"Iya Ali. Aku cinta kamu." Sudah untuk yang ke-3 kalinya Prilly menjawab seperti ini. Tapi lagi-lagi Ali tak percaya.
Ya, saat ini mereka sedang ada dikamarnya, tentunya kepulangan Prilly kerumah ini sudah diketahui oleh Arsell dan Yora. Kemarin, tepatnya setelah kejadian di gudang itu, Ali tidak langsung pulang, melainkan mampir ke rumah Arsell dulu. Tujuannya ingin menjelaskan lebih detail tentang kesalah pahaman yang ada difoto itu. Tentu nya dengan bukti-bukti kuat yang membuat Arsell percaya. Mulai dari rekaman, obat tidur itu, dan juga selembar kertas yang Bian dan Regi dapatkan dari pemilik apotik tempat tujuan utamanya sebelum menciduk si softex itu.
Kertas itu berisikan data dan surat izin dari kedokteran beserta nama yang tertera disana. Vella Irawansyah. Padahal itu surat izin palsu yang diberikan Vella kepada pemilik apotik, agar bisa mendapatkan obat sialan itu. Licik !!
Arsell terkejut bukan main. Ia salah, sudah mengumpati Ali, memukulnya dan juga menuduh menantunya itu yang bukan-bukan.
Ali tak mempermasalahkan itu. "Wajar saja Tuan marah. Siapapun ayah akan melakukan hal yang sama jika melihat foto itu" begitulah kalimat yang Ali lontarkan saat menghadap Arsell kemarin.
Berbeda dengan Arsell yang tersenyum hangat, Ali malah terlihat sangat takut dan tegang sekali. Mengingat perceraian itu, ia kembali memohon pada Arsell agar mertuanya itu menarik kembali perkataannya. Arsell terkekeh melihat wajah menantunya. "Papa tidak mungkin memisahkan kalian. Disini kamu cuma dijebak, Ali. Papa mengerti soal ini." Begitulah jawaban Arsell.
Bak bunga ditaman indah, senyum Ali merekah seperti bunga itu, bahkan lebih indah daripada bunga itu. Berbincang-bincang sebentar, akhirnya Ali berhasil kembali membawa Prilly pulang kerumah mereka.
Hingga malam ini, tepatnya setelah makan malam mereka. Ali terus saja menerornya dengan pertanyaan-pertanyaan aneh, dengan tangannya yang masih setia memeluk Prilly erat. Takut sekali jika gadis itu akan pergi lagi.
"Kau benar mencintaiku?" lagi-lagi pertanyaan itu yang Prilly dengar.
"Masya Allah !!! Iya Ali. Aku cinta kamu. Nggak percayaan banget sih" Prilly menggerutu kesal, saat Ali terus menanyai perihal perasaanya.
"Tapi kenapa kau berkata tidak kemarin?" Ali mengerutkan kening, mengingat ucapan Prilly kemarin yang mengatakan jika dia tak mencintai Ali. Ali jadi kesal sendiri mengingat itu.
"YAKALI GUE MASIH BILANG CINTA PAS LIAT FOTO LO ASOY-ASOY SAMA SI SOFTEX ITU !" Teriak Prilly kesal karna mengingat foto itu lagi.
"Heh, pelankan suaramu." Tegur Ali dingin. Kenapa gadis ini berisik sekali? Tidak pernah santai kalau bicara dengan Ali.
"Ya kamu sih. Nanya nya kayak gitu. Mana ada istri yang rela kalau suaminya sik-asik sama wanita lain" ujar Prilly sebal.
"Aku sudah katakan, aku tidak tau apa-apa" Ali kembali menjelaskan. Kenapa perempuan selalu seperti ini? Mengungkit-ungkit masalah yang lalu.
"Keenakan ya kamu? Dielus-elus pasti sama dia?" Prilly menuding Ali.
"Tidak. Hanya tulang saja, apanya yang enak" jawab Ali.
"Ih Aliiiiiii. Kamu kok tau? Kamu nyicipin, ya?" Prilly menyipitkan mata nya. Meminta penjelasan pada Ali.
"Sedikit." Balas Ali berbohong. Tidak mungkin Ali mencicipi wanita bertubuh kerempeng itu. Kemana-mana masih empukan Prilly. Bohay lagi. Oke, Ali mulai bucin.
"Sana lo pergi" Prilly melepaskan kasar tangan Ali yang melingkar dipinggangnya.
Ali terkekeh pelan. Gadis ini sangat lucu jika sedang merajuk. Dan sekali lagi Ali katakan, melihat wajah kesal Prilly adalah Hobby nya, bahkan candu bagi Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Aliandra
Random"Besok kalau udah nikah kamu mau ajak aku ke mana? Jalan-jalan ke Eropa, ke Canada, atay ke hati kamu juga boleh, sih. Hehe. Ali, kamu jangan diam-diam aja dong. Kamu sariawan ya? Sebenarnya, tipe cewek yg kamu suka itu kayak apa sih?" ~Prilly Zai...