Bagian 2

59 3 1
                                        

Dua hari sebelum kejadian di rumah Acil.

Sore itu sebelum pulang Acil memasuki perpustakaan kampus. Di tangannya ada dua buah buku yang akan dikembalikan. Petugas perpustakaan Bu Dewi, perempuan berumur 40an itu sedang sibuk mengetik sesuatu si monitor komputer. 

"Sore, bu! Saya mau mengembalikan buku." Kata Acil tersenyum ke arah bu Dewi. Perempuan cantik berusia tiga puluhan penjaga Perpustakaan itu anggukkan kepala. Acilpun menyerahkan buku ke Bu Dewi. 

"Kamu mau pinjam buku lagi?"Bu Dewi kemudian menawarkan sambil tersenyum. Acil anggukkan kepala.

"Biasa bu, nyambung."Sahut Acil sambil nyengir.  Bu Dewi pun tersenyum kecil dan anggukkan kepala lalu kembali sibuk ke layar komputernya.

Acil pun segera masuk ke dalam koridor perpustakaan yang berjejer puluhan rak-rak buku dari berbagai sumber dan berbagai ragam bidang keilmuan. Tapi anak muda ini tidak langsung memilih buku yang akan dia pinjam, tapi malah berbelok ke arah sudut paling ujung sebelah kiri lorong perpustakaan. Dua buah lemari kayu besar yang berisi berbagai arsif dan dokumen perpustakaan berdiri kokoh. Acil langsung menyelinap ke balik lemari-lemari gersebut.

Di sana, di atas sebuah kursi kayu duduk sosok Sandra, pacarnya yang sedang asik membaca sebuah buku. Tempat duduk sandra berada di sudut mati lemari hingga tidak mungkin terlihat dan ketahuan oleh orang yang lewat di koridor perpustakaan.

"Selamat sore, bidadariku,"Sapa Acil begitu melihat sang kekasih. Sandra berpaling dan melemparkan sebuah senyum manis ke arah Acil. Satu kecupan di sudut bibir si gadis  diberikan oleh Acil dengan sangat lembut.

"Kok, terlambat?" Tanya Sandra setelah Acil duduk di kursi satunya dekat-dekat disampingnya.

"Menunggu yang lain pulang. Susah kalau mereka tahu kita janjian disini. Makanya aku usir dulu gerombolan itu." Jawab Acil enteng dan mengelus rambut Sandra mesra. Sandra tertawa kecil tergugu. Yang dimaksud Acil tentu saja sahabat-sahabatnya yang selalu bersamanya.

"Sama. Aku juga harus berbohong ama anak2. Aku bilang mau ke rumah tante aku di jalan Merdeka, mereka baru mau ninggalin aku pulang."

Sepasang kekasih ini sama-sama terkekeh geli. tapi gak berani keras-keras karena khawatir terdengar oleh Bu Dewi. Mereka memang sering janjian di perpustakaan, selain karena memang hobinya sama-sama membaca juga di perpustakaan tidak akan diganggu mahluk-mahluk lain terutama genk mereka yang certewet dan usil. 

"Kamu baca buku apa?"Tanya Acil sambil menggerakan hidungnya ke arah buku di tangan Sandara. Gadis ini memperlihatkan sampul bukunya yang terlihat judulnya, "Memperkaya Pikiran Dengan Ilmu".

Acil mendekat dan ikut membaca melewati bahu Sandra. Posisi Sandra tepat di depan Acil maka Acil sedikit menyender ke bahu kekasihnya. Tapi rupanya Acil tidak hanya bisa melihat halaman buku yang sedang dibaca Sandra tapi juga dapat melihat celah payudara kekasihnya dari atas bahu membuat Acil jadi blingsatan. Acil makin merapatkan tubuhnya, malah kemudian setengah memeluk Sandra dari samping. Wajah dan hidungnya menyentuh rahang dan leher Sandra.

Hembusan nafas hangat Acil terasa hangat menggelitik tengkuk, leher dan rahang membuat Sandra harus menahan napas karena mendadak bulu romanya berdiri. Tidak hanya itu Acil kemudian mendaratkan satu kecupan kecil di rahang bawah Sandra. Kecupan lembut dan lama sedikit digesekkan di pipi dan rahang. Telapak tangan kanan Acil mendadak sudah mendarat di gundukan payudara Sandra, sedikit menekan tanpa gerakan.

Sandra mendesah. Napasnya tersendat tapi gadis ini masih diam. Diam dan menunggu! Benar saja. Melihat reaksi diam kekasihnya Acil makin berani. Tangan kanannya yang berada di dada Sandra kemudian membuat gerakan meremas lembut, pelan penuh penghayatan. Sandra merasakan aliran darahnya mengalir cepat, pori-pori kulitnya mulai menghangat. Buku dalam genggamannya menggantung diam, tidak lagi jd diperhatikan. Terlebih saat bibir Acil mulai melakukan ciuman dan jilatan di sekitar leher belakangnya, Sandra sampai merinding dan mendesah halus. Tubuhnya mengejang karena saat bersamaan jari jemari Acil masih terus melakukan remasan lembut di gundukan dadanya yang masih tertutup kemeja.

Suasana di dalam perpustakaan kampus sore itu memang sepi. Sebagian besar mahasiswa mungkin sudah pulang atau hanya nonggkrong di Kantin, koridor atau di taman. Malas ke Perpustakaan yang biasanya tutup jam 5 sore. Hal ini membuat Acil merasa leluasa. Sandra sudah terpengaruh oleh ciuman dan rabaannya. Segera Acil merubah posisi merapat duduk di belakang punggung kekasihnya. Kedua tangan pun Acil masih lekat menempel di dada Sandra seperti sembrani. Malah kini gerakan jemari Acil kian aktif memutar dan meremas gundukan daging kenyal hangat itu.

Sandra sudah sejak tadi memejamkan mata. Kedua lengannya melingkar di perutnya yang mulai terasa kejang karena timulnya kedutan di bagian kewanitaannya yang mulai membasah saat remasan kekasihnya kian intens dan mulai menyentuh ujung pentil payudaranya. Saat itulah tangan kiri Acil merayap turun, melewati perut lalu mengelus paha kekasihnya lembut penuh perasaan. Nafas Sandra sesaat terhenti ketika perlahan-lahan jari jemari Acil menurunkan resleting celana bahan warna hitam yang dikenakannya. Jemari itu masuk menelusur kian ke dalam, menembus celah paha celana dalam Sandra yang terbuat dari bahan nilon halus. Mengelus lembut membuat Sandra yang memang menunggu dibuat terlena lalu menelusup dipinggirannya.

Acil bisa merasakan rasa lembab hangat di dalam kain tipis itu, malah jemarinya menyentuh kebasahan yang nyata. Jari tengahnya mengelus lepitan lembut nan basah itu dengan sangat pelan dan hati-hati. Sandra melenguh, menggigit bibir bawahnya saat merasakan elusasn lembut di bagian rahasianya itu, tepat di lepitan yang sudah mulai membasah akibat cairan nafsunya. Jari tengah Acil terus bergerak menelusuri lepitan yang menganak sungai itu, terasa lembut, hangat dan basah. Bagian bawah tubuhnya sejak tadi sudah menegang keras melintang menyentuh bokong Sandra dan jelas bisa dirasakan pula oleh gadis itu. Terasa panas dan keras bagaikan tonggak besi. 

Saat tangan kirinya berada di dalam celana dalam Sandra memberikan rangsangan di bagian vagina, tangan kanan Acil kini melintang menyebrang ke dada kiri Sandra dan melakukan remasan lembut. Sandra benar-benar sudah tidak tahu harus berbuat apa. Terlebih saat jemari tengah Acil mulai melakukan gerakan menggosok lebih cepat, Sandra sampai terpekik dan tubuhnya melenting karena ombak kenikmatan mulai menerjangnya. Kepalanya miring ke kanan dengan menggigit bibir bawahnya. Kini gadis itu hanya menunggu badai itu datang. Dan Acil yang melihat rekasi kekasihnya menambah rasangsangan itu, bibirnya menciumi dan menjilat leher jenjang Sandra dengan rakus. Bibir merah itu terbuka, memperlihatkan deretan gigi putih dan rapih karena hampir saja Sandra mengeluarkan jeritan panjang saat badai orgasme itu datang.  

Tubuhnya terasa lunglai, lemah bagai tidak bertulang. Dan Sandra rebah di dada Acil yang sudah menghentikan semua aksinya dan kini menciumi pipi Sandra penuh rasa sayang. Sesaat keduanya terdiam. Sandra masih mengatur nafasnya yang memburu. sedangkan Acil menutup lagi resleting celana kekasihnya. Jari telunjuk dan jari tengahnya basah dilumuri cairan cinta kekasihnya. Kemudian dengan mesra Acil memeluk Sandra dari belakang.

"Hari minggu besok aku mau ngajak kamu ke rumah. Mau?"

Sandra memalingkan wajahnya menatap Acil yang juga menatapnya penuh arti. Sesaat gadis itu seperti ragu, tapi beberapa lama kemudian senyumnya tersungging dan anggukkan kepala mantab.

Acil tersenyum bahagia. Sudah terbayang di benaknya dia bisa berduaan dengan kekasihnya tanpa khawatir dipergoki orang lain. Sekali lagi dikecupnya bibir merah menantang itu penuh nafsu.

--------------------------------------------------------------------

Cuma cerita sampingan sekedar iseng melanjutkan cerita bagian 1.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang