Tiket Gratis - Osaki Shotaro

32 7 19
                                    

Cerita ini hanya karangan penulis semata. Cerita ini tidak ada hubungannya dengan kehidupan asli artis. Jika ada kesamaan tempat, waktu, tokoh, itu semua adalah ketidaksengajaan. Tanggal-tanggal yang dicantumkan juga hanya karangan penulis.

Have fun!~

Shotaro sebagai Reihan


¦————¦


Hari ini Senin.

Sekarang jam 13.30.

Waktunya mata pelajaran olahraga kelasnya Caca.

Materinya atletik, lebih tepatnya lari estafet.


"Hareudang, hareudang, hareudang. Panas, panas, panas~"

"Itu siapa yang nyanyi?!"

"Maaf, Pak!"

Caca udah capek sama kelakuan temen setimnya yang satu itu. Dia cuma pengen ini cepet selesai karena habis ini langsung jam kosong. Tim yang udah praktek boleh cabut duluan. Dan temennya yang nyanyi itu malah jalan santai. Dan sialnya lagi temennya itu pelari terakhir.

Kok ngeselin, ya?!

Caca jadi gregetan. Tapi gak mungkin dia mau marah-marah sekarang. Sabar, tinggal nunggu dia jalan tiga meter lagi baru hajar.

Priiiiit!

"Kalian boleh istirahat. Tim selanjutnya mana? Ayo bersiap!"

Sesuai janji yang Caca buat tadi, dia tanpa basa-basi langsung menghampiri temennya lalu mukul dengan membabi-buta.

"Aduh, aduh, Ca! Berhenti, dong! Salah gue apaaa??" Lucas mengaduh kesakitan. Ini serius, tapi Caca emang seganas itu kalau mukul Lucas.

"Kenapa pake nyanyi segala, sih?! Udah tau panas, malah dilama-lamain."

"Justru karena panas, energi gue menghilang. Lenyap ditelan bumi," jelas Lucas membela diri.

Sabar, Ca. Lucas bisa dikalahin bukan dengan cara adu kekuatan. Pasti ada cara lain. Ditunggu aja, Ca.

Caca menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Bisa, ya, ada manusia kayak Lucas. Udah enggak mau mikirin Lucas lagi, Caca langsung pergi menuju kantin.

Sama kayak kelasnya Caca, adek kelasnya, lebih tepatnya kelasnya Reihan juga lagi di luar kelas. Guru mereka ngajak belajar di luar kelas dan disetujui semua murid. Enaknya lagi, waktu pengerjaan tugas boleh di mana pun asal enggak ke lantai atas atau ke kantin.

Reihan sama temen sebangkunya—sekaligus temen deketnya milih bangku di tempat parkir depan. Ada satu kursi taman beserta meja ditempatkan di pojok dekat gerbang dalam. Tempat parkir ini bersebelahan sama lapangan dan di atasnya ada kelas. Jadi, di sini tempat teduh terdekat dari posisi guru mereka.

Selagi ngerjain tugas, Reihan bolak-balik lihatin lapangan. Dia fokus sama seseorang yang lagi mandangin Lucas dengan tatapan jengkel. Siapa lagi kalau bukan Caca.

Ini rahasia, Reihan udah suka Caca sejak jadi murid baru. Jangan bilangin ke Caca, ya!

Reihan sebenernya mau deket sama Caca, tapi dia selalu gak percaya diri. Apalagi setiap lihat kedekatan Caca sama Lucas—padahal mereka cuma berantem aja. Kayak momen yang lagi Reihan lihat sekarang.

"Hah, kapan Kak Caca bisa kenal gue, ya? " Reihan memandang kosong ke depan. Tugasnya udah selesai, makanya dia bisa santai.

Orang di sebelah Reihan noleh. "Udah gue bilang berapa kali, lo itu berani dikit, kek! Masa liat Kak Caca sama Bang Lucas aja udah mundur duluan? Semangat gitu, loh."

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang