Grey Sweatpants

4.7K 232 8
                                    

Dering menguakkan telinga yang berasa dari alarm Jaemin, membangunkan si manis dari tidur nyenyaknya, membuat dirinya tersentak dan berbalik. Tangannya mencoba meraih dengan sembarangan, memporak porandakan selimutnya sampai tangannya bertemu dengan ponsel si manis. 

Dia langsung mengambil dan dengan cepat mematikan alarm, kamarnya kembali diselimuti keheningan setelahnya. Dengan masih menguap karena mengantuk, dirinya kemudian bangun dan mendudukkan dirinya. Punggungnya terasa sedikit sakit. 

Satu-satunya cahaya di dalam kamar itu berasal dari lampu neon kecil yang dipasang di sepanjang bagian kepala tempat tidur. Dia telah memasang tirai blackout di jendelanya beberapa saat yang lalu, lebih ingin menjaga ruangannya tetap gelap sepanjang waktu. 

Jaemin mengedipkan kedua matanya yang masih setengah mengatuk, kelopak matanya masih terkulai malas saat matanya berusaha menyesuaikan cahaya di ruangannya. Kepalanya menunduk ke arah layar ponselnya yang cukup terang, dia bisa memastikan bahwa jam sudah mendekati pukul 11 pagi. Dia ketiduran, sedikit. 

Merasakan kantuk lain yang berasa dari dasar kerongkongannya, dia merenggangkan lengannya ke atas kepala, melengkungkan punggungnya untuk diregangkan dan menarik diri dengan kencang. 

Sebuah hembusan nafas lega, keluar dari bibirnya bersamaan dengan mulut yang kembali menguap. Ototnya terasa berubah menjadi jeli saat dia mengendurkan kembali kedua bahunya.

Otak si manis berusaha mengambil waktu yang perlahan untuk bangun sepenuhnya, ingatannya belum begitu terkumpul dengan cepat. Jaemin melihat ke arah bawah, ke arah selimut yang berkumpul di pangkuannya. Setelahnya, beberapa saat dirinya terdiam, sebelum menyadari bahwa dia duduk sendirian di atas kasur. 

Dia tidak pergi tidur sendirian.  

Menyipitkan kedua matanya, Jaemin menolehkan kepalanya ke samping. Memfokuskan pandangannya ke arah meja di dinding yang berseberangan dengan kasurnya. Kursi itu kosong dan 2 monitor komputer yang masih mati, sama seperti dirinya tinggalkan malam sebelumnya. 

Tirai di kamarnya masih disatukan, sehingga tidak ada tanda tirai tersebut di tarik ke samping. Hanya terlihat seinci tarikan, sehingga sinar matahari masih bisa menembusnya, sama seperti pagi hari biasanya. 

Jaemin berpikir, bahwa ini terlalu cepat untuknya mencoba dan menyatukan sedikit informasi dalam sebuah puzzle, yang bahkan belum dibuka sejak awal. Tidak ada guna membuang waktunya untuk sekarang

Mulutnya terbuka kembali ketika ia membuang selimut yang menutupnya dan mengayunkan kedua kakinya di samping kasur. Dia kemudian berdiri, dan tanpa sadar merasa kedinginan mengalir di tulang punggungnya ketika kaki telanjangnya menyentuh dinginnya lantai kayu. 

Meskipun saat ini hampir musim semi, malam dan pagi hari masih terasa sangat dingin. Dia hanya pergi dengan celana boxer dan kemeja putih, namun kedua kakinya hampir membeku sekarang sesaat dirinya bangun tidur dan keluar dari kasur. 

Matanya mengedar ke seluruh ruangan kecilnya, dan langsung tertuju pada sepasang sweatpants abu-abu tergeletak di lantai dekat lemari riang. 

Dengan cepat, Jaemin segera mengulurkan tangan dan meraih celana itu, merapikannya telebih dahulu sebelum memakaikannya di kedua kakinya. Celana tersebut sangat longgar di pinggangnya dan ketika dirinya melihat ke arah bawah, kedua ujungnya nampak mengepel lantai. Kain tersebut secara sempurna menutup kedua mata kakinya hingga tumit dan punggung kakinya. 

Ini sangat aneh. Dia sangat ingat dengan jelas, bahwa tujuannya membeli celana tersebut karena kenyamanan celana dan cocok karena celana akan jatuh di atas mata kakinya. 

Tidak ingin berpikir terlalu banyak, Jaemin mengambil ponselnya di kasur, dan berjalan menuju pada kursi di mejanya. 

Dirinya menyalakan komputer utama, menonton layar yang awalnya berwarna biru, yang menyakitkan matanya, sebelum berubah menjadi layar depan, dimana background fotonya nampak melihat ke arah Jaemin. 

Sweat GreypantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang