Sebelumnya saya selaku penulis ingin memberitahukan bahwa cerita ini tidak bermaksud menyinggung pihak manapun.
Semua kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, dan kejadiannya adalah hal yang tidak disengaja.
Semua yang tertulis di sini murni hasil pemikiran dan imajinasi saya.
Jadi saya mohon untuk tidak meniru, menjiplak, apalagi meniru adegan cerita ini.
Sekian terima kasih!
••••••
Halo semua! Perkenalkan nama gue Franda Fransiska. Jika kalian mengira ini menceritakan kisah cinta gue, kalian salah besar. Karena di lapak ini kalian akan mengikuti kisah perjuangan gue dan teman-teman untuk menuntut keadilan.
Tak seperti kebanyakan novel, sekolah gue merupakan sekolah negeri yang baru saja berdiri sejak lima tahun yang lalu. Jika kalian mengira sekolah gue ini adalah sekolah elite, kalian salah besar. Sekolah gue adalah sekolah biasa, yang tak terlalu dikenal oleh masyarakat kota.
Ya, sekolah gue berada di desa, walaupun tak terpencil karena berada di dekat kota. Jika kalian bertanya mengapa gue bisa bersekolah di sana, jawabannya karena jaraknya yang dekat dengan rumah gue.
Ya, gue tinggal di kota yang bersebelahan dengan desa tersebut. Awalnya gue ingin bersekolah di sekolah favorit, yang pastinya juga sekolah negeri. Namun apa boleh buat, sistem zona yang dibuat pemerintah membuat harapan gue pupus.
Mengenai keluarga gue pula, gue memiliki dua orang saudara laki-laki. Satu abang yang sudah kuliah semester tiga, dan satu adik laki-laki yang terpaut satu tahun dengan gue.
Ayah gue bekerja di pabrik yang berada di tengah kota, yang membuatnya jarang berada di rumah. Sedangkan ibu gue pula, seorang ibu rumah tangga yang memiliki aura galak melebihi kang Lee Mbad.
Ya, walaupun galak gue sangat-sangat menyayanginya. Karena gue tau, sikap galak dan tegasnya adalah caranya untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik dan tidak kurang ajar. Ya, paling kurang santai aja.
Kalian mau tau, bagaimana ciri khas ibu gue jika sedang marah? Yaitu melipat bibirnya ke dalam dengan tangan yang bertolak pinggang. Jangan lupakan matanya yang melotot. Selain itu, senjata keramatnya adalah korek api. Ya, ia sering menggunakan benda itu untuk membuat anak-anaknya jera. Walaupun gue tau, korek api itu tak pernah sedikitpun mengenai kulit kami bertiga, anaknya.
Keluarga kami pula bisa dikatakan keluarga harmonis, karena sering bergurau bersama. Keluarga gue bukanlah keluarga sultan seperti novel yang biasa kalian baca. Keluarga gue juga bisa dikatakan tak pernah kekurangan, lebih tepatnya keluarga gue pas-pasan.
Ya, pas-pasan. Pas mau makan, duitnya ada. Pas mau beli motor, duitnya ada. Pas mau beli televisi baru, duitnya ada. Pokoknya pas deh. Tetapi, keluarga gue lebih sering mengeluarkan uang untuk membeli makanan. Ya, sekeluarga memang sangat doyan makan.
Tetapi, yang harus kalian ketahui adalah, orang tua gue banyak uang sedangkan gue anaknya, tak punya uang. Aneh memang, tapi begini lah didikan orang tua gue. Kami hanya boleh meminta uang untuk keperluan sekolah, dan uang jajan yang diberikan sehari sekali. Itupun jika sekolah, jika libur? Bye-bye duit!
Bagaimana jika kami mau membeli keperluan anak muda? Jawabannya ya... kami harus menabung lebih dulu. Tapi hal ini lah yang buat gue sangat-sangat bangga, karena membeli sesuatu dengan hasil tabungan sendiri.
Segitu dulu deh ya perkenalannya, udah cape soalnya. Sampai nanti!
••••••
Terima kasih telah membaca^_^
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya temen-temen, belajarlah menghargai.
Love, Tiara<3
Follow ig: @tiarasj_
Sampai ketemu di Senin depan!
Pontianak, Kalimantan Barat
Senin, 31 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Aspiraciones [On Going]
AdventureIni cerita tentang sekolah yang penuh drama. Sekolah yang benar-benar membuat para siswa tak mendapatkan hak dan keadilan. Namun, semua itu tak bertahan lama karena munculnya angkatan yang berani berontak, dan berani mengaspirasikan keluh kesahnya...