Cold Weather

728 108 12
                                    

Yoona
Araa, kemana aja??
08.34

Ara
Hah? Eh udah jam segini
AKU KETIDURAN
08.56

Yoona
Ih dasar, kelas udah mau mulai
08.56

Ara
Duh, bentar aku siap siap dulu
Mandi gak ya?
08.57

Yoona
Mandi lah, cepet
08.57

Ara
Iya iyaa
08.58

Tuh kan, ketiduran lagi..

"Ara, udah bangun?", Bibi mendatangiku.

"Udah Bi, Ara gak sarapan ya. Soalnya ini udah telat."

"Lagi-lagi karena telat bangun ya?"

"Ya gitu deh."

"Seenggaknya bawa bekal. Nih udah Bibi siapin, isinya makanan favorit Kak Rara semua lho!", Unjuk Bibi ke tas makanku.

"Gapapa Bi, gak usah. Buat Bibi aja ya?"

"Cih eneng mah kebiasaan."

"Besok ya? Besok Rara janji bakal makan bekalan dari Bibi! Kalo Rara lupa cubit aja gapapa."

Setelah melihat Bibi puas aku akhirnya bisa berangkat. Tapi ya, siap-siap dihukum. Udah lagi rumah ku jauh dari sekolah. Mau gak mau, Aku harus naik bus.


Aku jalan ke halte sambil menghela napas panjang. Tiba-tiba ada kakek-kakek yang belanjaannya jatoh di depanku, aku pun membantu kakek itu.

"Terimakasih gadis, semoga kamu bisa melewati ujian apapun yang kau hadapi.", Ujar kakek itu.

"Iya kek, kakek hati-hati ya."

"Itu busnya nak.", kata kakek itu sambil menunjuk bus yang datang ke arahku.

"Siap kek, terimakasih."

Aku memasuki bus itu, Semua penumpang memiliki tatapan yang kosong. Sungguh menyeramkan. Tapi ini satu-satunya cara agar aku bisa sampai ke sekolah.

Di perjalanan, Aku mulai merasa kedinginan. Badanku tiba-tiba tegang.. Aku langsung mengambil hp untuk memberitahu Yoona, Tapi hpku tiba-tiba mati. Sepertinya aku lupa mengecasnya saat malam hari.

"Ah, gimana ini? Sial.", Ujarku kesal.

Tiba-tiba bus berhenti di depan sebuah gedung besar, bertingkat, terlihat tua, dan diselimuti tanaman yang merambat.

"Pak, apa yang bapak lakukan?", Aku bertanya.

"Turun.", Bapak itu menjawab dengan suara yang serak.

Aku tidak mengerti.. mengapa aku diperintahkan untuk turun? Padahal gedung ini bukan tujuanku.

"Turun, nak."

"Tapi pak.. ini bukan tujuan saya."

"Jika saya bilang turun, turun lah. Mau kah kamu terjebak dengan mereka?", Bapak itu mengarah ke penumpang lainnya.

Jika aku pikir-pikir kembali, mereka yang membuat bus itu tidak nyaman untukku. Aku harus keluar dari bus ini untuk mencari kehangatan.

Aku mengangguk dan menuruti sang pengendara bus. Akhirnya aku sendirian di depan gedung tua itu.


Seperti yang kalian tahu, hp ku sudah mati karena kehabisan baterai. Tetapi aku selalu membawa charger untuk jaga-jaga, jadi aku pikir aku harus masuk ke dalam gedung itu untuk menemukan stop kontaknya.

Perlu beberapa menit untuk menenangkan diri. Dan saat memasuki gedung itu aku akhirnya merasakan kehangatan.

"Akhirnya.", cuaca di dalam gedung itu cukup hangat untuk berteduh dibanding cuaca yang ku rasakan saat di bus beberapa waktu yang lalu.

Lampunya redup. Mati-nyala. Tapi aku tetap bisa melihat.

Aku menemukan ruangan yang lebih besar dari ruangan lainnya, tapi aku kurang bisa melihat dengan jelas.

Setelah meraba-raba, akhirnya aku menemukan stop kontak lalu mencolokkan charger ku ke situ.

Lampu di ruangan itu tiba-tiba menyala dengan terang. Aku menoleh kebelakang dan melihat tujuh patung yang berjejeran.

"Patung? Apa gedung ini bekas museum?"

Aku mendekati patung yang paling dekat denganku dan membuka plastik yang menutupinya.

"Pergi.", Kata patung itu.

"AAAA, KAMU BERBICARA?", Tentunya aku terkaget-kaget. Mana ada patung bisa berbicara? Yang benar saja. Ini pasti hanya halusinasi.

"Pergi darisini.", patung itu berbicara sekali lagi.

Aku mencoba untuk melarikan diri, tetapi pintu dibelakang ku tertutup dan terkunci.

"Aah. Kenapa ini tidak bisa dibuka?"
"

BUKALAH!", Teriakku sambil menggedor-gedor pintu.


"Jangan panik, gadis. Kita bisa membantumu jika-", Ujar patung yang berbeda.

"Jika apa? Hah? Kau hanyalah halunasiku. Diam."

"-Jika kamu membebaskan kita
", Jawab patung itu.

"Bukankah ku suruh diam?",

"Ucapkan saja Camminare sulla linea, lalu kami akan terbebaskan."

Menyebalkan! Mau bagaimanapun halusinasiku tidak bisa diam. Aku hanya ingin keluar darisini.

"Janganlah kau coba coba mengucapkan 3 kalimat itu. Ikutilah perintahku, pergi. Pecahkan jendela, dan kau bisa keluar. Tidak ada perlu menyelamatkan siapa-siapa.", Ucap patung yang pertama.

Omong kosong. akan ku buktikan bahwa semua ini hanyalah khayalanku.

"Camminare sulla linea!", Aku teriak sekeras mungkin.

Aku mengejamkan mataku setelah mengucapkan 'mantra' tersebut, aku berharap bangun dari mimpi.

"Bukalah matamu, gadis.", Ucap salah satu dari mereka.

Aku pelan-pelan membuka mataku dan melihat mereka berada tepat didepan ku, mereka bergerak, bernafas, dan berbicara.

Aku tidak bisa berkata-kata.. keajaiban macam apa ini?

༄༄༄
See you in part 2!















EVANESCENCE || EN- (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang