Cahaya menyengat menerpa wajah seorang pemuda yang tertidur lelap. Ia mengerang terganggu kala memaksa sebelah matanya terbuka, di depannya ia lihat sosok pria yang berkacak pinggang dan menatapnya galak.
"Mau sampai kapan kau bermalas-malasan begitu, Jisung? Bangun!" Setelah puas menegur, sosok itu melenggang pergi.
Jisung mengerang tak terima namun tubuhnya ia paksa bangun dari kasur yang nyaman ketika melihat jam. Pukul 9 pagi, dua jam lagi adalah jadwal kelasnya, pantas saja pria tadi tak segan membangunkan dirinya dengan kasar.
Yah, katakan saja Jisung sudah terbiasa melewatkan jam kelasnya karena terlambat bangun. Tidak bisa disalahkan jika saja ia terbangun dengan kepala yang berat seperti habis tertimpa batu.
Jisung meringis dan menekan kepalanya untuk meredakan rasa sakit yang terus menumbuk, semoga saja dia bisa menyelesaikan acara membersihkan tubuhnya dari bau alkohol dengan keadaan seperti ini.
❇
"Oh, gosh, it's almost summer break! kenapa jadwal dipenuhkan begini? dasar para orang tua itu benar-benar!" Jisung melirik perempuan di sampingnya yang merutuki ketidakadilan dari pihak rektor yang kembali dan memberitahukan pemenuhan kelas agar bisa mendapatkan liburan musim panas yang akan datang.
Terdapat dua pemuda lain yang berjalan di depannya, tampak tak terganggu dengan panasnya langit ketika memasuki cuaca baru setelah musim semi. "Kurasa mereka tidak mau membiarkan kalian lupa tentang kuliahmu selagi kalian menggila diluar sana," sahut pemuda lainnya.
Bohong.
Ucapan pria itu sebuah kebohongan. Bahkan saat ujian berlangsung, masih saja ada mahasiswa yang menghabiskan waktu dengan setumpuk marijuana dibandingkan tumpukan kertas yang menghambat kinerja otak mereka.
Well, walaupun hal itu berlaku untuk weed, hanya saja tidak memiliki efek samping yang berguna. Begitulah menurut Jisung.
Mereka tampak baik-baik saja setelah malam kemarin menyusup keluar dari asrama mereka dan mengunjungi dorm fraternity, tidak seperti Jisung yang berusaha memperjelas penglihatan dengan menyipitkan matanya.
Sungguh, hangover dan cuaca panas bukanlah perpaduan yang baik.
Beruntung kampus mereka sudah terlihat dan Jisung mempercepat langkahnya dengan sedikit tergopoh, meninggalkan ketiga temannya tanpa melihat jalannya dengan benar.
bruk!
"Oh, ayolah! lihat-lihat sekitarmu, bodoh!"
Jisung meringis pedih, pundaknya sangat sakit ketika menabrak pemuda lain yang tampak sangat marah sekarang. Tentu saja dia marah, pria asing dengan lancangnya baru saja menabraknya!
Jisung mencoba membuka matanya sedikit memaksa untuk mengintimidasi laki-laki di hadapannya, namun ia malah dibuat tertegun ketika melihat penampilan pria yang sedikit lebih pendek darinya ini.
Sialnya laki-laki ini memiliki paras manis, kulit yang cerah, hampir seperti manekin dan sudah pasti wajahnya memerah di cuaca seperti ini. Bibirnya.. sial, hampir saja Jisung memuja bibir laki-laki ini jika saja ia tidak memperhatikan pakaian serba hitam dan memiliki tatto yang cukup familiar yang tercetak jelas pada lehernya.
Kenapa kau memperhatikan lehernya, Park Jisung!?
"Dude, what the fuck? are you high?" laki-laki itu bertanya penuh cemoohan ketika melihat merahnya netra Jisung, dan dengan diamnya Jisung yang seperti orang bodoh sudah cukup menjelaskan.
"Chenle!"
Salah satu teman Jisung tadi menghampiri mereka, "Ada urusan apa dengan kau dan Jisung?" perempuan itu bertanya. "Ah, si Park bodoh ini temanmu, Somi?" Chenle berdecih, memperhatikan Jisung dari atas hingga ke bawah, menilai bagaimana buruknya penampilan pria ini yang sangat berbeda sejak terakhir kali ia melihatnya.
"Maaf, have we met before?" tanyanya tanpa sadar.
"Yeah. Dan lain kali kalau ingin bertemu denganku lagi pastikan kau tampil sedikit lebih baik." Chenle memberikan kedipan menggoda sebelum pergi berlalu dari sana, tentunya dengan menabrak pundak Jisung sebagai balasan.
Somi menghela napasnya gusar dan memutar bola matanya. "How the hell you can stand that guy?" Dia bersedekap mengikuti arah perginya Chenle bersama Jisung yang melakukan hal yang sama.
"Who is he? how can he knows me?"
"Ugh. Dia Zhong Chenle, adik dari ketua fraternity yang kita hadiri malam kemarin. Tampangnya menggiurkan, dan juga menyebalkan." Somi berdecih kesal, bibir merahnya mengilap namun Somi tahu dengan benar itu tidak akan menarik perhatian seorang Zhong Chenle.
Setelah itu Jisung berusaha keras mengingat kembali tentang pemuda manis bernama Zhong Chenle. Samar-samar ia mengingat namun kemudian terhalangi oleh dentuman keras pada kepalanya. Bertanya pada orang sekitarnya pun sangat tidak berguna, mereka mengenal Chenle dengan definisi yang sama.
Tampan, cantik, sungguh menggoda jika saja kepala besarnya itu tidak mengganggu. Arogan, menyebalkan, sangat. Kata-kata itu terus berulang hingga Jisung kebosanan.
❇
Jisung mengutuk kebisingan di kafetaria ini. Kepalanya masih belum membaik dan dia seharusnya beristirahat, namun perutnya berteriak hal lain. Dengan sabar ia mengantri, kepalanya terus menunduk dan mencoba fokus dengan makanan di prasmanan.
"Kau akan mengundang kematian If you bump on me again."
Jisunt terkejut ketika Chenle bersuara dari sampingnya, pemuda itu dengan santai mengambil makanan dan menaruhnya di piring Jisung. Sesekali jemari Chenle menyentuh lengan Jisung.. Jemari yang baru saja Chenle jilat guna mencicipi saus mayonnaise.
"Chenle.." panggilnya tegasnya. Chenle menaikan sebelah alisnya pada Jisung dengan deheman kecil, "where do we ever meet?"
Chenle tersenyum alih-alih menjawab. "Tempatku, malam ini. Jangan lupa undang teman-temanmu." Dan pemuda manis itu berlalu setelah memberikan remasan ringan pada bisep Jisung.
❇
TBC.