FLAWS

91 13 17
                                    

Ini kisah seseorang yang selalu merasa bersalah atas kejadian yang menimpanya.

Seorang wanita yang trauma akan masa lalu dan membawanya pada kenangan pilu yang tak pernah hilang dari dalam dirinya.

"Sampai kapan kamu mau begini?" Tanya nya pada wanita yang diam membisu meringkuk memeluk tubuh nya.

"Ayolah Rain, semua bukan salah kamu. Ini semua sudah di atur sama Tuhan." Tambahnya lagi yang masih di diamkan.

"Kalau kamu seperti ini terus, aku juga bakal sedih. Masa aku harus kehilangan orang yang aku sayang untuk keduakalinya." Setelah kalimat itu dilontarkan, Raina mulai terisak mengeluarkan air matanya yang entah kapan habis.

"Aku takut Dim. Aku takut. Aku takut." Kalimat yang keluar dari mulutnya Raina hanyalah 'aku takut'.

"Ada aku Rain, aku enggak bakal ninggalin kamu, aku bakal selalu disini." Dimas berusaha untuk meredakan tangisan Raina.

"Siapa yang tahu kalau kamu akan selalu bersama aku? Kamu Tuhan? Kamu bisa merencanakan hidup ini? Engga ada yang tahu Dim apa yang akan terjadi esok. Bahkan untuk detik selanjutnya engga ada yang Tahu." Rain akhirnya mulai mengeluarkan emosinya yang selama ini terpendam.

"Iya aku tahu Rain, engga akan ada yang tahu bagaimana nantinya. Tapi untuk sekarang, aku akan selalu berusaha untuk tidak meninggalkan kamu sendirian. Aku akan tinggalin kamu ketika kamu sudah mendapatkan yang lebih dari aku."

Dibalik kalimat yang ia lontarkan, Dimas menahan bulir-bulir air matanya untuk jatuh.

Raina pun seketika menoleh ke arah Dimas yang masih setia menatap wajahnya. Saling bertatap tanpa sepatah kalimat yang terlontar.

Menelisik tiap wajah dari dua insan untuk melihat masihkah ada secarik harapan di antara keabuan perasaan ini?

Dengan tiba-tiba Raina memeluk Dimas yang masih setia di posisi yang sama. Memeluk erat dalam dekapan Dimas "Cukup, aku ga mau kehilangan orang lagi lagi dan lagi. Aku, kamu akan menjadi kita selamanya."

Dimas membalas pelukan Raina dengan air matanya yang ikut jatuh. Namun Dimas meyakini sesuatu, bahwa Hujannya tidak akan pernah pergi.

💦💦💦

Raina kembali kuliah setelah seminggu ia mengambil cuti atas kepergian sahabatnya. Jika ditanya bagaimana perasaannya? Bisa dipastikan masih tidak baik-baik saja. Tapi Raina berusaha untuk tetap menjalani hidupnya untuk sahabatnya.

"Masih bisa masuk kuliah lu Na?" Salah satu mahasiswi menanyainya dengan sarkas.

"Penjahat tuh gitu, ga ada rasa bersalahnya." Timpal seorang perempuan yang satu kubu tersebut.

"Paling nanti juga Dimas yang bakal dibuat mati!"

Cukup! Raina tidak sanggup untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Bahkan Raina tak sanggup untuk membalasnya.

Raina memilih pergi dari kelas itu dan menjauh dari mereka yang membuat hati Raina lagi dan lagi terluka.

Kenapa semesta tak adil untuk hidupnya? Kenapa orang yang ia sayangi pergi satu per satu? Dan kenapa orang yang tidak tahu apa-apa menghakiminya tanpa sebab?

Ia memang suka sekali akan hujan tapi mengapa seperti ini? Bukan hujan yang turun dari langit melainkan air matanya yang selalu turun membahasi pipinya. Dan diakhiri dengan hatinya yang terluka.

💦💦💦

Pagi ini Dimas kembali bekerja. Menyambut hari dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Dimas menyapa teman sekantornya yang datang lebih awal.

FlawsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang