Alfanatha Deandra
Naira Aldenaya
*
*
*Deandra, Cowok itu kini masih terbaring di atas kasurnya memandang langit-langit kamar tak peduli dengan suara bising alarm dan suara seorang cewek yang sedari tadi menyuruhnya bangun seraya terus mengetuk-ngetuk pintu.
"Den? Den Andra bangun! Papa nya den udah nunggu di bawah den" Ujar cewek itu, lembut.
Entah sudah berapa kali cewek itu mengatakan kalimat itu pagi ini "Den! Nanti telat ke sekolahnya, saya kan juga harus ke sekolah. Kalau den Andra gak bangun saya gak bisa kesekolah" sambungnya lagiAndra yang sudah cukup muak mendengar suara itu pun kini menyahut dengan nada ngegas"Yaudah sana, berangkat aja duluan!"
"Kalau saya berangkat duluan, papanya den Andra bakal marah, kita harus berangkat barengan"
"Ribet banget sih jadi orang" gumam Andra
Cewek itu mendengus kesal. Ingin sekali rasanya ia berteriak kencang pada cowok yang sangat susah di atur itu 'Andai gue gak punya janji sama papa lo buat selalu ada di deket lo dan gak pernah ninggalin lo, mungkin sekarang gue udah ada di kelas duduk manis dan baca buku' Keluhnya dalam hati.
"Naira?" panggil Pak Dean, papa Andra yang kini berjalan mendekat kearahnya "Giamana? Udah bangun?" Cewek bernama Naira itu menggeleng membuat pak Dean menghela napas berat.
"Andra? Bangun sekarang! Kasian Naira, nanti telat cuma gara-gara kamu" Pak Dean kini menggedor-gedor pintu kamar Andra
"Iya, iya pa" Sahut Andra dengan terpaksa segera bangkit menuju kamar mandi.
"Tunggu bentar lagi ya!" Ucap pak Dean lembut seraya mengelus lembut surai rambut Naira. Naira tersenyum mendapat perlakuan seperti itu mengingatkannya pada almarhum ayah dan ibunya nya yang sering kali mengelu-ngelus kepalanya saat akan tertidur. Perlakuan yang diberikan pak Dean padanya selama ini sangat baik.
"Saya berangkat duluan ya, ada meeting penting pagi ini"
"Iya pak, hati-hati"
***
Naira kini duduk di sofa ruang tamu menunggu Andra sangat lama. Sebenarnya ia sangat kesal, tapi ia harus melakukan ini demi pak Dean yang sangat baik padanya.
Teringat saat kepergian ayah dan ibunya karena kecelakaan setahun lalu, saat itu Naira tak punya siapa-siapa lagi. Semua keluarga dari ayah maupun ibunya tak ada yang ingin menampungnya karena memang keluarga ayah dan ibunya berselisih sejak lama.
Untungnya ada pak Dean yang baik hati ingin merawatnya bahkan siap membiayai sekolah Naira dan melunasi uang semester yang dulu sempat tertunggak. Awalnya Naira menolak karena tak enak, tapi pak Dean tak menyerah. Akhirnya Naira mengambil keputusan, dia akan tinggal di rumah pak Dean dan bekerja sebagai pelayan tanpa di bayar. Awalnya pun pak Dean tak setuju, tapi pada akhirnya mereka sepakat karena Naira bersih kukuh mempertahankan keputusannya untuk bekerja saja di rumah pak Dean.
Bagi Naira, pak Dean adalah orang yang hebat. Ia mampu membesarkan anaknya seorang diri, setelah ditinggal istrinya yang memilih laki-laki lain saat kondisi keuangan pak Dean menipis. Padahal umur Andra waktu itu masih 8 tahun. Untungnya pak Dean tak menyerah dan membangkitkan perusahaan nya sendiri. Ya, Naira tau itu semua dari pak Dean sendiri yang telah merasa akrab dan sangat terbuka pada Naira. Naira pun selalu memberi nasehat yang baik dan bijak pada pak Dean.
"Jadi lo mau di sini aja? Gak sekolah?" Kata Andra membuat Naira tersadar dari lamunannya
"Eh maaf den, saya gak sadar kalau den Andra ada disini" Naira segera bangkit dari duduknya. Andra melempar tatapan sinis pada Naira lalu berjalan keluar. Naira yang sadar akan tatapan itu hanya sekedar menghela napas gusar lalu berjalan mengikuti arah langkah Andra.
Kadang Naira heran mengapa pak Dean punya anak yang sikapnya sangat bertolak belakang dengan papanya.
***
Mobil Andra baru saja memasuki gerbang sekolah SMA Gentara. Sebenarnya gerbang sekolah sudah tertutup. Jika saja mobil yang datang bukan milik seorang DEANDRA, satpam tak akan membukakan gerbang.
Pak Dean adalah donatur terbesar di SMA Gentara, tak heran jika Andra mendapat perlakuan hormat dari pihak sekolah.
Suasana sekolah sudah sepi, tandanya pelajaran sudah di mulai. Naira dengan cepat turun dari mobil dan Andra terlihat begitu santainya. Naira memutar bola matanya dan lagi-lagi menghela napas.
"Den Andra, cepetan dong!"
"Duluan aja kali! Ribet amat jadi orang"
Kini Naira terdiam menatap aneh kearah Andra
"apa?" Tanpa menjawab, Naira mendekat kehadapan Andra dan tangannya mulai bergerak memasang kancing baju Andra bagian tengah yang terbuka.
Andra menatap wajah cewek itu, belum pernah ia melihat wajah Naira dari jarak yang sangat dekat seperti ini. Ya, Andra terpaku namun ia segera mengalihkan pandangannya saat Naira melihat kearahnya.
Naira tersenyum "Ayo! Kita udah telat" seraya menarik tangan Andra berlari menuju kelas.
*
*
**
*
**Bersambung**📌Nairandra...
Yang baca jan lupa vote and comment ya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
DEANDRA
Teen FictionDisaat seseorang mencintai seseorang yang dibencinya😔 Kisah yang cukup rumit, bagaiamana akhirnya? 📌Reading🤗