2

18 4 0
                                    

Tiga hari sudah terhitung sejak dirinya berada di tubuh Xin Quan asli dan selama itu pula ia memikirkan kehidupannya.

Bagimana dengan tubuhnya di kehidupan modern?
Apakah tubuh Xin Qian asli di tubuhnya sekarang?
Apa justru dirinya mati tragis? Mama dan papanya pasti sangat sedih.

Memikirkan hal tersebut membuatnya kadang menangis diam-diam di pertengahan malam. Dan Fen menyadarinya karena jejak mata bengkak selalu disambut pelayan pribadinya itu di setiap pagi.

Seperti biasa, ritual mandi pagi dirinya sudah ia lakukan meskipun selalu berjalan cukup alot karena dirinya menolak dengan tegas supaya bisa mandi sendiri. Dan sekarang dirinya harus memakai gaun yang ribet lagi, meskipun harus ia akui bahwa gaun tersebut sangat-sangat indah.

"Permaisuri ini, kain penutup wajah Anda."

"Terima kasih, Fen," ucap Lie Wei yang sudah bertransformasi menjadi Xin Qian itu tersenyum lembut menatap kain yang dibawa Fen sesuai permintaannya kemarin.

Dirinya selama tiga hari ini hanya berada di kediamannya saja tanpa keluar. Selain alasan karena takut dan bingung ke depannya nanti, juga karena kondisi tubuhnya yang masih kurang stabil. Jadi, harus memulihkan dulu.

Alasan meminta Fen untuk menyiapkan kain penutup wajah alias cadar bukan karena wajahnya Xin Qian asli jelek. Wajahnya sama cantik dengan dirinya di masa modern. Dulu ia ingat, teman SMA dan kuliahnya selalu memuji kecantikan alaminya.

Ia memakai cadar berharap selamanya kaisar Wang Zeming tidak akan melihat wajahnya selamanya bahkan sedetik pun akan ia hindari.

"Huh untung Xin Qian tak pernah ditemui kaisar dan untungnya juga dia gak nyodorin mukanya setiap hari ke kaisar. Makasih banyak ya Xin Qian asli."

Lie Wei menatap langit-langkit kamar seolah-olah Xin Qian asli mendengar ucapan terima kasihnya itu.

Dirinya ingin menjauh dari kaisar Wang Zemin yang kejam. Biarlah kehidupan ini berjalan seperti biasanya, dan dia sendiri tidak akan mengusik kehidupan kaisar juga kerajaan ini sambil ia berupaya agar dapat beradaptasi dengan kehidupan Xin Qian.

Berbicara aktivitas, semua kegiatan permaisuri diserahkan kepada ibu suri. Fen telah menceritakan bahwa ibu suri mengambil tugas dirinya karena ia masih tahap belajar. Namun, sangking sayangnya sepertinya ibu suri membiarkan dia menikmati kehidupan bebasnya tanpa tugas.

Jadi anak FK aja pusingnya sampai ubun-ubun, begadang, ngrevisi, tugas sana-sini. Mau jadi permaisuri, ibu negara?! Adeh stress nih otak. Gumamnya.

Yahh, kalau ibu suri yang mengerjakan cepat atau lambat tanggung jawab itu beralih ke dia.

"Saya ingin berkeliling istana teratai ini," ucap Xin Qian kepada Fen setelah memakai cadarnya.

"Tapi permaisuri apakah kondisi Anda sudah baikan?"

Fen terlihat khawatir keadaan permaisurinya belum 100% sehat. Ia tidak ingin kejadian permaisuri yang jatuh pingsan terulang lagi. Permaisuri sudah seperti kakak baginya.

Dengan yakin Lie Wai menjawab. "Tidak apa-apa. Saya sudah memulihkan diri tiga hari dan rasanya ingin menghirup alam yang segar. Saya sungguh bosan."

"Baik, permaisuri."

Wah akhirnya ia bisa menjelajahi suasana kerajaan secara langsung, batinnya bersorak bahagia karena ini kesempatan langka bagi Lie Wei.

Ia berkeliling istana teratai, tempat kediamannya yang sepertinya sangat jauh dari istana matahari, tempat Kaisar berada karena ia melihat tidak banyak aktivitas di sini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tertaut di Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang