Agustus, 2014
Saat itu pertama kalinya aku menginjakan kaki di Ibu Kota. Kota yang asing bagi seorang anak desa sepertiku. Tak pernah terpikirkan aku berkuliah di kawasan Ibukota yang serba sibuk setiap harinya. Aku memandangi lalu lintas Kota Jakarta dengan begitu aneh. Ya, aku berpikir bagaimana caraku menyebrang di jalan yang besar ini. Aku memperhatikan orang-orang yang lain menyebrang. Ada yang berani menerobos lalu lintas dengan cara berjalan kaki, dan ada juga yang menyebrang lewat jembatan penyebrangan orang yang membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai ke seberang jalan.
Siang itu aku tiba di Rawamangun tempat kampusku berada. Tak ada teman sama sekali yang mendampingiku. Aku celingak-celinguk memandangi bangunan kampus dan mencari tempat berkumpulnya mahasiswa baru yang sedang menyiapkan barang bawaan untuk masa pengenalan akademik besok. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku.
"Hey, kamu mahasiswa baru juga kan?"
"Oh iya benar, kalau boleh tau, dimana ya tempat perkumpulan mahasiswa pendidikan kimia?" Tanya aku kepada orang itu.
"Kebetulan sekali aku juga mahasiswa baru pendidikan kimia, ayo sini kita tunggu yang lain dulu saja" ucapnya dengan nada begitu sopan dan lembut.
"Kalau boleh tau, nama kamu siapa?"
Aku agak malu dan serba bingung karena pertama kali berada di Ibu Kota. Aku takut nada bicaraku tidak benar atau ada yang salah dalam pengucapan bahasa Indonesia.
"Irsan, namaku Irsan" Jawab Aku.
"Namaku Fahri, aku dari Jakarta salam kenal yah. Kamu dari Jakarta juga San?"
"Oh tidak, aku dari Sukabumi, baru sampai ke Jakarta barusan banget"
"Waduh, aku kira kamu anak Jakarta juga hehe, maaf yah"
"Iyah gak papa kok" jawab aku.
Suasana pun begitu canggung. Aku yang jarang ngobrol dengan banyak orang, dan Fahri yang terlihat begitu formal membuat suasana tidak mencair. Akhirnya aku pun bertanya tentang masa pengenalan akademik yang akan dilaksanakan besok.
"Kalau boleh tau, besok kita dating jam berapa yah Fah?"
"Eh, emangnya kamu gak baca grup whatsapp yah?" Tanya Fahri
"Whatsapp?"
"Ya whatsapp, kan disitu sudah dikasih tau jam kedatangan dan apa saja yang harus dibawa San"
"Boleh aku lihat saja tidak Fah agendanya?"
Aku saat itu kebingungan tentang apa yang dikatakan Fahri, whatsapp itu jenis aplikasi semacam apa.
Akhirnya aku berterus terang bahwa aku belum dapat informasi sama sekali dan tidak mempunyai aplikasi yang bernama whatsapp itu.
"Eh maaf San, aku kira kamu pake Whatsapp, kalau gitu aku nanti kabarin lewat SMS atau Facebook aja yah"
Dari jauh terlihat ada orang yang mendekati kami berdua. Perawakannya tinggi dan sedikit kurus.
"Kamu udah lama Ri disini?" Tanya orang itu kepada Fahri.
"Lumayan lah dari abis dzuhur Man" jawab Fahri.
"Oh iya San, kenalin, ini Firman ketua angkatan Kimia 2014 nih" kata Fahri
"Eh apaan sih Ri, kok tiba-tiba jadi ketua angkatan aja. Aku Firman dari SMA Jakarta, sama kayak Fahri, Salam kenal yah".
"Namaku Irsan dari Sukabumi, salam kenal juga yah".
Fahri terlihat menceritakan sesuatu kepada Firman. AKu hanya duduk diam menunggu sambil melirik-lirik kondisi sekitar karena tempat ini masih begitu asing bagiku. Tak lama kemudian Firman berbicara kepadaku.
"Nanti kalau ada apa-apa, Aku segera kabarin lewat SMS atau facebook ya San." Kata Firman
"Oh iyah, Terima kasih ya".
"Yaudah kalau gitu, kita ke saung itu yuk, kumpul sama anak-anak yang lain" Ajak Firman.
Kami bertiga pun menuju saung tempat berkumpulnya mahasiswa baru kimia. Disana kita diberikan arahan oleh kakak tingkat mengenai apa itu Masa Pengenalan Akademik dan apa saja yang harus dipersiapkan untuk acara tersebut. Acara selanjutnya adalah acara perkenalan. Terlihat perbandingan antara jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan sangat berbeda jauh. Ya, jumlah lelaki lebih sedikit disbandingkan dengan jumlah mahasiswa perempuannya. Setelah acara perkenalan selesai akhirnya kita dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok mahasiswa Pendidikan Kimia dan mahasiswa Kimia Murni. Terihat Firman berbeda kelompok dengan aku dan Fahri.
Keesokan harinya, aku tiba di Kampus tepat pada pukul 04.30 pagi hari. Saat itu keadaan masih gelap dan aku masih dalam keadaan mengantuk. Sampai di depan gerbang, semua calon mahasiswa di cek atribut dan barang yang dibawa. Terlihat ada kakak tingkat yang mendekatiku dan berbicara dengan nada galak.
"Kamu mau sok jagoan bukan?"
"Ada apa kak?" Tanya aku.
"Eh malah nanya balik!"
Tiba-tiba dia membuka topi yang aku kenakan dan langsung menunjuk kearah rambut dan sepatu yang aku kenakan.
"Kamu tahu aturannya kan? Tidak boleh memakai sepatu kaya gini harus warna hitam dan usahakan pentofel ! Dan juga apa-apaan rambutmu ini, lihat tuh semua teman kamu dicukur cepak pendek" Ucap kakak tingkat itu dengan nada galak dan tinggi.
Aku tidak menghiraukan kejadian tersebut dan lanjut mengikuti kegiatan selanjutnya.
Rangkaian Masa Pengenalan Akademik sudah dilalui dari pagi sampai sore. Dan tibalah evaluasi oleh kakak tingkat. Tiba-tiba aku dipanggil ke depan.
"Hey kamu yang rambutnya masih gondrong, sini kamu!"
Aku langsung berjalan ke arah depan tanpa pikir panjang. Terlihat semua orang melihatku, tapi aku tidak peduli karena aku sendiri tidak mengenal mereka jadi dalam pikiranku kenapa aku harus malu.
"Kamu tahu gak aturan rambut? Gak boleh gondrong saat MPA , kalau saya cukur sekarang dihadapan teman-temanmu bagaimana?" bentak kakak tingkat itu.
"Yah kak boleh cukur aja sekarang" jawab Aku.
Terlihat Fahri dan Firman melihat kearahku sambil memberikan kode bahwa aku jangan menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi, aku sudah terlanjur menjawabnya.
"Eh kamu beneran nantang yah ! " ucap kakak tingkat tersebut.
Rambutku pun digunting secara tak beraturan dan besok harus sudah cepak . Aku yang tak mengenal siapa-siapa saat itu pun merasa tidak peduli dengan komentar ataupun ocehan kakak tingkat. Pikiranku malah teringat kembali ke masa-masa Pengenalan Akademik di Sekolah Menengahku dulu.
Hari pertama sudah terlewati dan tak ada seorang pun teman sebagai tempat bercerita tentang hari pertama itu. Semua teman lamaku menjalani kehidupan barunya. Aku mencoba untuk bergerak maju dan kuat menjalani semuanya. Di kota orang aku berjuang.
YOU ARE READING
Catatan Anak Rantau
Short StoryBercerita tentang anak rantau yang berjuang di Metropolitan. Dimulai dari Kota Sukabumi, Jakarta, Bogor, dan selanjutnya kota apalagi ? #catatananakrantau #pejuangmimpi