Aku berjalan santai memasuki gedung perkantoran tempatku bekerja. Jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul 8 pagi. Sebelum memasuki ruangan kantor, aku absen di mesin finger print. Tepat jam 08.00.
Kubuka pintu ruangan kantor, kulihat masih sepi. Nampak Ecy di meja resepsionis sedang membersihkan dan menata mejanya.
"Pagi, Mbak! " sapanya padaku saat melihatku yang berjalan menghampirinya.
"Pagi, Cy. Ada surat atau dokumen untuk aku?" tanyaku sambil melihat setumpuk amplop di mejanya.
"Hehehe ... Aku belum cek, Mbak. Aku cek dulu ya, satu per satu. Nanti kalau ada buat Mbak Raya, aku antar deh ke tempat Mbak," ucap Ecy dengan mimik yang lucu.
Aku tersenyum simpul melihat raut wajahnya yang dibuat sok imut itu.
"Baiklah, Cy. Kamu juga baru datang? Biasanya kan, jam segini surat dan dokumen udah kamu pilah satu per satu," kataku santai.
"Iya, Mbak. Tunggu ya, Mbak. Nanti aku antar," sahutnya.
Aku tersenyum dan mengangkat ibu jariku sembari berjalan menuju meja kerjaku.
"Hai, Ray!"
"Eh! Tumben jam segini udah nangkring di kursi kerjamu?" tanyaku pada Dewa, teman kerjaku.
Dewa tertawa pelan sambil beranjak dari kursinya. Berdiri di hadapanku sambil membawa sebuah file di tangannya.
"Pagi ini ada waktu?" tanyanya padaku.
"Sekarang?" Aku balik bertanya dengan heran.
"Tahun depan! Ya sekarang lah, Non! " sahutnya sambil berlalu meninggalkanku yang masih terheran-heran dengan sikapnya pagi ini.
Lalu aku pun mengikutinya berjalan menuju ruang meeting yang tak jauh dari meja kerjaku. Kuletakkan tasku sembarang di atas mejaku. Kemudian bergegas masuk ke ruang meeting.
"Wa, ada apa, sih? Kayaknya penting banget!" tanyaku pada Dewa yang sudah duduk di kursi ruang meeting.
Matanya menatapku. Lalu dia mencondongkan wajahnya ke arahku, membuatku sedikit terkejut dan spontan menjauhkan wajahku dari wajahnya.
"Kita mendapat kesempatan ikut tender customer besar yang beberapa minggu lalu kita omongin," kata Dewa, tangannya menyodorkan file yang tadi dibawanya.
Aku melebarkan mataku, seakan tak percaya dengan pendengaranku.
"Really? Kapan?" tanyaku sembari kubuka file yang diberikan Dewa.
"Apanya?" tanya balik Dewa.
"Tendernya, Wa!" sungutku.
"Empat hari lagi. Please, bantu aku ya! All customer's request ada di situ semua," jelas Dewa.
"Wait! Empat hari lagi?" tanyaku memastikan.
"Yes! Bisa kan, prepare mulai sekarang?" tanyanya.
Aku terdiam dan menghela napas dalam. Lalu menatap Dewa yang duduk bersandar di kursinya sembari memainkan bolpoin di tangannya.
"Wa, udah bicara sama Pak Al?" tanyaku kemudian.
"Udah, kemarin. Dia minta aku discuss sama kamu," ucapnya santai.
Aku terdiam dan menatapnya lagi.
"Ok, after lunch kita meeting. Kamu, aku dan Pak Al," kataku, lalu aku bangkit dari kursiku.
"Baiklah!" sahutnya, kemudian berdiri dan berjalan melewatiku keluar ruang meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Yang Selalu Kutunggu
Short StoryLelah dengan ketidakpastian cintanya membuat Raya Yuditha, seorang Operational Manager sebuah perusahaan Freight Forwarder menyerah. Memutuskan hanya untuk menunggu kepastian cinta yang diharapkannya datang dari seorang Arsen Arkatama dan menolak ci...