BAB 1

2 1 1
                                    

Pagi ini tidak berbeda jauh dengan hari biasanya. Anisa bangun sebelum bel pondok berbunyi dan segera pergi ke kamar mandi. Anisa merupakan seorang santri yang bermukim disalah satu pondok salaf yang sudah lama berdiri di Jawa Timur. Pondok ini bukan pondok besar seperti pondok yang memang sudah terkenal dan memiliki banyak santri. Pondok ini hanya sebuah pondok yang terdiri dari 17 kamar, yang 3 diantarnya bisa menampung sekitar 24-35 santri putri, dan sisanya berisi 8-12 anak yang hidup didalamnya secara berdesak-desakan. Terdiri dari satu masjid kecil yang menjadi satu tempat dengan aula, dimana biasanya saat sholat atau kegiatan tertentu bersama dengan santri putra yang lokasi santri putri di aula. Satu mushola kecil berlokasi di pondok putri, hampir semua kegiatan santri putri berpusat disini. Pondok putra dan putri terpisah, dipisahkan oleh rumah ndalem atau biasa disebut rumah gus/ning, putra putri dari almarhum abah kiyai.
Anisa tipikal santri yang tidak suka mengantri, meski kamar mandi sebanyak 19 dan santri 196, kamar mandi akan antri apabila semua bangun setelah bel. Untuk mengantisipasi itu anisa bangun lebih awal dengan temannya, Roifa. Meski lebih awal, area kamar mandi sudah dihuni oleh beberapa santri lain yang mencuci dan mandi.
Benar saja, baru masuk kamar mandi, bel sudah berbunyi dan membangunkan banyak santri wati kemudian disusul suara adzan subuh dari masjid yang berada di kawasan santri putra. Anisa pun tersenyum mendengar suara adzan tersebut.
Selesai mandi dan wudlu, Anisa segera ke kamar dan mengambil mukena untuk segera ke mushola menunaikan shubuh.

Pov Anisa
"Mbak Anisa" panggil seseorang dari depan kamarku. "Segera ke mushola, pujian, mbak-mbak biar saya yang bangunin. Di mushola belum ada orang, keburu kesiangan nanti." Ucap seorang mbak-mbak pemgurus kepadaku. "Nggeh mbak, sebentar ya." Belum lama ini aku menjadi seorang pengurus pengajian, yaitu pengurus yang menangani bagian sholat, mencari/memanggil imam, mengganti imam, mengabsen kehadiran saat mengaji, dan merekap absen tiap bulan. Pujian itu seperti bersholawat sebelum mulainya sholat untuk menunggu datangnya imam. Untung saja tidak lama, ning yang mengimami pagi ini sudah rawuh. Setelah itu kami memulai ibadah shubuh pagi ini. Setelah shubuh, kami pergi mengaji ke kelas masing-masing. Mulai beberapa minggu kemarin, aku sudah kelas 3, baik di pondok ataupun di sekolah. Tempat mengaji ku di ndalem ning Nur, istri dari gus ku yang pertama, disimak langsung oleh beliau Ning Nur.
Setelah mengaji aku menata beberapa buku pelajaran dan bercakap dengan teman sekamarku sambil menunggu waktu mengambil makan.
Kriiiiiing.......
"Mbak Pur, ambil makan, yang banyak yaaaaaa"

AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang