Happy reading:)
Semoga enjoy yha!🙃
-
-
-Min Aeri. Itulah namaku. Tapi temanku -ah bukan juga, sih. Aku tidak tahu aku mempunyai teman atau tidak. Intinya, orang-orang menyebutku dengan sebutan 'si anak introvert'. Hehehe lucu sekali, ya? Tapi memang benar, sih. Aku memang seseorang yang introvert --mungkin?
Aku malas memikirkannya. Daripada aku merusak moodku dengan itu, lebih baik aku giat-giat membaca untuk menamatkan cerita favorit ku, yaitu "How Could?" yang akan menuju ending sebentar lagi. Yey! Aku sudah tak sabar untuk membeli novelnya.
Aku berjalan menuju kelasku, mengabaikan tatapan-tatapan penuh intimidasi dari siswa-siswi di sepanjang koridor sekolah.
Kriett~
Aku membuka pintu kelasku, belum juga badanku masuk--aku sudah disambut dengan sambutan yang--Wah?
Mungkin.Entahlah. Ini sudah biasa terjadi. Membuka pintu lalu kejatuhan seember tepung. Aku sudah terbiasa dengan itu. Terbiasa juga dengan suara tawa yang menggelegar dari seluruh siswa-siswi yang ada di sana.
Aku tak apa.
Aku memejamkan mataku sebentar, mengusap-usap wajahku agar tepung yang menyarang di wajahku sedikit menghilang.
Kuatkan dirimu, Min Aeri. Kau pasti bisa. Jangan termakan emosi. Kau itu cerdas emosional.
Aku berusaha menguatkan diriku dalam hati.
Jika aku bilang ini sudah biasa dan sudah terbiasa dengan apa yang menimpaku ini, apakah kalian akan beranggapan bahwa aku gadis yang kuat?
Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tergantung kalian menyikapinya. Aku berusaha kuat di hadapan semua orang yang mem-bullyku. Tapi, apakah kalian tahuㅡaku tak sekuat itu. Aku juga manusia. Aku bisa merasakan sakit, lelah, juga bisa merasa ingin menyerah dengan keadaan. Tapi aku berusaha mengubur perasaan itu dengan susah payah. Dengan tetap menjadi 'anak introvert' seperti apa yang orang lain katakan.
Aku berusaha pergi dari sini. Tapi, sebelum aku membalikkan badanㅡaku sudah lebih dulu terhuyung ke belakang karena tarikan dibahu kananku. Alhasil aku jatuh terduduk.
Aku mendongakkan kepalaku ke atas.
Aku tersenyum sinis. "Belum puas kau mem-bullyku, tuan Jeon?" ucapku santai.Dia berjongkok di hadapanku, membuatku berhenti mendongakkan kepalaku. Kami berdua saling berhadapan. Aku menatapnya dalam akan kebencian, begitupun sebaliknya. Ia juga menatapku dengan tatapan benci dan meremehkan.
"Sayangnya aku tak pernah puas jika urusan bully membully. Apalagi membully Aeri si anak introvert ini," katanya sambil mengelus daguku dan langsung kutepis dengan cepat. Membuat ia langsung berdiri lagi.
"Wohoww ... lihatlah ini, yeorobunㅡsi introvert ini menepis tanganku." Ucapnya lagi sambil mengangkat tangan, memasang raut seolah-olah tidak menyangka.
"Mukaku terlalu suci untuk disentuh orang lain." Ucapku dengan nada sarkastik.
"Apalagi disentuh lelaki yang sudah kehilangan jati dirinya sebagai seorang pria," lanjutku dan itu membuatnya murka.Ia menunjuk nunjuk wajahku sarat akan amarah. "Dengar baik-baik. Kau itu hanyalah sebutir debu yang merugikan. Kau tak pantas berada di sekolahan yang elit ini. Danㅡapa kau bilang tadi? Aku kehilangan jati diriku sebagai seorang pria? Benarkan? Hahahah terserah kau saja, lah. Aku tidak peduli. Yang aku pedulikan adalah bagaimana dan cara apalagi yang akan aku lakukan untuk membully mu di kemudian hari." Setelah berucap dengan nada penuh penekanan di setiap kata, ia perjalan pergi meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERMIND
Fanfiction[COMPLETED] Apakah kalian tahu? Setegar tegarnya hati seseorang pasti akan rapuh juga jika terus terusan disakiti. Selayaknya baja, ia di mata orang lain. Sedangkan di belakang, ia bagaikan sebuah ranting kayu kering yang mudah hancur jika terinjak...