Part 1

7 1 0
                                    

Roda kehidupan selalu berputar. Ada kalanya seseorang berada di atas, kadang juga di bawah. Peristiwa hidup silih berganti, ada rasa bahagia, kecewa, senang, sedih, marah. Semua itu pernah dirasakn oleh semua orang. Dalam menjalani kehidupan, terkadang mengalami kesedihan yang mendalam hingga membuat orang yang merasakan hal itu sulit untuk menjalani hidup seperti biasa. Hal inilah yang sedang dirasakan oleh haerin. Haerin sedang dilanda kesedihan yang mendalam, ia telah ditinggal oleh ibunya seminggu yang lalu akibat kecelakaan. Namun, haerin tak bisa menerima kematian ibunya karena kecelakaan itu. Orang yang menabrak ibu Haerin tak bertanggung jawab lalu pergi meninggalkan ibu haerin yang berlumuran darah dijalan. Beruntung ada orang yang membantu ibu haerin dan membawanya ke rumah sakit. Namun, sudah terlambat.. ibu haerin meninggal saat sampai di rumah sakit akibat kekurangan darah. Saat ini haerin merasa sedih dan bingung. Bagaimana masa depannya dan adiknya nanti? Hal itulah yang saat ini ia pikirkan.  Karena semasa ibunya hidup beliaulah yang mencari nafkah menggantikan ayahnya. Haerin telah ditinggalkan ayahnya saat ia berumur 7 tahun dan adik haerin saat itu masih berumur 3 tahun. Ayah haerin meninggal akibat penyakit kanker otak yang diidapnya selama 2 tahun belakang sebelum beliau meninggal.
.
.
.
.
.
.
.
.
Duka yang mendalam membuat Haerin masih setia berada dikamar, duduk ditepi ranjang sambil menggenggam sebuah bingkai foto yang terdapat foto mendiang ayah dan ibunya.

“ kenapa harus padaku Tuhan? Kenapa harus padaku semua ini terjadi?” ucapnya sambil sesenggukan.

“ apa tak boleh?! aku untuk terus hidup bersama orang yang aku sayangi? Apa salahku padaMu Tuhan?!!! Hiksss “ Teriaknya didalam kamar.

Mendengar sebuah teriakan, seseorang kemudian datang menghampiri asal teriakan itu. Jeonsan adik dari haerin. Mendengar itu jeonsan langsung mengetuk pintu itu dengan keras karena rasa khawatirnya pada sang kakak.

“ oennie ayoo buka pintunya!” seru jeonsan

Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Saat pintu terbuka jeonsan langsung masuk dan betapa kagetnya dia. Saat melihat kamar sang kakak yang sudah seperti kapal pecah. Pecahan beling dimana-mana, baju yang berantakan, bantal ada dilantai, meja rias yang berantakan dan sang kakak yang terlihat buruk dan mengenaskan. Mata sembab, mulut kering, wajah yang pucat.

*ilustrasi*

“ oenni! Apa oenni tak apa-apa? Apa yang terjadi padamu?” ujar jeonsan sambil memeluk sang kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ oenni! Apa oenni tak apa-apa? Apa yang terjadi padamu?” ujar jeonsan sambil memeluk sang kakak.

“ oenni janganlah kau terlalu larut dalam kesedihannmu. Kau harus melanjutkan hidupmu eonni. Aku tau jika kau tak terima kematian ibu karna akupun begitu tapi apa oenni tak ingat apa yang pernah dikatakan oleh ibu pada kita? ”

Flashback
“eonni! Jangan ambil makanannku. Kau sudah dapat oennie dan aku belum hikss hikss” kata jeonsan sambil menangis tersedu-sedu

“ haahhaa.. baiklah. Ini bagianmu aku hanya bercanda jeonsan.” Ucap haerin

“ bercandamu benar-benar tak lucu oenni. Aku benci padamu. huhh!!” ucapnya sambil memalingkan wajahnya sambil .

“ heyy.. anak baik. Kaukan anak yang manis jeonsan, harusnya kau memaafkanku. Akukan hanya bercanda tadi.” Ucap haerin sambil memasang aegyo namun tak dihiraukan oleh sang adik.

Sedangkan dari dapur ada seorang wanita paruh baya yang tengah melihat adegan drama tersebut. Bukannya marah tapi ia malah gemas pada kedua anaknya tersebut. Sang anak laki-laki sedang bersikap acuh sedangkan yang perempuan sedang memasang muka lucu. Melihat itu sang ibu langsung menghampiri kedua anaknya diruang tamu.

“hey sudahh.. kalian ini selalu saja bertengkar. Kau haerin.. berhentilah menggoda adikkmu. Kamu harusnya menjaganya karna dia lebih kecil darimu. Dan kau jeonsan, walau kau lebih muda dari kakakmu kau harus menjaganya dan jngan biarkan dia sedih yaa. Kalian harus saling melindungi dan saling mendukung yaa. Jika sebuah masalah datang pada kalian, kalian harus menghadapinya dengan tegar bukan menyerah dan melarikan diri dari masalah itu. Okee?” ujar sang ibu

“baik eomma, aku sebagai anak yang paling ganteng disini pasti akan selalu ingat pesan eomma itu. Aku akan menjaga haerin eonni walaupun dia begitu menyebalkan namun aku tetap menyayanginya eomma.” Ucap jeonsan dengan semangatnya

“ hey.. aku tak menyebalkan tauu. Aku hanya mengungkapkan rasa sayangku pada adik tercintaku  inii saja” ucap haerin sambil mencubit pipi gembul jeonsan

“ sudah sudah.. ayo kita lanjut makannyaa” ucap eomma lembut

Flashback off--

“ bagaimana? Eonni sudah ingat?” tanya jeonsan yang dibalas dengan anggukan oleh haerin

Dalam hal ini jeonsan terlihat sangat tegar walaupun sebenarnya di dalam hati yang terdalam dia juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Haerin. Walaupun dia terlihat masih kecil dia tetap tegar menghadapi situasi ini.

“ baiklah sekarang eonni bersihkan diri dulu dikamar mandi. Aku akan membersihkan ini semua” saat jeonsan ingin beranjak untuk membersihkan tempat itu haerin menahan tangannya. “ tidak usah. Biar aku saja yang membereskannya. Kau kembalilah ke kamarmu. Aku baik-baik saja sekarang.” Ucap haerin

“kau yakin eonni?” tanya jeonsan

“hmm.. aku yakin. Kau pergilah jeonsan “ ucap haerin dan diangguki oleh jeonsan tanda dia mematuhi perkataan eonninya.
Seperginya jeonsan haerin kembali mengingat ucapan sang ibu.

“benar.. jeonsan benar.. aku seharusnya tak selemah ini. Aku memang sedih akan kepergian ibu tapi aku juga harus melanjutkan hidupku.” Batin haerin sambil melihat foto mendiang orang tuanya.
.
.
.
.
.
.
.
Hy readerss 😊
Gimana nih kabar kalian?? Semoga selalu sehat yaa
Ini cerita pertamaku, semogaa sukaa yaa 😘😘

HAPPY READING GUYS
💜💜💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Love is Not Over ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang