"Ah..."
Laki-laki blonde itu mendesah. Sesekali badannya menggeliat tak nyaman. Sementara laki-laki satunya yang memiliki surai sekelam malam nampak asik di bawah sana.
"Suke...," panggil si blonde lemas. "Sudah... sakit...."
"Tahanlah sebentar dobe... sedikit lagi"
"Ah... Suke... Ah..."
"Tahanlah sebentar saja."
"Ah... aduh.. Su..Suke... argh.. ARGHHH!""Arghhh!! Eh?"
Laki-laki bersurai pirang jabrik itu kembali mengerjapkan mata saat melihat pemandangan di sekelilingnya. Pemandangan yang sangat familiar. Kamarnya. Laki-laki itu mencoba mendudukkan diri sambil mengucek matanya.
"Mimpi.." gumamnya. Ketika hendak beranjak bangun, Naruto menyadari celananya basah. Naruto berdecak kesal karenanya. Memangnya siapa laki-laki yang dia panggil Suke itu? Dan kenapa laki-laki? Eh? EHHHHHH????***
Sementara itu, di lain tempat, di rumah besar bergaya kuno khas Jepang, nampak seorang pria dewasa tengah termenung di dalam kamarnya. Wajah datarnya menatap bagian pusat tubuhnya yang menegang sempurna di bawah sana. Yeah, ini bukan kali pertamanya dia mengalami morning heat seperti ini. Sebagai lelaki dewasa pada umumnya, ia sangat berpengalaman dengan hal-hal yang menyangkut seksualitas. Ia juga bukan pria alim karena setidaknya sudah beberapa kali melakukan seks dengan beberapa wanita di luar sana. Tentunya mereka yang benar-benar 'bersih' karena ia tak mau sampai 'tertular'. Namun, mimpi barusan membuatnya bingung. Yang di mimpinya jelas seorang laki-laki meski ia tak mampu mengingat wajahnya dengan jelas, tapi pria ini mampu mengingat suara desahan partner seksnya dengan baik. Ya, desahan yang mampu membuat penisnya menegang sempurna seperti sekarang.
"Ck, siapa orang itu?" gumam si pria dewasa sebelum akhirnya bangkit dari pembaringannya untuk membersihkan diri.
"Ou.. ou... kau sudah bangun otouto chan~"
Sebuah suara menyebalkan mampir ke telinga sang pria yang baru turun dari ranjang. "Kau mimpi apa sampai 'barangmu' tegang begitu?"
"Jangan menggangguku Itachi!" hardik si pria, "Dan siapa yang mengizinkanmu masuk ke kamarku?"
Laki-laki yang sedari tadi hanya menyembulkan kepalanya ke dalam kamar sang adik pun kini masuk sepenuhnya ke ruangan bergaya minimalis itu.
"Ck, untuk apa aku harus izin. Ini 'kan kamar otoutoku sendiri."
"Kau mengganggu," komentar si otouto sembari menggeser shoji. Begitu shoji dibuka, pemandangan taman di samping kamar langsung terlihat. Nampak sebuah kolam di tengah area. Di sekelilingnya terdapat tanaman bonsai yang sangat cantik.
"Kau mau mandi Sasuke?" tanya Itachi.
Perempatan siku-siku mulai muncul di dahi orang bernama Sasuke. Sasuke merasa pertanyaan Itachi sangatlah tidak penting. Bagaimana bisa dulu ia mengagumi orang seperti ini?
"Keluarlah Itachi, kau mengganggu!" usir Sasuke sebal.
"Ya, ya, aku keluar. Ingat, kaasan dan tousan menunggumu di ruang makan. Aku pergi~ Jangan merindukanku ya~" goda Itachi sebelum akhirnya benar-benar pergi dari kamar Sasuke.
Ingin sekali Sasuke menggeplak kepala kakaknya yang sepertinya sudah tidak normal itu. Sebagai Uchiha, keluarga bangsawan yang terkenal karena kekayaan dan kedisiplinan dalam bekerja, Itachi sangat tidak memenuhi syarat untuk menyandang marga itu. Untuk image keluarga yang irit bicara, Itachi terlalu banyak mengeluarkan kosa kata. Mungkin keturunan kaasannya yang sedikit cerewet.
Sasuke kembali melangkahkan kaki ke kolam. Itu bukan kolam biasa, itu adalah kolam pemandian air panas. Entah mukzizat atau apa, rumah utama Uchiha ini dibangun berdekatan dengan sumber air panas alami sehingga semua kamar pemiliknya didesain sedemikian rupa dengan sebuah kolam mandi di tempat terbuka. Meski di dalam kamar juga terdapat kamar mandi normal seperti rumah lain pada umumnya. Ssauke melepas kain yukatanya dan meletakkan begitu saja di atas roku. Setelah membilas diri di pancuran dekat kolam, Sasuke langsung masuk ke kolam dan merilekskan tubuhnya. Mandi air panas di cuaca yang dingin memang sangat menyenangkan. Sembari menikmati sensasi air panas, Sasuke kembali mengingat suara desahan itu.
"Ah.. Suke.. Ah..."
Dan sukses membuat Sasuke junior yang tadinya sempat lemas karena melihat kekonyolan Itachi, kini kembali menegang sempurna.***
"Kenapa pagi-pagi kau berteriak Naruto? Mengganggu tidurku saja," dumal pria bersurai merah yang kini mendudukkan diri di kursi makan sambil menguap lebar. Semalam dia harus begadang menyelesaikan bab akhir skripsinya dan ketika baru tidur beberapa jam saja, ia harus terbangun karena teriakan absurd adiknya.
"Kyuu nii jorok... Cuci muka dulu sana iuh..." komentar Naruto.
Tidak berniat membantah perkataan adiknya, pemuda yang dipanggil Kyuubi itu langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
"Kau mimpi aneh lagi sayang?" tanya Minato, ayah Naruto dan Kyuubi, sembari membaca koran paginya.
"Palingan hanya mimpi basah, sayang. Ingat, bulan depan Naruton sudah enam belas tahun," jawab Kushina a.k.a ibu Naruto seraya bergerak lincah menyiapkan sarapan.
Demi mendengar perkataan istrinya, Minato langsung menutup korannya dan memandang Narunya dengan cemas. Sementara Naruto yang tengah menenggak jus jeruknya hanya bisa tersedak.
"Ba..bagaimana kaachan bisa tau apa yang diimpikannya?" batin Naruto horor.
"Jadi, kau benar mimpi basah, ya?" tanya Kyuubi yang kini tampak lebih segar setelah mencuci mukanya.
"Err...itu..."
"Naru," panggil Minato sembari memegang bahu mungil anaknya. "Kau masih ingat apa yang pernah touchan bilang tentang membela diri?"
Naruto pun mengangguk tak yakin.
"Ingat. Jika ada lelaki yang tak dikenal menyentuhmu sembarangan atau menggodamu, kau pukul saja atau tendang dia dengan tendangan mautmu. Mengerti?"
"Ya..ya touchan. Naru mengerti."
Plakk!
Kushina memukul kepala suaminya dengan spatula begitu mendengar apa yang ia bicarakan pada Naruto.
"Apa yang kau lakukan kushi chan?" protes Minato karena kepalanya dipukul tanpa alasan yang jelas.
"Naruto itu laki-laki Minato. Jangan perlakukan dia seperti anak perawan!"
"Tapi Naru kan memang masih perawan kaasan. Ah, maksudku perjaka. Dia 'kan tidak tau hal-hal berbau seks di luar mimpi basah. Coba saja tanyai dia apa yang dimaksud dengan onani, dia pasti tak kan paham."
"Onani? Apa itu?" tanya Naruto bingung seraya menggigit sandwichnya.
"Hentikan omongan ngawurmu, Kyu." perintah Minato sembari melemparkan tatapan mautnya yang sayangnya tidak mempan.
"Ah, kau memang benar Kyuu."
Oh, tidak. Sekarang Kushina malah tertarik dengan arah pembicaraan ini. Sebelum Kushina mengucapkan hal-hal nista yang tidak patut didengar telinga Naruto, Minato segera menutup kedua telinga Narunya dengan kedua tangan.
"Yah, aku maklum. Kalau Naruto digoda pria, Naruto tak akan paham. Dia terlalu polos untuk mengartikan sebuah sentuhan..."
"Touchan lepaskan..." ujar Naruto mencoba menepis tangan ayahnya yang menurutnya tidak penting dan sangat menganggu.
"Apakah itu sentuhan biasa atau sentuhan mesum."
"Sentuhan mesum? Seperti apa?" tanya Naruto saat ucapan kasaannya masuk ke telinganya yang lepas dari pengawasan Minato.
"Yah... seperti saat kau naik kereta," jelas Kyuubi, "Di mana orang-orang berdesakkan naik..."
Minato buru-buru menutup kembali telinga Naruto. Lagi-lagi Naruto mencoba melepas tangan touchannya dari kedua telinganya.
"Dan tiba-tiba ada yang meremas bokongmu."
"Meremas bokong? Bokong siapa?" taya Naruto sata mendengar oniisannya.
Sementara Minato ingin sekali menjedukkan kepalanya ke meja. Kenapa setiap tangannya terlepas dari telinga Naruto, anak dan istrinya mengucapkan hal-hal yang mengerikan yang bisa didengar oleh si bungsu?
"Yah, intinya Naruto, jangan biarkan orang tak dikenal menyentuhmu di area yang tidak wajar. Kau paham kan di mana area itu?" tanya Kushina seraya membawa sup ke meja. "Nah, supnya sudah siap. Ayo makan."
"Naru tau, kaasan."
"Baguslah. Dan jika ada yang kurang ajar, kau bisa menghajarnya seperti yang tousan katakan tadi," tambah Kyuubi.
Ah, Minato pun lega mendengar nasihat Kushina dan Kyuubi.
"Tapi aku tidak keberatan jika Naruto digoda laki-laki. Asal dia kaya, tinggi, tampan, dan punya tubuh yang atletis seperti pengusaha muda dengan model rambut pantat ayam itu," ujar Kushina dengan aura berbunga-bunga membuat Minato menyemburkan kopi yang sedang diminumnya.
Sementara itu, di ruang makan di keluarga yang lain. Seorang pria berambut raven melawan gravitasi bersin-bersin.
"Kau sakit Sasuke?" tanya Mikoto, kasaannya.
"Entahlah, kaasan," ujar Sasuke seraya menggosok hidungnya yang terasa gatal,
"Mungkin karena kau kelamaan mandi di luar ototou~" ujar Itachi dengan nada sing a song-nya.
"Segeralah minum obat Sasuke," Fugaku menimpali.
"Hn, tousan."***
KAMU SEDANG MEMBACA
Naru, Are You Okay?
Fanfiction"Ah..." Laki-laki blonde itu mendesah. Sesekali badannya menggeliat tak nyaman. Sementara laki-laki satunya yang memiliki surai sekelam malam nampak asik di bawah sana. "Suke...," panggil si blonde lemas. "Sudah... sakit...." "Tahanlah sebentar dobe...