2

4 1 0
                                    

Happy Ready Guys  And Happyy Reading

🎉🎉🎉🎉🎉

Hari ini adalah jadwal ku untuk cek up, meskipun aku selalu menolak namun bunda selalu berhasil membujuk ku. Bau obat²an memenuhi indra penciuman ku, banyak orang berlalu lalang di koridor rumah sakit. Bunda meminta ku untuk menunggu sebentar karna dokter yang biasanya memeriksa ku sedang mengadakan oprasi.

"Tunggu sebentar yhh sayang, kata perawat itu dokter fani lagi oprasi" ucap bunda yang kemudian duduk di Sebelah ku.

"Bunda Qia jalan² sebentar yhh, Qia bosen bunda, sebentar ko"

"Yaudah sayang iyhh, 20 menit lagi dokter fani selesai jadi jangan lama² yhh" aku mengangguk kemudian meninggalkan bunda di depan ruangan dokter fani.

Entah kenapa rasanya begitu hampa. Kebahagiaan, keceriaan, canda tawa, yang biasanya selalu hadir setiap harinya perlahan hilang. Aku hanyut dalam lamunan, suasana di sekitar taman rumah sakit membawa kedamaian tersendiri untuk ku, rasanya aku ingin berlama lama berada disini, suasana yang tenang, sejuk, membuat ku merasa tenang. Hingga tiba² Seseorang membuyarkan semuanya.

"Hai... Ko sendirian" ucapnya, aku menatapnya dengan malas kemudian kembali menatap lurus kedepan.

"Lagi jenguk siapa ?" ucapnya kembali.

"Ga jenguk siapa²" lirihku dengan nada yang sedikit dingin.

"Jutek amat, saya mengganggu yh" ucapnya, aku menatapnya mungkin dia, tanpa di duga ia juga menatapku, tatapan yang begitu membuat perasaan ku tiba² aneh. Tak mau berlama lama dengan situasi ini, aku pun beranjak pergi dari bangku taman rumah sakit dan hendak kembali ke ruangan dokter fani.

Akupun berjalan menelusuri koridor rumah sakit menatap ke sekeliling, aku pun mengambil sesuatu di dalam saku jaket namun benda yang ku cari tidak ada.

"Ahh pasti jatoh di bangku taman itu" gerutuku atas kebodohan yang sudah ku lakukan kenapa aku seceroboh ini. Saat hendak kembali ke taman rumah sakit seorang dokter muda berdiri di hadapan ku, tunggu itu orang yang tadi di taman.

"Ini punya kamu, tadi ketinggalan" ucapnya memberikan benda milikku, dan aku pun mengambilnya tanpa menjawab. Kemudia tanpa di duga ia pun pergi begitu saja.

"Ehh tunggu..." lirihku yang membuatnya langsung berbalik menatapku.

"Emm makasih dan maaf"

"Iyhh sama² gapapa ko"

"Emm aku Qiana"

"Panggil aja Aray" ucapnya memperkenalkan diri. Entah kenapa aku tiba² memperkenalkan diriku, mungkin sebagai ucapan terimakasih atauu entah lah.

"Dokter Aray aku harus pergi, dokter Fani sudah menunggu dan terimakasih telah menemukan ini" ucapku hendak berpamitan.

"Okey mari aku antar sekalian aku juga ada keperluan sama dokter fani" ucapnya. Kemudian kami pun berjalan menuju ruangan dokter fani.

Sesekali aku tertawa karna tingkahnya entah kenapa bersamanya aku mulai bisa kembali tertawa. Ia menceritakan bagaimana perjuangan ia mendapat kan gelar dokternya dalam waktu yang sangat singkat, suka duka saat ia menjadi coast  hingga ia menjadi dokter. menurutku ia adalah orang hebat dan sangat cerdas karna dalam waktu 1 setengah tahun ia menyelesaikan sekolah kedokterannya.

"Ohiyh dari tadi aku teruss nih yang bercerita, ga ada yang mau kamu ceritain gitu" lirihnya, aku pun menggeleng sebagai jawaban.

"Kalo gitu apa aku boleh tanya, boneka kecil itu spesial banget yah ?"

"Emm iyhh boneka ini spesial dan berharga banget buat ku, aku dapet ini pas hari ulang tahun ku yang ke 15, aku sayang banget sama boneka ini" ucapku menceritakan bagaimana aku mendapatkan boneka itu.

"Waw spesial bngt yhhh boneka nya, pasti dari pacarnya yhhh ?"  aku menggeleng cepat  kemudian seketika membuatku menangiss. Ia berusaha menenangkan ku, dan teruss meminta maaf padaku kami menjadi pusat perhatian seketika tangisan ku mulai mereda karna aku tak mau membuat dokter Aray terkena masalah.

"Ko nangis ? Aku salah ngomong yh, maaf aku ga tauu, yaudah kita lanjut ke ruangan dokter fani, tapi hapus dulu air matanya, anak manis kaya kamu ga pantes nangis" ucapnya lembut. Sesekali ia menyekat air mataku, perlakuannya membuatku yaman berada di dekatnya.

Ia menatapku dengan tatapan merasa bersalah, padahal menurutku itu bukan salahnya ia hanya tak tau apapun tentang kehidupanku. Saat berada di koridor ruangan dokter fani, ia menahan tanganku awalnya kaget namun kemudian aku menatapnya ia pun menatapku lama sekali sampai ia mulai angkat bicara.

"Ini kartu namaku, kalo butuh apa² saat ke rumah sakit, kamu bisa hubungi aku" ucapnya yang lolos membuatku bingung menatapnya.

"Yaudah kalo gitu aku pergi dulu yhh" lanjutnya. "Aku ingin lebih mengenalmu, karna entah kenapa aku merasakan sesuatu yang membuatku nyaman berada di dekatmu"  ucapnya dalam hati. Aku terseyum kearahnya kemudian mengambil kartu namanya. Ku perkirakan umurku dan umurnya mungkin berbeda 4 tahun denganku.

"Hmm baiklah kalo gitu nanti aku hubungi dokter Aray, aku masuk dulu see you dokter Aray" lirihku menatapnya kemudian tersenyum manis kearahnya. Aku pun masuk masuk ke ruangan dokter fani. Sekilas aku mendengarnya berteriak kemudian tertawa, entah apa yang ia lakukan setelah aku pergi dari hadapannya.

"Bukannya dokter aray ada perlu sama dokter fani yhh" tanyaku pada diri sendiri, namun tak terlalu aku pikirkan.

🌿🌿🌿

Aray POV

Aku dikenal dengan sebutan kulkas di rumah sakit, mungkin karena sikapku pada rekan² kerja terbilang cukup dingin dan cuek bahkan jika bukan pada pasien sikapku akan seperti itu. Namun sikap dingin dan cuekku tidak berlaku pada pagi ini.

Di saat aku sedang mengecek keadaan pasien yang berada di taman rumah sakit, aku melihat seorang anak kecil yang sedang duduk dengan tatapan entah kemana. Saatku hampiri tanggapan nya sangat acuh.

Namun entah bagaimana tiba² sikapnya berubah, dia anak yang sangat ceria, manis, dan menggemaskan. Pada satu part mungkin aku salah bicara yang membuatnya menangis, bingung dan tak mengerti kenapa dia tiba² menangis.

Saat dia sudah tenang, ku berikan kartu nama agar dia bisa menghubungiku, entahlah dia akan menghubungiku atau tidak. Yang penting dia memiliki kartu namaku.

Ku perhatikan dia memasuki ruangan dokter Fani, dan secara reflek aku berteriak karna dia bilang akan menghubungiku.

"Kesambet apa lo, senyam senyum sendiri" Ucap sahabatku Elvan

"Ada yang ga beres sama lo ray, lo abis kesambet setan mana " Lanjutnya. Aku tak mempedulikannya dan terus melanjutkan menuju ruangan pasien yang akan ku periksa dengan perasaan yang begitu senang tentunya.

Yeyy akhirnya beres juga buat part Ini🎉🎉🎉

Jangan lupa buat terus support aku yhh guyss...

Pantengin terus ceritanyaaa...

-Icha❤

Doctor, I Love You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang