajah dong mas, mukanya cakep gitu kok ditampar-tampar." Kata salah satu ibu-ibu itu.
Gara terkekeh. Sumpah malu!
"Iya, mending yuk kerumah, Tante kenalin ke anak Tante." Goda ibu-ibu berlipstik merah tebal.
Gara masih saja tersenyum untuk menutupi malunya, dia pun segera meninggalkan rumah Faura.
***
Malam ini, hanya sebuah lembaran-lembaran kertas yang selalu menemani Faura.
"Ma te ma ti ka, ilmu yang membingungkan. Jangan mau belajar, matematika." Faura mencoba menghibur dirinya.
"Em, bisa ga ya. Gue dapetin dia" Faura kini tengah membayangkan betapa senangnya dia, jika bisa bersama-sama dengan laki-laki itu.
"Ta...tapi kan dia dekel!"
"Emm, UMUR SAMA KOK" sahut Faura dengan antusias.
Seulas senyum kini terpampang jelas di wajah Faura.
"YA ALLAH! KENAPA DAMAGE NYA ADE KELAS SELALU MEMBUAT JIWA KU MERONTA-RONTA!" teriak Faura dengan menutup wajahnya.
"Santai Faura, besok kita harus lebih jaga image didepan dia, gak boleh salting. Ingat Faura, gak boleh salting!" Ucap Faura untuk menyemangati dirinya sendiri.
***
"Assalamu'alaikum, Faura sekolah gak? Faura! Ara! Rak!" Teriak Gara tepat di depan rumah Faura.
"Iya sebentar!" Jawab Faura dari dalam rumah.
Beberapa menit kemudian, Faura keluar dari rumahnya dengan wajah yang amat sangat cantik dan menggemaskan.
"Dih tumben amat itu bibir di kasih merah-merah, mau ngedangdut?" Kata Gara dengan menatap Faura aneh.
"Ini tuh lip bam, Gara Nahaidan Pangestu." Jawab Faura.
"Oh lip ban, ban apa? Motor?"
Faura melorot.
"BAM BUKAN BAN! GARA ISH!"Gara terkekeh geli.
"Lo PMS ya?"Faura hanya membalas dengan tatapan sinisnya.
***
"Gara nanti temenin gue ya sebentar, pulang sekolah kok" ucap Ara
Gara menengok kearah gadis itu dengan satu alis naik keatas.
"Kemana?"
Faura tersenyum.
"Itu si Ikal...""Ikal kenapa?" Tanya gara dengan raut wajah yang serius.
"Gara, bantu gue ketemu Ikal di cafetaria nanti sore."
Gara tersenyum kecut mendengar ucapan Faura barusan.
"Liat nanti ya Ra"
Faura tersenyum, mata nya berbinar-binar seperti orang yang baru saja mendapat hadiah.
"Terima kasih gara aku tercintah"
Gara membalasnya dengan anggukan kecil.
"Gak apa-apa. Ini bukan sekali dua kali gara!"
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaura
Teen Fiction"Di dunia ini, suka sama seseorang adalah hal yang manusiawi dan kalaupun lo gak suka? Bukan urusan gue."