Aku terduduk di samping jendela, mengamati setiap fraktal salju yang turun. Angin di luar sedang kencang, musim dingin selalu begitu. Beberapa fraktal itu menempel pada kaca yang lama kelamaan menggangu penglihatanku.
Kuraih mug berisi coklat hangat, kusesap dengan nikmat. Kurapatkan sweater lalu kutarik selimut untuk menutupi kaki. Atau aku akan mati kedinginan. Kamarku tidak memiliki penghangat, wajar saja udara di sini tetap menusuk tulang meski aku memakai pakaian berlapis.
Ting! Perhatianku teralihkan oleh bunyi ponsel yang sejak tadi memang kunantikan bunyinya. Pesan dari seseorang
♡
Malam ini dingin sekali. Aku butuh dirimu untuk menghangatkan malamku.
Aku bukan jaketmu. Yang benar saja.
Aku menulis pesan berpura-pura ketus. Padahal hatiku berdebar dengan pipi memanas. Dia benar-benar!!
Ting!
♡
Hahaha Ev, aku bercanda.
Bagaimana natalmu?Tak ada yang menarik. Bagaimana dengan mu?
Natalku akan lebih luar biasa jika bersamamu, Eva Christa
Omong kosong, kau bahkan tak memberitahuku dimana kau tinggalMaafkan aku Eva, kurasa setelah malam ini aku tidak akan menghubungimu lagi.
Seolah dihantam badai salju, hatiku yang hangat berubah beku dalam sekejap. Kenapa begitu, hey ada apa?
Apa maksudmu, Jean?
Berhenti menghubungiku, Eva.Tapi apa salahku? Kenapa sangat tiba-tiba?
Aku tahu kau memiliki perasaan padaku, aku tak ingin itu terjadi.
Maafkan aku Eva.Aku tak mengerti Jean. Bukankah sejak awal kau yang memantik api? Lalu dengan seenaknya kau menciptakan badai untuk memadamkannya.
Kita ini mustahil.
Mustahil, katamu? Setelah bertahun kita jalani kau baru mengatakan kita ini mustahil hari ini? Yang benar saja.
We i'll never be together, Eva. Mengertilah.
Tidak ada yang mustahil jika kita benar-benar yakin dan ingin, Jean.
Jaga dirimu baik-baik. Aku akan merindukanmu, Eva Christa.
Persetan dengan yang dia katakan. Bagiku dia sangat jahat. Bahkan di akhir kalimatnya lagi-lagi mengucapkan omong kosong. Aku melempar ponselku lalu membenamkan wajahku pada bantal. Meraung penuh kepedihan. Penantianku berbulan-bulan hanya untuk hal seperti ini, sungguh tidak lucu, Tuhan.
Aku masih ingat betul pesan dari nya di bulan september.
Hubungi aku saat natal tiba, Eva.
Kejutan malam natalmu luar biasa, Jean. Malam itu aku tertidur dengan hati yang patah dan mata yang basah. Berharap sebuah keajaiban terjadi. Berharap aku dan dia bertemu di suatu tempat dimana aku bisa menatapnya, menyentuhnya, memeluknya, dan memilikinya selamanya.
***
Hello everyone ^^
Akhir nya bisa nulis lagi hehe. Apa kabar? Semoga baik.
Cerita ini mengangkat tema yang sama dengan cerita RE:LIFE yang nggak kulanjut lagi. Ya anggap saja cerita ini kelanjutan cerita RE:LIFE dengan bahasa yang lebih rapi (soalnya cerita lama agak berantakan, hehe)
RE:LIFE sendiri akan aku unpublish biar kalian tidak bingung
*huh btw ada yg baca gak sih ini 😂
Jadi kurang lebih begitu lah ya, jangan heran kalo alurnya sama, anggap saja cerita ini perbaikan gitu heheh.
Oke see you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
True Feeling But Unreal Boy Friend
Teen FictionBagaimana aku bisa jatuh cinta pada dia yang tak pernah ku temui? Bagaimana aku yakin bahwa dia benar-benar ada di dunia ini? Sejak kapan perasaan ini membuncah pada dia yang bisa saja hanya sebuah sistem yang di jalankan komputer? Kenapa aku melib...