CHAPTER O1

689 87 4
                                    

Alunan musik membuat seorang wanita tua yang diduga pemilik kontrakan terbangun dengan wajah kusut. Ia menyembulkan kepalanya dari jendela, lalu berjengit kesal ketika mendapati sang pelaku yang ternyata salah satu penghuni kontrakannya—lagi.

Di halaman yang dipenuhi oleh bunga mawar, terlihat seorang pria cantik sedang asik menari mengikuti alunan musik, serta di kedua tangannya terdapat kipas. Ya, pria cantik itu sedang menari tarian kipas, suatu hal yang telah ia pelajari sejak umur 15 tahun.

"KECILKAN VOLUME MUSIKNYA BODOH!"

Teriakan si ibu kost membuat pria cantik itu terpaksa mengecilkan volume musiknya. Baru saja ia hendak melanjutkan tariannya, namun kedatangan seorang pria yang bertubuh lebih mungil darinya membuat ia berdecak kesal.

"Aku sedang tidak punya uang Renjun, minta saja pada Wendy." Ucap pria cantik itu dengan nada kesal. Ia sudah hafal jika sang adik mendatanginya, itu berarti sang adik ingin uang darinya.

Bibir Renjun mengikuti ucapan kakaknya dengan wajah mengejek. "Nyenyenye, jangan bohong! Kemarin aku melihatmu memasukkan uang ke dalam celengan." Oh ayolah, ia sudah sangat lapar, tapi kakaknya yang pelit ini tidak peka dengan kondisinya.

Winwin—nama pria cantik itu, menghela nafas frustasi. Memang ia berbohong, tapi itu demi kebaikan keuangannya! Ia peka jika adiknya lapar, tapi ia tidak akan mudah memberi adiknya itu uang. Ingatan tentang kejadian minggu lalu masih membekas di kepala Winwin, dimana Renjun tak hanya membeli makan, tapi juga pergi ke bar bersama salah satu teman dominantnya.

Ya, adiknya itu memang nakal. Tapi bukan berarti Winwin tidak memiliki sifat yang sama. Kakak beradik ini memang 11 12, tidak pernah akur dan saling mengejek. Jangan lupakan dengan sepupu mereka, jika ketiganya sudah berkumpul, maka tidak ada kata tenang!

"Ayolah ge~ aku bisa mati kalau tidak makan." Renjun membuat suaranya selucu mungkin, tak lupa ia mengerucutkan bibir agar Winwin luluh. Namun hal itu justru membuat kakaknya mengernyit jijik.

"Jangan berlebihan, atau aku akan menusuk matamu menggunakan kipas!" Ancam Winwin seraya mengarahkan ujung kipasnya kearah mata adiknya.

Akhirnya Winwin menuruti permintaan adiknya. Bukan karena kemauan hatinya, namun ia juga merasa lapar. Jadi mau tak mau ia harus mengajak adiknya pergi ke kedai makan bukan? Sebagaimana nasehat mendiang ibunya dulu agar tetap menjaga Renjun dengan baik.

Namun saat hendak memasuki kamar, langkah keduanya terhenti melihat Wendy kembali dengan wajah kesal. Hey, bukankah wanita itu seharusnya pergi bekerja?

"Ada apa dengan wajahmu?" Winwin mendekati sepupunya itu.

Renjun pun ikut membenarkan. "Ya, wajahmu terlihat masam.. Sudah seperti ibu kost." Seketika tawa kencang keluar dari mulutnya.

"Sialan!" Wendy memukul wajah Renjun menggunakan bantal sofa. Ia bersedekap, wajah cantiknya semakin masam. Tentu hal ini menjadi pertanyaan bagi kakak beradik disampingnya.

"Sebenarnya ada apa denganmu?" Tanya Winwin lagi.

"Aku dipecat, karena terlambat datang."

Seketika kakak beradik itu menepuk dahi. Kabar ini bukanlah lelucon bagi mereka, Wendy adalah satu-satunya sumber uang bagi mereka. Sedangkan Winwin sendiri? Ia mendapat uang jika mendapat job untuk menari di sebuah pesta tertentu.

Jangan ditanya apa pekerjaan Renjun. Ia belum bekerja dikarenakan usianya yang masih terbilang sangat muda, 17 tahun! Di daerah tempat tinggalnya tidak ada yang mau menerima karyawan yang usianya dibawah 20 tahun.

"Itu salahmu sendiri, sudah ku bilang untuk tidak bermain dengan orang-orangan sawah itu terlalu larut!" Winwin bersedekap, ia kira sepupunya itu bangun tepat waktu setelah kegiatan berlatihnya.

"Hey, kalian berdua juga sama!"

Tidak ada musuh sungguhan, maka orang-orangan sawah pun jadi. Benda tersebut memang sangat cocok digunakan sebagai musuh bohongan sebagai media berlatih bela diri. Hanya untuk mengasah kemampuan saja, sebagai bekal jika ada musuh sungguhan yang menyerang, mereka bertiga bisa melawan balik.

Hal ini memang sudah diajarkan oleh orang tua mereka sejak kecil. Katanya 'percuma wajah kalian cantik, tapi tidak memiliki kemampuan yang bisa dibanggakan' hingga akhirnya mereka bertiga tertarik untuk memiliki kemampuan seperti orang tua mereka.

"Ya.. Tapi sayangnya kemampuan kita ini tidak akan menghasilkan uang." Balas Winwin dengan wajah sendu. Mungkin jika mereka berhasil menangkap maling akan diberi upah berupa uang, tapi sayangnya daerah ini tidak pernah terjadi pencurian.

"Kalau begitu aku akan pergi ke kota. Doakan ya, agar aku cepat mendapat pekerjaan." Wendy mengukir senyum yang sangat jarang terlihat di wajah cantiknya.

Kakak beradik itu hanya bisa mengangguk. Jika Wendy tidak berhasil, mau tak mau mereka harus pindah ke tempat yang lebih membuka banyak lowongan pekerjaan. Karena yang namanya hidup, harus memerlukan uang.

.

.

.

TBC

Masih awal2, masih santai. Ntar chapter depan bakal dijelasin lebih banyak lagi tentang wendy ama renjun, tapi cuma dikit doang, karena cast utamanya kan yuwin :D

Btw temanya kerajaan, tapi lebih modern aja (anggep aja kek kerajaan inggris) Udh ada kendaraan, tapi masih jadul :(

All For One, One For All •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang