Typo bertebaran!
Happy Reading♡
.
.
.
Bentar kita perkenalan dulu ya.
Disini ada lima cewek;
Pertama, Dinda Clairine fuckgirl tingkat dewa;
Kedua, Miaa Emilia cewek humble;
Ketiga, Dian Nathania cewek kalem;
Keempat, Fara Lathifa yang satu ini antara kalem dan bobrok campur aduk deh, tapi bukan gado-gado ya hehe.
Kelima, Mutia Grazella cewek dingin dan juga yang paling dewasa di antara kelima nya.Cukup segitu aja perkenalan nya, kalau mau tau lebih dalam baca sampai akhir ya! Oke? Oke dongg.
.
.
.
Prangg...“Kurang ajar, tega banget sih kamu. Kamu mungkin bisa mengabaikan perasaan ku, mas. Tapi gimana sama anak kita?” Ucap seorang wanita paruh baya kepada suaminya.
Lelaki itu lantas hanya tersenyum miring, seolah tidak merasa bersalah atas apa yang diperbuat nya. “Jadi? Aku harus peduli gitu sama perasaan dia? Itu anak kamu, aku nggak sudi mengangap dia anak. Bodoh gitu, nggak guna." Ucap nya, setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan istrinya yang kini menangis.
Seorang gadis yang sedang menguping di dekat pintu kamar orang tuanya lantas terkejut. Dia juga tidak meminta untuk dilahirkan menjadi seorang anak yang bodoh. Dia sudah banyak berusaha untuk mencoba menjadi anak yang pintar, selalu belajar, tetapi tetap saja otak nya susah untuk menangkap pelajaran.
☁☁☁
“Haii para sadgirl laknat,” sapa seorang cewek yang baru memasuki kelasnya. Dia menghampiri keempat teman nya dengan wajah bahagia nya.“Haii juga Dindul fuckgirl laknat, “ balas keempat temannya sambil tertawa puas karena telah memberi serangan balik pada Dinda.
Wajah Dinda yang tadi ceria berubah cemberut, “Perasaan kalian deh yang lebih laknat, dasar emang sadgirl laknat,” balas nya tidak mau kalah.
“Fuckgirl laknat,”
“Sadgirl laknat,”
“Fuckgirl laknat,”
“Sadgirl lak-“
“Setiap ketemu kenapa pembahasan pertama harus laknat?” Ucap Mutia mulai jengah menghadapi para sahabat nya.
“Nohh, si Dindul yang mulai duluan, mutt.” ucap Miaa. “Datang datang langsung nyapa pakai kata-kata laknat, kan buat orang emosi!”
“Nahh iya bener tuh, nyari ribut terus!” Ucap Dian meyetujui.
“Lahh, kok gue sihh? Kalian dulu yang mulai,” jawab Dinda mengelak.
“Lo dulu Dindull! Teu aya akhlak emang, anak siapa sih lo?!” ucap Miaa geram. Sunda nya mulai keluar.
“Emang iya? Dinda yang mulai duluan??” Tanya Fara dengan polos nya.
Miaa menatap Fara dengan tatapan yang sulit dijelaskan. “Minta digorok emang lo, Parr.” Ucapnya dengan gemas.
“Lah...” ucap Fara masih belum paham dengan arah pembicaraan mereka.
Dinda mengusap-usap kepala Fara dengan lembut dan prihatin. “Sabar ya, sayang, si indoMie emang nggak ada akhlak. Sebelum kamu digorok, serbu Mia duluan ya!” ucapnya.
Fara menatap Dinda sinis, “Apaan sihh,” ucap nya sambil menyingkirkan tangan Dinda dari kepala nya. Mungkin Fara mulai mengerti dengan arah pembicaraan nya.
“Gue gorok juga lo, Parr. Udah dibelain juga,” ucap Dinda gemas.
“Makasih! Tapi saya tidak butuh pembelaan dari anda.” Ucap Fara.
Dinda memutar bola matanya “Serah Parr, serah!” Ucapnya pasrah. “Ehh, kalian udah selesai pr Bahasa Indonesia belum?” Tanya Dinda.
“Udah dongg,” ucap mereka berempat serentak.
“Emang kita kayak lo, ngerjain tugas tunggu numpuk dulu. Sampai buku nya berjamur baru disentuh,” ucap Mutia.
“Nyelekit euy,” ucap Dinda. “Habis tugas nya ribet banget tau, nyuruh buat cerita. Gue kan nggak pandai ngarang cerita, nggak mungkin kan gue nulis cerita tentang perjalanan cerita gue sama cowok-cowok gue. Nulis nya nggak cukup satu minggu,” ucap Dinda panjang lebar.
“Ya iyalah nggak cukup, cowok lo aja satu bulan ada empat. Tiap minggu ganti, gimana mau siap ceritanya.” ucap Fara geram melihat kelakuan Dinda.
“Kalau nggak ganti nggak seru,” Ucap Dinda bangga. “Oke, balik ke topik! Jadi, diantara kalian nggak ada yang berniat minjamin tugas buat gue gitu?” Tanya nya. “Ingat! Berbagi itu indah tau!” ucapnya.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Tak ada jawaban.Kini saatnya mengeluarkan bakat terpendam, dia beralih menatap Mia. “Miaa, liat tugas dongg. Mia kan cantik, baik hati, sabar, penyayang, dan setia kawan.” ucap nya sambil menampilkan puppy eyes nya dan memasang wajah sok gemas.
Bukannya senang dipuji begitu, Mia malah ingin muntah mendengar nya saking berlebihannya pujian yang di lontarkan oleh Dinda. Mia tidak tergoda, dia langsung sibuk memainkan ponsel nya. “Laknat emang!” ucap Dinda geram.
Belum menyerah dia beralih menatap Dian, “Diann yang paling baik sejagat raya, bagi tugas dong. Dian doang emang bestie gue yang paling baik.” Ucap nya mencoba membujuk Dian.
“Uwuu, makasi loh Dinda pujiannya, kamu juga baik dan cantik.” Jawab Dian yang mungkin suka di puji begitu oleh Dinda. “Tapi,,," Dian menggantung ucapannya membuat Dinda penasaran.
"Tapi?"
"Kamu berani bayar berapa buat satu baris ceritanya?” Tanya Dian bercanda.
Mendengar penuturan Dian, Dinda melongo tak percaya. “Ya Allah, punya kawan gini amat. Nggak ada baik-baik nya,perhitungan sama temen itu dosa loh, Yann. ” Ucap Dinda memperingati.
Dian hanya terkekeh acuh, senang berhasil membuat Dinda merasa kesal.Seorang cowok menghampiri meja mereka dan menyodorkan buku nya, “Ini liat punya gue aja!” ucapnya, lalu kembali lagi kemejanya.
TBC!
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa voment.
Sekian dan terimakasih.Salam sayang
miandra✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Kelabu || On Going
Teen FictionDinda Clairine, gadis berumur 17 tahun. Merupakan salah satu siswi di SMA Trisatya, duduk di kelas XI MIPA 2. Di SMA Trisatya, Dinda masuk dalam golongan murid yang kurang mampu dalam menangkap pembelajaran. Dia sudah berusaha untuk selalu belajar...