OO1

29 4 0
                                    

Happy Reading

Ameera Humaira. Nama gadis itu hanya membutuhkan dua kata. Seorang gadis berparas rupawan, bibir ranum merah muda dengan bulu mata lentik yang dimilikinya.

Seorang pemuda tegap nan tampan berdiri dari kejauhan, menatap gadis itu sembari tersenyum tipis dengan pandangan yang tak mau terpengaruh oleh pikiran yang kadang bisa mengkhianati keinginan. Seorang teman menghampirinya sembari menepuk pundaknya, "Kalau suka kenapa tidak mengatakan padanya saja? Kau harusnya bergerak cepat, gadis itu diidam-idamkan banyak pemuda desa". Ucap temannya, Faizal namamya.

Izzar tersentak, menggeleng dengan cepat sembari menjawab dengan tenang "Tidak, aku merasa tidak pantas bersanding dengannya. Kalaupun dia nanti menjadi jodohku, pasti tidak akan kemana-mana. Mau sejauh apapun dia, kalau sudah ditakdirkan untukku, maka dia akan kembali untukku. "

Faizal tertawa sembari menepuk pundak Izzar "Lagipula Ameera mana mau berpacaran denganmu, gadis itu terlalu tertutup. "

"Bukan menutup diri, tetapi menjaga diri. " Ucap Izzar membenarkan. Sepasang mata itu kembali menatap sang gadis yang perlahan semakin menjauh. "Aku tak ingin menodai bunga cantik itu dengan dosa sekecil apapun. Aku percaya kepada Allah, jika Ameera adalah takdir, maka dia akan menjadi teman hidupku. "

Bagai sebuah kisah novel yang klise yang mungkin sudah tersebar dimana-mana. Izzar yang telah mengenal Ameera sejak kecil, tak bisa lagi menahan perasaannya. Izzar baru menyadari kalau ternyata dia mencintai Ameera. Tapi pemuda itu tak pernah mengatakannya. Bagi Izzar, Ameera adalah gadis yang terlalu sempurna untuk dimilikinya.

Izzar telalu takut untuk mengungkapkan perasaannya. Ia takut Ameera akan menolaknya. Di sisi lain ia juga tak mau berpacaran. Ia tidak mau menjadi seorang mujahir yang tak bisa masuk surga kelak hanya karena zina yang menjerumuskan nya ke sesuatu yang menyesatkan.

Ameera dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan tertutup. Namun, ada cerita dibalik si cantik yang dikenal warga sebagai mantu idaman. Ia lahir di keluarga yang bisa dibilang kurang harmonis. Ayahnya ternyata menikah siri dengan wanita lain secara diam-diam, menyisakan ibunda yang harus merawat ketiga anaknya seorang diri.

Ameera ingin berteriak ketika semua orang melihat kepadanya dengan tatapan penuh harapan. Tak ada siapapun yang tau jika dibalik sosok pendiam dan ramah itu terdapat figur anak pertama yang menggangu begitu banyak beban.

Ameera memiliki sebuah mimpi kecil, tujuannya saat ini hanya berlari dan memanjat setinggi mungkin untuk menggapai mimpi itu. Namun setiap kali masa lalunya datang dan mengusik ingatannya, selalu membangkitkan trauma yang terkadang membuat jelita kesulitan bangkit di tengah tekanan banyak orang. Seolah sayap mungil itu patah di tengah jalan dan membuatnya jatuh dari ketinggian.

Ia selalu bertanya kenapa tuhan memberinya cobaan sedemikian rupa. Mengapa harus dia? Ameera terus memikirkan hal itu di kepalanya. Sosok ayah yang sangat ia sayangi mengkhianati keluarga, menghancurkan segalanya bahkan menginjak injak impian nya.

Gadis cantik itu tersungkur di atas tanah, kotor dan menyakitkan. Sepasang sayap putihnya terluka, Hati bidadari itu hancur, ia duduk termenung dengan tatapan kosong serta wajahnya yang memucat.

Tak peduli berapa banyak panah yang menancap di punggung mungilnya, ia harus tetap berdiri dan merentangkan kedua tangannya untuk melindungi keluarganya.

Tahun tahun berlalu, gadis cantik itu masih duduk dengan sepasang sayap yang terluka. Sayap nya yang patah menggantung begitu saja. Ameera berpikir, apa itu adalah akhir? Apa ia akan berhenti terbang demi meraih mimpi?

Hingga tiba tiba sepasang tangan itu menyentuh sayapnya, menyadarkan Ameera dari semua imajinasi masa lalunya.

Adzan masjid berkumandang, dunia imajinasi Dahlia hancur dalam sekejap berubah menjadi kenyataan yang sebenarnya. Perempuan itu menoleh menatap sosok yang menyadarkannya dari lamunan. Sosok itu, Izzar. Ia tersenyum sembari mengulurkan tangannya ke arah Ameera yang tersenyum dan dengan senang hati meraih genggaman tangannya.

Tahun tahun memang telah berlalu sebelumnya, sepasang sayap yang sebelumnya patah itu kini mulai membaik dengan adanya kehadiran sosok baru dalam hidup Dahlia. Perempuan itu tersenyum, menggandeng tangan Izzar yang mengajaknya berjalan menuju masjid saat suara adzan terus memanggil.

Izzar tersenyum tipis, mengelus pipi Ameera lalu mengecup dahinya dengan lembut sembari berkata "Izinkan suamimu ini menyembuhkan sayap mu yang terluka wahai bidadari surga ku yang ku cinta"






.
.
.
.
.
.
.

Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya, jangan lupa untuk vote yaa !!
I hope you always happy and healthy.

Dibalik Sayap yang PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang