Alianzhico Alkhatiri laki-laki urakan itu melangkah memasuki kawasan pesantren. Mulutnya tak berhenti bicara membujuk kedua orang tuanya agar tak memasukkannya kedalam pesantren.
"Pah, Mah bisa gak sih pindahin Ali keluar negeri gak di tempat gini. Ini tuh bukan lingkungan Ali," ujar Ali ntah sudah yang keberapa kali ia berucap kalimat yang sama tapi kedua orang tuanya tetap acuh membuat Ali berdecak keras.
"Stop membujuk Papah dan Mamah keputusan kami tetap sama. Kamu harus masuk pesantren. Papah gak tau lagi gimana harus didik kamu. Kamu selalu berulah," ucap Syarief Papah Ali membuka suaranya.
Ali hanya pasrah mengikuti langkah kedua orang tuanya. Ali melirik sekeliling pesantren terdengar beberapa santri mengucap istigfar tapi beberapa juga ada yang mengucapkan MasyaAllah.
"MasyaAllah ciptaan mana lagi yang sesempurna ini," lirih santriwati matanya menatap Ali tanpa berkedip sedangkan yang ditatap hanya menatap datar.
"Assalamualaikum, permisi saya mau tanya ruangan pengurus pesantren ini di mana ya?" tanya Syarief yang membuat gadis yang berpapasan dengan Syarief mendoangak menatap Syarief.
"Waalaikum salam, ruangan Pak Kyai Rizal berada di sana mari saya antar," ucap gadis itu dengan senyum ramahnya. Lalu berjalan menunjukkan arah di mana ruangan pengurus pesantren.
Ali menatap gadis yang berjalan di samping Mamahnya tanpa berkedip matanya seolah terpaku pada gadis yang Ali lihat baru-baru ini.
"Ini ruangannya Pak, Bu," ucap gadis itu setelah itu mengetuk pintunya.
"Assalamualaikum, Abi yang mau bertemu," ucap gadis itu saat melihat pintu ruang tersebut terbuka menampilkan sosok laki-laki paruh baya.
"Waalaikum salam, silakan masuk," ucap Rizal mempersilahkan tamunya untuk masuk.
"Lisa, buat kan mereka minum ya," pinta Rizal yang dijawab anggukkan oleh gadis yang disebut Lisa itu. Lalu gadis itu memasuki area dapur.
"Silakan duduk," ucap Rizal mempersilakan tamunya untuk duduk membuat Ali dan kedua orang tuanya duduk.
"Saya ke sini mau memasukkan anak saya ke pesantren ini," ucap Syarief seraya menepuk bahu Ali.
"Subhanaallah siapa nama kamu?" tanya Rizal yang membuat Ali membuang nafas kasar menyambut uluran tangan sang pengurus pesantren.
"Ali, Alianzhico Alhatiri," jawab Ali dengan jelas, membuat Rizal tersenyum.
"Harusnya kamu cium tangan Pak Kyai, Ali," gumam Resi Mamah Ali.
"Maaf ya, Pak Kyai," ucap Syarief sedikit tidak enak dengan anak satunya ini.
"Oh gak papa Pak," ucap Rizal.
"Permisi," ucap gadis dengan membaea penampan. Lalu menaruh minuman dan beberapa makanan ringan untuk tamu Abinya.
Ali menatap gadis di depannya dengan senyum manisnya, "Cantik banget," gumam Ali yang membuat semua seiisi ruangan menoleh pada Ali. Termasuk gadis yang masih sibuk menata minuman di meja.
"Astagfirullah," ucap gadis itu setelah melihat penamilan Ali yang mengandung banyak dosa jika terlalu lama dilihat membuat gadis itu buru-buru pergi dari hadapan Ali yang masih setia menatap ke arah gadis itu.
"Maaf itu putri saya, dalam agama dilarang menatap seseorang yang bukan muhrimnya apalagi sampai tidak berkedip seperti yang dilakukan nak Ali dari tadi," ucap Rizal membuat Ali beralih menatap Rizal.
"Emang kenapa? Sesempurna itu kalo gak diliatin mubazir," ucap Ali yang membuat Syarief mengijak kaki Ali.
"Sekali lagi saya minta maaf ya. Anak saya terlalu terbawa pergaulan. Jadi itu juga alasan saya ingin memasukkannya ke pesantren," ucap Syarief yang membuat Rizal mengangguk, "Nggak papa Pak, silakan minum dulu," ucap Rizal mempersilakan mereka menikmati hidangan yang sudah tersedia.
"Oh ya saya pesantrenin anak saya di sini juga karena ada sesepupu anak saya namanya Ahmad Putra. Kira-kira bisa gak ya mereka satu kamar, kalo ada sodarakan bisa lebih betah," ucap Syarief setelah selesai menyeruput teh manisnya.
"Oh yang baru enam bulan lalu masuk sini? Anaknya Pak Putra?" tanya Rizal yang dijawab anggukkan oleh Syarief, "Iya betul," jawab Syarief.
"Kebetulan kamarnya masih kosong dua lagi. Mungkin nak Ali bisa tidur di sana, mau saya antar sekarang?" tanya Rizal yang membuat Syarief mengangguk.
"Boleh, Ali juga gak sabar mau liat lingkungan pesantren ini ya, 'kan Li?" tanya Syarief. Yang membuat Ali langsung reflek menoleh ke arah Papahnya.
"Siapa bilang? Ali gak tertarik. Ali tertarik sama cewek tadi doang udah," jawab Ali yang membuat Syarief tersenyum tidak enak.
"Ali, jaga sikap kamu," bisik Syarief membuat Ali sedikit mencibir.
"Mari saya antar." Rizal bangkit dari duduknya.
"Sama cewek tadi gak Pak Kyai?" tanya Ali yang membuat Resi mencubit lengan Ali.
"Aw sakit Mah," gerutu Ali seraya mengelus lengannya.
"Habisan kamu nanyanya cewek mulu heran. Kamu mau belajar di pesantren ini bukan mau ngejar cewek," ucap Resi pelan.
"Menyelam sambil minum air Mah, kan gak ada salahnya Mamah sama Papah juga pasti suka kalo Ali dapet istri kaya cewek itu. Ya, 'kan?" ujar Ali yang membuat Rizal tersenyum.
"Aduh sekali lagi saya minta maaf ya Pak Rizal. Kelakuan anak saya kaya orang gak pernah ngaca," ucap Resi yang membuat Ali menatap Mamahnya tak terima pasalnya Ali setiap hari ngaca dan dia sudah mengakui jika dirinya adalah laki-laki tertampan di dunia ini.
🧕🤵♂️
By : Triana Alicius
Selamat membaca cerita baru aku. Oh ya yang mau order novel aku bisa ya kalo mau beli keempatnya aku kasih harga promo loh. Kurang dari empat juga tetep aku kasih harga promo yuk yang mau order chat atau DM aja ya.
Next or stop?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Hijrah
Teen FictionIni kisah seorang laki-laki yang bernama Alianzhico Alhatiri yang mencintai seorang gadis bernama Illysa anak Kyai pengurus pondok pesantren yang Alianzhico Alhatiri tempati. Alianzhico Alhatiri dimasukkan ke pesantren karena orang tuanya yang tak s...