Raskal Ranggabuana. Pemuda segudang pesona yang berhasil membuat lautan siswa di lapangan menoleh padanya. Langkah kakinya seperti sebuah ketukan yang harus didengarkan dengan seksama. Bahkan perhatian murid-murid itu tidak sedemikiannya saat ada guru yang lewat di depan mereka.
Pemuda itu memandang lurus ke depan. Seragamnya dikeluarkan, rambutnya acak-acakan tidak disisir. Di tangannya ada gelang hitam bertuliskan slogan kebanggaannya NO SOLID NO VALID bisa dilihat jelas bahkan kejauhan sekalipun saking hafalnya semua murid dengan gelang khas Raskal itu.
Banyak siswi yang menahan godaan untuk meneriakkan nama Raskal di tempatnya. Bagaimana tidak, caranya mengacak-acak rambut menambah kesan keren di hati setiap siswi. Bahkan sudah ada yang melompat-lompat kecil di tempatnya saking inginnya berlari dan mendekap pemuda gagah itu.
"Raskal Ranggabuana, berdiri kamu di sana!" Seru pak Teguh ke arah Raskal. Guru BK itu menunjuk ke arah deretan murid nakal yang diketahui semuanya merupakan anggota geng yang diketuai Raskal.
"Telat bos?" Bisik Jangkar saat mendapati Raskal berlari dan berhenti di sebelahnya.
Jangkar Wirotomo. Teman Raskal yang merupakan juragan iler. Bahkan tidak ada yang tau, pemuda itu mandi atau tidak saat ke sekolah. Penampilannya selalu sama. Acak-acakan. Dan tentunya, bau iler.
Raskal terkekeh. "Biasa. Habis melayani ratu Arab dulu." Ucapnya.
"Si ferguso juga nih, sebelah gue." Imbuh Jangkar sambil memundurkan badannya. Memperlihatkan Virgo Putra Tunggal yang sedang berdiri tegak dengan tangan di belakang.
Virgo Putra Tunggal, teman Raskal yang paling pintar dan disiplin. Pemuda itu yang paling niat belajar rumus-rumus matematika saat yang lain sedang berdiskusi dan bercanda rumus mendekati para gadis. Satu-satunya yang selalu tidak tertarik dengan namanya perempuan ya hanya Virgo Putra Tunggal ini.
Upacara berjalan seperti biasanya. Dengan imbuhan petuah dari kepala sekolah untuk tidak meniru kebiasaan Raskal cs yang sering melanggar peraturan sekolah -kecuali Virgo- dan memanggil beberapa siswa-siswi untuk maju ke depan karena telah membawa piala di berbagai lomba yang mereka ikuti.
"Silva Rastika, juara tiga lomba modelling. Silahkan maju ke depan."
Saat itu, geng VIKTOR satu-satunya yang tidak tertarik mendengarkan dan sibuk bercanda satu sama lain. Raskal yang sibuk mengatai Jangkar bau iler, Virgo yang terus menerus mengingatkan mereka berdua untuk diam.
***
"Huh capek ternyata. Mana sampah banyak banget! Percuma tong sampah segede Dodot ditaro di depan kelas. Anak-anak pada buang sampahnya masih aja sembarangan. Ujung-ujungnya gue lagi gue lagi yang musti bersihin." Omel Jangkar sambil memunguti sampah plastik yang banyak menyumpal di sela-sela kursi di perpustakaan.
"Andai dewi dateng.." Ucap Jangkar sambil tiduran di lantai.
Virgo dan Raskal kompak mengerutkan kening menghadap Jangkar.
"Dewi siapa lagi Jang? Cewek baru?" Tanya Raskal sambil memasukkan sampah yang ada di tangannya ke dalam kresek dan menyerahkannya pada Virgo.
"Iyalah. Baru ketemu kemaren sore di warung mba Mila. Ayune poll lur!" Serunya heboh.
"Ayune sepiro?" Tanya Raskal ikut menjawa.
"Rak ono watese! Kulitnya putih kayak mbak kun, senyumnya lebar mirip senyumnya joker.." Ucapnya sambil menghadap langit-langit seolah membayangkan.
Raskal yang mengikuti arah pandang teman sengkleknya itu bergidik lalu memukul punggung jangkar menggunakan botol plastik yang isinya masih separuh.
"Serem amat selera lo, Jang!" Seru Raskal sambil tertawa. Sedangkan Virgo, hanya geleng-geleng kepala.
"Biarin. Cinta itu tak memandang kasta. Cinta itu buta. Itu yang gue rasain sama Dewi," Ucap Jangkar sumringah.
Mereka bertiga memutuskan untuk tiduran sebentar begitu menyelesaikan acara bersih-bersih perpustakaan sebagai hukuman telat berangkat upacara. Bagi Raskal, ini bukan hukuman. Melainkan anugerah.
Kenapa?
Karena kelasnya sedang kedatangan tamu yang tidak Raskal inginkan. Lebih tepatnya, guru pelajaran bahasa Inggris. Bukan karena Raskal tidak pintar bahasa Inggris ya, dia sangat menguasai bahasa asing itu. Dia kan, anak Sultan. Jangan salah, gini-gini ayahnya itu pengusaha loh. Pengusaha permen lolipop yang sedang ramai di pasaran.
Bu Dora yang jadi sebab Raskal malas masuk kelas. Guru galak itu selalu saja mengungkit-ungkit masa kecil Raskal saat dia umur lima tahun. Raskal yang ngompol di pangkuannya lah, Raskal yang doyan makan bubur diobok-obok lah, dan masih banyak lagi. Raskal malu. Sungguh.
"Cabut kuy! Laper gue," Ucap Raskal langsung berdiri.
"Lo peka banget sumpah bos! Traktiran.. Aku datang.. " Ucap Jangkar sambil berlari gaya slowmo keluar dari perpustakaan.
Raskal dan Virgo terkekeh. "Makin miring otak dia. Jangkarnya beneran berputar." Ucap Raskal.
"Gitu-gitu juga tetep temen lo," Timpal Virgo.
Setelah mereka berada di luar, Raskal menunggui Virgo yang sedang mengikat tali sepatu sambil memperhatikan pemandangan lapangan upacara yang sepi. Hanya terlihat mang Jenggot yang sedang menyapu daun-daun yang berguguran. Raskal memperhatikan seluruh sudut sekolahnya, hingga menemukan Jangkar yang sedang menggoda ibu kantin. Bahkan dari sini, dia bisa melihat bagaimana raut bodoh yang Jangkar gunakan. Pantas saja, cewek-cewek ilfeel sama dia.
"Lo kagak ikut ngantin, Go?" Tanya Raskal.
Virgo menggeleng. "Lo aja. Gue mau merancang masa depan dulu biar sukses,"
Raskal mengangguk paham. Dia langsung berbalik dan menuruni tangga. Sedangkan Virgo sudah masuk ke salam kelasnya. Iya.. Kelas mereka kan, memang ada di sebelah perpustakaan. Untung saja tirainya selalu ditutup saat pembelajaran berlangsung. Jadi tidak ada acara bu Dora memergoki Raskal dan Jangkar yang mangkir dari jam pelajaran.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Raskal
Teen FictionRaskal Ranggabuana. Pemuda dengan tampang ganas ikon SMA 314. Pemuda berbahu lebar yang semakin menambah kegagahannya. Memiliki solidaritas yang terkenal baik diantara teman-temannya maupun adik kelasnya. Di tangannya melingkar gelang bertuliskan NO...