"Pasukan pertama, ikut saya sekarang!"
Barisan vampire berjalan tegak mengikuti arahan Junho. Pagi hari ini, Junho diperintahkan untuk turun tangan langsung mencari vampire ras origin yang katanya terlihat di perbatasan hutan tadi malam.
Pasukan berjumlah lima puluh vampire itu mulai bergerak, mengikuti Junho yang pertama kali keluar dari sekolah.
Di pagi hari ini, seharusnya kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Tapi sayangnya, sekolah dikuasai musuh, menyebabkan warga sekolah tak bisa berbuat apapun. Dikurung dan diperlakukan seperti budak, bila melawan akan dibunuh langsung di tempat. Di antara mereka, tidak ada orang yang memiliki kekuatan lebih seperti orang-orang di luar sana.
Karena itu mereka berharap, orang-orang yang diharapkan bisa datang secepatnya.
"Gue mohon sadar, inget siapa lo. Gue gak mau dihadapin pilihan antara hidup dan mati... gue gak mau."
Di dalam rumah kosong di dekat hutan, Minhee frustasi karena Seongmin tak kunjung sadar, pengaruh sihir di oni itu cukup kuat.
Berkali-kali disadarkan, malah mengamuk. Untung saja Seongmin bisa ditahan dengan benda ajaib miliknya, benda khusus untuk menahan oni.
Jujur, Minhee ingin tidur. Dia tidak tidur sejak kemarin, kalau dia tidur nanti Seongmin kabur atau parahnya membunuhnya.
"Seongmin, gue yakin lo bisa lepas dari pengaruh sihirnya..." gumam Minhee sendu.
Yang diajak bicara menggeram, urat-urat menonjol di wajah dan tangannya. Minhee tahu Seongmin hendak menyerangnya, tapi entah kenapa Seongmin tidak maju seinci pun.
Minhee juga tahu kalau Seongmin berusaha untuk lepas, walaupun masih terpengaruh. Apa yang harus dia lakukan untuk melepas sihirnya?
"Gue jadi inget masa lalu, dimana lo jadi oni di depan mata gue sendiri," ujar Minhee mulai bercerita. "Gue marah banget saat itu, kenapa lo jadi oni juga kayak gue? Lo itu temen manusia pertama yang gue punya disaat keluarga gue gak terima gue. Tapi gue bersyukur, lo sama kayak gue, bukan oni yang mengancam kehidupan manusia."
Minhee tersenyum getir, menundukkan kepalanya. "Jujur, setelah tau lo dikendaliin sihir, gue ngerasa gue bukan temen yang baik, gue ngerasa gue bukan temen dan kakak yang baik buat lo. Gue takut lo lepas kendali, Seongmin. Gue gak mau lo mati ditangan penjahat-penjahat itu."
Ia menyeka air matanya, mencoba untuk tersenyum walau sulit. "Gue janji, apapun yang terjadi nanti, gue bakal lindungin lo dari siapapun. Karena gue tau, lo masih Seongmin yang gue kenal."
Hening, Minhee berhenti berbicara setelahnya, menatap kosong sepatunya. Dalam hati dia berjanji, dia akan melindungi Seongmin dari apapun. Walaupun mereka berbeda, Seongmin tetap temannya, tetap adik kecilnya yang berharga.
"Maaf... maafin gue..."
Deg!
Kepala Minhee sontak mendongak ke depan, matanya membulat sempurna. Dia... berhasil?
"Maafin gue, gue jahat banget, gue bunuh manusia, gue bunuh orang lain," tangis si oni bertubuh putih itu.
Minhee menggeleng, merengkuh Seongmin tanpa ragu sambil tersenyum, mengusap-usap punggungnya, menyalurkan ketenangan.
"Semua itu bukan salah lo, tapi salah orang-orang busuk itu. Karena itu, ayo gabung ke kubu gue untuk lawan mereka, nyawa orang banyak ada di tangan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
New Era | 00-04 Line ✓
Fantasy❝ Perang ini... harus diakhiri, dan harus kita yang menang. ❞