☃️ Happy reading ☃️
***Dadanya naik turun. Kepalanya tertunduk. Air matanya mengalir dengan deras. Gadis itu berusaha menahan isakannya, tapi ia tak sanggup. Ia mengangkat kepalanya, memfokuskan pandangannya kepada lelaki paruh baya itu. Membiarkan semakin banyak tetesan air mata jatuh membasahi pipinya.
"Aku selalu benci wanita itu. Aku benci dia, Pa!! Karena Dia aku gak bisa bahagia. Saat melihatku ingatan kalian selalu jatuh pada wanita itu. Tidak bisakah sekali saja kalian melihatku, menatap wajahku tanpa keraguan. Aku benci tatapan kalian. Aku benci Wanita yang menyelamatkan ku dari maut itu." ucapnya marah sekaligus membentak.
Plakk
Gadis itu terkejut. Pipinya sangat panas dan memerah. Sekali lagi luka baru berhasil ditancapkan dihatinya.
"Diam kamu Khansa!!.. Mamamu rela mengorbankan nyawanya agar kamu lahir di dunia ini dan karena kamu saya kehilangan Istri yang sangat saya cintai. Tapi apa balasan kamu atas jasa yang telah dia berikan. Dasar Anak tidak tahu diri." balas Papa gadis itu dengan emosi yang tersulut.
Yahh. Gadis itu adalah Khansa Arunika. Dirinya tak sanggup lagi menahan semua gejolak yang ingin sekali keluar dari hatinya. Hingga malam inipun tiba. Dirinya yang taksengaja mendengar perkataan Ayahnya kala itu, menjadi awal pengungkapan yang selama ini dirasakannya.
"Kenapa kalian membenciku. Padahal aku tidak tahu apapun saat dilahirkan ke dunia ini. Kenapa kalian menghakimiku. Apa salahku? Dosa apa yang telah kulakukan kepada kalian sehingga aku menjadi seperti ini ?... Ohh, apa Wanita itu sengaja ingin menyiksaku perlahan seperti ini." bentaknya sambil tertawa parau.
" Kurang ajar. Pergi kamu. Rugi saya merawat anak seperti kamu. Harusnya kamu yang mati bukan Istri saya...Pergi kamu." ucap Papanya yang sudah tersulut emosi dan takterima Istrinya direndahkan.
Gadis itu tersenyum sekilas, air matanya semakin banyak yang berjatuhan. Dipegangnya dadanya untuk tak terisak. Ia sudah tak punya harapan lagi. Dari ucapan Ayahnya, gadis itu sudah tahu bahwa hati itu tak pernah tertuju untuk mencintainya. Ia beranjak pergi meninggalkan rumah yang selalu menjadi saksi bisu kesakitannya tanpa membawa apapun.
***
Saat ini Khansa berjalan di trotoar sembari menghapus air matanya yang selalu menetes tanpa henti.
Langit sudah mendung menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Lucu. Sepertinya langit ikut menangis untuk menutupi kesedihannya, dan benar saja tak lama kemudian hujan turun dengan sangat derasnya. Ia terus berjalan tak tentu arah. Marah pada dunia yang tak pernah berpihak pada dirinya.
Tiba-tiba saja dari kejauhan, gadis itu melihat seorang anak kecil yang berlari menuju jalan raya. Untung jalan raya tersebut sepi. Orangtua macam apa yang meninggalkan anaknya sendirian tanpa pengawasan. Khansa memperhatikan sekelilingnya dan hanya dirinya saja yang menyadari keberadaan anak itu. Ia segera berlari mengejar anak kecil tersebut. Yapp, Khansa berhasil. Ia menggenggam tangan anak kecil tersebut menuntunnya untuk kembali. Ibu dari anak kecil tersebut terlihat berlari dengan sangat kencang menuju dirinya.
"Awas!!!" teriak Ibu itu histeris.
Khansa tidak sadar ada mobil yang melaju sangat kencang kearahnya. Tiba-tiba saja kakinya sangat kaku, ia meneguk ludahnya kasar. Akhirnya ia mendorong anak kecil itu untuk kepinggir.
Brukk
Pada akhirnya hanya ialah yang tertabrak mobil tersebut.Badannya terpental kekaca mobil tersebut dan terbanting ke aspal.
Kondisinya sangat mengenaskan. Darah segar mengalir dari kepalanya. Ia mendongak melihat langit yang masih menurunkan air tersebut. Apa ini akhir dari hidupnya?
Semakin lama matanya semakin meredup. Ia hanya bisa mendengar suara teriakan orang-orang, kendaraan dan tangisan Ibu yang anaknya ia selamatkan. Khansa semakin merasakan kesakitan yang menjadi-jadi disekujur tubuhnya. Hingga perlahan ia menutup matanya bersamaan dengan suara yang menghilang.
***
Gadis itu membuka matanya perlahan. Pemandangan pertama yang dilihatnya hanya ruangan yang serba putih dan bau menyengat dari obat-obatan.
Tiba-tiba saja pintu terbuka. Gadis itu menoleh. Dilihatnya seorang wanita paruh baya dan seorang Dokter yang tersenyum berjalan ke arahnya. Gadis yang tidak tahu apa-apa itupun hanya menatapnya datar.
"Akhirnya kamu sadar juga sayang. Mama takut kamu pergi dari, Mama." ucap Mamanya menangis haru.
"Kkk-aammu siapa?" tanya gadis itu terbata.
Wanita itu tidak terlalu terkejut. Dia sudah menduga kemungkinan yang dikatakan Dokter itu benar. Ia hanya mampu tersenyum.
"Ini Mama, sayang. Dua bulan yang lalu kamu ngalamin kecelakaan dan berujung koma. Beruntungnya hari ini kamu sadar, Sayang. Mama sangat bersyukur." ucap Mamanya menjelaskan sambil mengelus rambut panjang gadis itu.
Dokter kemudian memeriksa kondisi gadis tersebut dan kondisinya jauh lebih baik hanya saja jangan terlalu memaksanya mengingat lebih jauh. Mama hanya mengangguk mendengarkan penjelasan Dokter tersebut.
***
Tidak terasa seminggu sudah berlalu. Hari ini gadis itu sudah diperbolehkan pulang. Saat inipun ia sudah berada di rumah minimalis milik wanita paruh baya yang mengaku sebagai ibunya.
Malam ini sangat dingin. Gadis itu hanya menggosok-gosok kan tangannya sembari menerima rangkulan dari Pria yang mengaku sebagai Papanya.
Sedikit demi sedikit gadis itu sudah mengenal tentang dirinya. Wanita yang mengaku sebagai Mamanya perlahan membantunya mengingat walaupun ia masih sangat sulit untuk mengingatnya. Semakin ia paksakan mengingat kepalanya hanya semalin sakit.
Hari semakin malam, Papanya pun menuntun gadis itu untuk tidur dikamar.
Ia membaringkan tubuh gadis itu di ranjang, menyelimutinya dan mengecupnya dengan sayang.
"Selamat tidur bidadari, Papa. Khansa Arunika," ucapnya kepada gadis itu.
Gadis yang mendengar itu hanya menutup matanya dan perlahan masuk ke dunia mimpi.
***
Selamat datang di cerita pertamaku^°^
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle
Teen FictionSemakin lama kupaham akan ilusi ini dan itu sangat menyakitkan. ~ Khansa Arunika __ Makasih udah mampir:)