2

26 4 0
                                    

"Fred, aku ingin kau memahami. Aku mencintaimu dan bersedia berkorban untukmu. Kau tau aku tidak akan sanggup kalau kau pergi. Jadi apa yang terjadi saat itu, adalah buah dari keputusanku sendiri. Please, jangan salahkan dirimu lagi."

Fred menoleh padanya. "Lalu Sarah, kalau kau yang pergi, apa kaukira aku bisa hidup tanpa mu?" Suara Fred terdengar terluka.

Perempuan didepanya bernafas pelan.

"Aku menghargai apa yang kaupikirkan, Freddie. Tapi kau juga mesti ingat. Aku sudah jauh lebih sehat sekarang.

"Begini saja. Kita ke ruang tengah dN aku akan buatkan teh untuk kita berdua. Dan kita bisa melanjutkan obrolan ini disana. Aku paham masih banyak yang ingin kau bicarakan, kau juga tidak akan bisa langsung tidur kalau sudah begini," putusnya.

Fred mengangguk pasrah. Sarah benar benar memahami dirinya luar dalam. Berdua, mereka beranjak dari ranjang, ketika Sarah seperti teringat sesuatu.

"Oh Fred.."

Yang dipanggil seketika menjawab, "yes, Love?"

"Buatlah cuti satu hari saja untuk besok. Georgie akan mengerti, sedangkan aku mengantarmu ke St Mungo. Bagian penanganan jiwa dan trauma." Sarah separuh yakin Fred menunjukkan tanda-tanda PTSD, meski dia sendiri belum bisa melakukan diagnosa.

Fred menggeleng keras. "Love, aku tidak sakit dan kau tidak perlu melakukan itu. Apa kau tidak ingat barusan kukatakan aku pernah berhasil mengatasinya sendiri sebelum kita menikah?"

"Tapi itu dulu! Fred, aku tidak meragukanmu. Tapi ini bukan hanya untuk dirimu, demi aku. Demi kita berdua. Dan kau mesti pulih."

"I already did, Love!"

"Yes, but it hapened again, for Godric's sake! Please, Fred. Aku sudah pernah berjuang untukmu, sekarang tidak bisakah kita bergantian melakukannya--untuk kita berdua. Menyakitkan melihatmu seperti ini terus," Sarah mendesah lelah.

Kali ini Fred tau Sarah ada benarnya. Jika masalah pendirian dan ini menyangkut mereka berdua, Sarah tidak akan menyerah dengan mudah. Fred kenal benar perempuan ini.

Fred mengembuskan nafas separuh tersenyum kalah. "Alright, alright, Mrs Weasley. Asal kau juga ikut mendampingiku sesi konseling besok. Mana tau mengerikan, aku tidak paham benar bagian itu."

"Of course, you dummy! I'll be with you for every step of the way." Sarah tersenyum. "Dulu ketika pemulihan, aku juga disitu. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Benarkah?"

"Ya, tentu ."

Senyum Fred semakin merekah, sebelum membawa bibir Sarah bertemu bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang