"Fae Potter!! Harry Potter!" Fae dan Harry saling menatap mendengar nama mereka disebut, Hermione berdiri dan berusaha menarik kedua tangan si kembar untuk mengikuti langkah ketiga champion sebelumnya setelah professor Dumbledore memanggil mereka beberapa kali.
Dan terikan sorak protes untuk mereka terdengar.
"Aku tidak memasukkan namaku!" ucap Fae, tangannya terasa kebas, dan kemudian Harry menggandengnya. Mereka berjalan ke arah yang sama dengan champion sebelumnya dan Harry menerima sobekan perkamen yang bertuliskan nama mereka.
Fae, Harry, Fleur, Victor dan Cedric menunggu di ruang piala sementara para guru dan kementrian sihir berdiskusi tentang keikut sertaan mereka.
"Harry, aku tidak ingin ikut! Ayo kita minta Professor untuk membatalkan keikutsertaan kita Harry!" ucap Fae memaksa Harry, sementara Harrypun sama tidak tahu kenapa nama mereka bisa berada didalam piala Api sakral.
"FAE, HARRY!! Kalian memasukkan nama kalian?" teriak Profesor Dumbledore dari arah pintu masuk. Fae menggelengkan kepalanya sekuat tenaga. Dia menatap Profesor Mcgonagal, mencari perlindungan.
"Albus, Kita batalkan keikut sertaan mereka!" ucap Minerva memohon kepada Dumbledore.
"Kau pasti berbohong!" ucap kepala sekolah Beauxbaton Madam Olympe.
"Piala Sakral tidak mungkin bisa di kelabui tanpa mantra pembingung yang cukup kuat!" Ucap Alastor moody guru pertahanan terhadap ilmu hitam, sang mantan Auror.
"Salah satu dari kalian meletakkan nama itu? Kalian yakin tidak meminta orang yang lebih tua untuk memasukkannya?" tanya Dumbledore lagi dengan penuh emosi memandang anak kembar itu bergantian.
"Tidak...." Ucap keduanya bersamaan. Dumbledore menghela nafasnya kemudian berbalik menatap Menteri Sihir, Cornelius Fudge yang juga berada di ruang piala.
"Mereka telah terpilih, dan kontrak sihir dengan piala, tidak akan dapat dihapuskan begitu saja, Dengan terpaksa keduanya telah terdaftar menjadi peserta."
Hening.
Tangan kiri Fae terasa kebas tiba-tiba. Dia mengibaskannya tanpa sadar, dan menahan rasa tangisnya, karena bersamaan dengan itu, kepala mereka berdua seperti tengah dipukul oleh benda keras. Fae terjatuh. Hal berikutnya yang ia lihat, ia berada dalam sebuah ruangan tua nan usang, sebuah sofa tua didepan perapian, dan suara dingin yang membuat bulu romanya berdiri. Seorang wajah yang tidak asing untuknya terlihat. Mata bulat dan gigi yang menjijikkan itu, Fae mendengar mereka berbincang.
"Sebentar lagi Yang mulia," dan kemudian ia terbangun dengan nafas tersengal. Dia berada di ruang Kesehatan. Harry duduk disamping bangsalnya, dan di luar matahari sudah bersinar terang.
"A..apa yang terjadi?" tanya Fae bingung.
"Kau pingsan di ruang piala,"
"Harry, ini mimpi bukan? Tournament itu.. itu mimpi bukan?" tanya Fae, tapi Fae tahu dengan benar, dia dan Harry tidak sedang bermimpi, nama mereka terdaftar sebagai peserta Tournament.
"Anakku, setelah meminum ramuan ini, kau akan baik-baik saja, dan Mr. Potter, para champion ditunggu di ruang piala untuk sesi wawancara dengan Daily Prophet, kecuali kau Ms. Potter, kau masih harus beristirahat, tekanan darahmu sangat rendah," ucap Madam Pomfrey.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi, Off You Go!" ucap Madam Pomfrey meminta Harry Meninggalkan adik kembarnya diruang kesehatan. Setelah Harry pergi dan Fae meminum ramuan Madam Pomfrey, ia kembali berbaring. Langit-langit ruang kesehatan terlihat begitu menarik untuk Fae. Dia memikirkan beberapa kemungkinan terburuk yang dapat ia pikirkan. Sebelum akhirnya ramuan Madam Pomfrey mulai bekerja, dan membuatnya tertidur kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Tepi Danau Hitam (Harry Potter Fanfics)
FanfictionSemua orang mengenal bagaimana kisah hidup Seorang Harry James Potter. Anak yang bertahan hidup dari kutukan kematian. Tapi apa jadinya bila ternyata Harry memiliki saudara kembar? Ini adalah kisah Fae Potter, mari ikut denganku untuk menyaksikan...