Bintang Nova Prakarsa

6 1 0
                                    

'hewan peliharaan'

Gadis ini membaca novel wattpad yang sedang hot akhir-akhir ini di kalangan penggemar. Gadis yang berambut hitam pekat itu menatap akhir chapter cerita ini kesal.

"Bintang, harusnya lo gak claim diri lo gitu!" Gumamnya.

Gadis cantik itu melangkah cepat dan membuka pintu berwarna salem didepannya. Ia melihat seorang perempuan yang lebih tua darinya.

"Kak! Bangun kak!" Ujarnya sambil menggoyangkan badan kakaknya yang tertidur pulas di ranjangnya.

"Apa sih Luna?" Tanya kakaknya.

"Kak aku penasaran sama lanjutan cerita kakak!" Luna menatap kakaknya antusias.

Bintang. 

Itu judul cerita buatan kakaknya. Cerita yang hampir menyentuh angka 10 juta pembaca. Berkisah tentang lelaki bernama Bintang Nova Prakarsa yang dikekang orangtuanya. Lalu bertemu dengan perempuan bernama Hailey. 

Sesuai spoiler kakaknya, Bintang dan Hailey akan berakhir bahagia.

"Ck! Kamu bangunin kakak cuman buat tanya kakak tentang cerita?" Kakaknya mendengus dan kembali menutup mukanya dengan bantal. Ia sudah menulis ceritanya hingga pagi tadi, hanya saja belum ia publish.

"Kak Lyra!!" Rengek Luna. "Kakak tuh gantungin pembaca tau gak?  Masa bintang claim diri sendiri hewan? Kakak keterlaluan tau! Trus masa Hailey perannya dikit banget? Kak ini udah chapter keberapaa..."

Kakaknya mendesah kesal dan duduk. Ia menatap Luna yang menampilkan raut wajah kesalnya.

"Ambil laptop kakak."

Luna langsung mengambil laptop kakaknya yang berada di meja dekatnya.

Ia melihat kakaknya yang sigap langsung membuka web wattpad. 

"Loh?"

"Kak kenapa?" Tanya Luna saat kakaknya terlihat bingung.

"Ko-kok? Cerita kakak hilang?"

"Hah?"

Luna segera melihat. Benar, cerita itu hilang. Hilang dari bagian pertemuan Hailey dan Bintang.

"Kakak hapus gak kemarin?"

"Gak, kakak gak hapus,-" Ujar Lyra "T-tapi kok bisa hilang?"

Luna pun sama bingungnya dengan kakaknya. Bagaimana bisa hilang jika tidak dihapus?

"Aish! Padahal ceritanya udah mau selesai!"

"Kak jadi gimana?"

"Kakak publish ulang lah. Untung kakak simpen di word buat jaga-jaga."

Luna menghela napas lega. 

"Loh kok gakbisa??" Panik kakaknya.

================================

Kekangan, pertemuan, kecelakaan, membuat isi kepala lelaki ini mau pecah. 

Ia terbangun dengan napas yang tidak teratur. Ia melihat ke sekelilingnya, mimpi buruk itu datang lagi.

Dengan jantung yang berdegub kencang, lelaki ini menuju dapur rumahnya, mengambil minum dan menghabiskan satu botol penuh air mineral.

"Kok gak tidur?" 

Lelaki itu melihat ayahnya yang terlihat baru saja pulang.

"Kebangun." Jawabnya ketus.

"Gimana sekolah?"

"Baik."

"Tetap juara satu kan?" Tanya ayahnya memastikan. "Kamu bisa mempertahankan kan? Jangan buat papa malu."

Lelaki itu mengeratkan tangannya dan menghela napas. 

"Bisa, Pah."

Ayahnya mengangguk dan pergi dari dapur. Sedetik setelah itu lelaki ini menggebrak mejanya. 

Sampai kapan? Itu pikirannya. 

Kehidupannya ini membuat dirinya sesak. Banyak kata-kata yang ingin dirinya ucapkan pada ayahnya itu namun tidak bisa. Bagaikan burung dalam sangkar, dirinya tidak dapat melakukan apapun. Dalam sunyi, Bintang terduduk di lantai. Menatap ubin dapurnya yang mengkilap terkena sinar remang bulan diluar. Bintang memukul ubin itu. Bagaimana bisa ubin itu terlihat indah dan berwarna dibanding dirinya sendiri?

Tidak mau berlarut dalam kemarahannya, lelaki ini bangkit dan menuju kamarnya kembali. Ia memperhatikan semua piala yang tersusun rapi di etalase kaca. Ia juga melihat medali yang digantung. 

Setelah cukup melihat, lelaki ini tertawa kecil. Menertawai dirinya. 

Ia seperti hewan peliharaan bukan?

Diberi makan dan tempat tinggal untuk dipaksa mengikuti apa kata majikannya.

"NOVA!" 

Lelaki ini mendengar seseorang meneriakkan namanya, tak lain itu pasti ayahnya.

Ia menghela napasnya dan menuju ruang kerja ayahnya.

"Kenapa pa?"

"Papa baru inget, kamu besok setelah sekolah langsung datang ke kantor papa."

"Buat apa?"

"Datang aja, jangan banyak tanya!"

"T-tapi pa-"

"BINTANG NOVA PRAKARSA!" Bintang tersentak. Ayahnya menyebut namanya dengan lengkap yang berarti, ia benar harus mengikuti apa yang disuruh.

"Ingat bintang, lo gak lebih dari hewan peliharaan." Batinnya.

"I-iya pa."

Bintang kembali ke kamarnya, membanting segala benda yang ia lihat didepan matanya. Menangis diatas pecahan barang-barang rapuh. Ia mengambil foto yang tertimbun serpihan kaca bingkai, menatap foto atas dirinya dengan ibunya. Ibunya yang cantik dan mengerti luar dalam Bintang, ibunya yang tidak membiarkan dirinya sendirian, ibunya yang akan menenangkan dirinya ketika ia emosi, ibunya yang meninggal atas perbuatan ayahnya.

Bintang menggenggam foto itu dan mengucap doa, meminta pada Tuhan, jika ada yang dapat menolongnya keluar dari neraka ini, seperti yang akan dilakukan ibunya, ah tidak, bahkan ibunya sudah melakukannya beberapa tahun lalu. 

Bintang. || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang