Oneshot

110 18 0
                                    

Aku ingin berjalan bersamamu, Aku ingin bersamamu

Kau telah mengubahku, Senyummu telah menyelamatkanku

Karena itulah aku tak takut mati saat melindungimu, karena aku mencintaimu.

---

Sudah hampir seminggu sejak insiden pain menyerang konoha. Para penduduk desa bekerja sama untuk membangun kembali desanya, tak terkecuali para shinobi. Ya, sudah hampir seminggu, tapi kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Hinata saat mencoba menyelamatkan Naruto masih terngiang-ngiang di kepalanya, dan itu membuatnya merasa malu sendiri. Disamping itu, Hinata bingung kenapa Naruto tidak memberikan reaksi apapun bahkan setelah pengakuannya. Hal itu membuat Hinata memikirkan segala kemungkinannya. Dan, yang dipikirkannya saat ini adalah Naruto tidak mencintainya.

"Akhir-akhir ini kau sering melamun" Kiba berdiri di belakang Akamaru yang baru tiba di hadapan Hinata, memandangi Hinata yang terlihat tidak mengerti ucapannya. "Dari tadi aku dan Akamaru memanggilmu." Lanjutnya.

"Ah, maaf Kiba. Aku tidak dengar."

Kiba menghela napasnya pelan, "Sudahlah. Lupakan saja. ngomong-ngomong, kau dipanggil Godaime, sepertinya akan ada misi". Kiba memangil seorang genin dan memintanya menggantikan Hinata membawa beberapa kotak berisi makanan ke pos utama untuk dibagikan ke warga.

"Hanya aku?"

"Ya, aku dan Akamaru akan menjalankan misi ke Takigakure bersama Shino besok."

Kiba juga menjelaskan apa yang didengarnya dari Godaime, saat ini kekuatan desa sedang tidak baik, meski kekurangan orang, mereka harus tetap menerima misi agar desa lain tidak tau kalau kekuatan konoha sedang bermasalah. Karena itulah untuk sementara, mereka hanya akan mengirim dua orang di setiap misi, tentu saja setelah adanya pertimbangan dari Godaime.

Hinata mengangguk paham, ia berniat segera bergerak menuju Godaime berada, namun Kiba memanggil namanya dan membuat Hinata menghentikan langkahnya. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, kau bisa menceritakannya pada kami, aku dan Shino pasti akan membantu."

Hinata mengangguk sekali lagi "Aku mengerti. Terima kasih, Kiba."

***

"Nenek Tsunadeeee, kenapa kau tidak mengirim aku dan Sakura di misi yang sama? Kenapa malah Sai? Aku sudah lama menjalankan misi dengan Sakura, pasti kerja sama tim kami lebih bagus."

Hinata yang lebih dulu tiba di hadapan Godaime, sudah tau siapa orang yang mengatakan hal itu, bahkan kata pertama yang terucap sudah cukup menjelaskan kepemilikan suara yang sangat Hinata kenal.

Naruto selalu memikirkan Sakura, begitulah di benak Hinata. Tapi Hinata bisa apa? Dia tidak bisa menuntut Naruto tidak bersikap seperti itu, karena Hinata bukan siapa-siapanya.

Lagi pula kebahagiaan Naruto seharusnya menjadi kebahagiaannya juga. Ya, memang seperti itu seharusnya.

Hinata ingat perkataan Kiba bahwa saat ini misi dijalankan oleh dua orang, dengan adanya Naruto di sini, Hinata menyimpulkan saat ini dia akan menerima misi yang sama dengan Naruto.

"Aku tau siapa orang yang tepat untuk menjalankan sebuah misi. Selain itu kenapa kau lama sekali?!"

Naruto hanya menunjukkan deretan giginya dan menggaruk tengkuknya, tak mungin dia bilang kalau dia terlambat datang karena berdebat dengan Sai demi membujuk Sai memohon pada Godaime untuk digantikan oleh dirinya dalam misi pencarian tanaman obat kali ini. Tentu saja karena itu dia mendapat salam tinju dari Sakura yang menganggapnya kekanak-kanakan.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang