Prolog

8 1 0
                                    

Pada suatu hari hiduplah seorang gadis cantik bernama Cinderela. Suatu hari sang ayah menikah lagi dengan seorang wanita yg memiliki dua orang anak. Saat sang ayah meninggal Cinderela hidup bersama ibu dan kedua saudara tirinya. ia selalu disiksa dan diperbudak oleh mereke hingga suatu ketika ia menerima sebuah undangan pesta dansa dari sang pangeran namun sang ibu tiri melarangnya untuk pergi dengan berbagai alasan hingga akhirnya Cinderella pun pergi ke kebun dan menangis disana. Tiba-tiba sang ibu peri datang dan membantunya untuk pergi ke pesta dansa itu, namun Cinderella harus kembali tepat pada pukul 12 malam. Setelah berdansa oleh sang pangeran tanpa terasa waktu sudah hampir tengah malam akhirnya ia pun segera pergi namun salah satu dari sepasang sepatunya tertinggal dan di simpan oleh sang pangeran. hingga akhirnya sang pangeran mencari cinderella sang pemilik sepatu kaca itu dan akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia.

Amora tersendak makanannya saat tepukan keras dilayangkan pada pundaknya. Ia menatap tajam pelaku yang hampir membuatnya tidak bisa bernafas.

"Heh! Nggak tau diri banget yah lo! Enak aja makan-makan disini. Lo nggak lihat rumah udah macam kandang babi? Hah?!" bentaknya menggebrak meja makan.

"Harusnya lo yang nggak tahu diri. Perintah-perintah aja kerjaan lo. Seharusnya gue yang perintah sama lo, karena lo, ibu, dan adik lo yang nggak tau malu itu cuman numpang dirumah gue!" ucap Amora sarkas.

Gadis tadi yang tidak terima oleh perkataan Amora akhirnya menyiram Amora menggunakan segelas air.

"Dasar anak jalang lo!" gertaknya menarik rambut Amora.

Amora yang kesakitan juga tidak tinggal diam kala rambutnya ditarik. "Harusnya lo ngaca! Siapa anak jalang disini?! Gara-gara ibu lo ayah gue jadi cere'in ibu gue!!! Ayah gue lakuin ibu seperti hewan!" teriak Amora marah. Ia menarik kuat rambut Densy yang tidak berdaya lagi karena kekuatan Amora lebih besar darinya.

"Amora!!!"

Amora menghempaskan tubuh Densy hingga terbentur ke meja makan. Ia menatap nyalang Densy yang kini menangis tersendu-sendu dan meringis kesakitan.

"Amora!!! Siapa yang ngajarin kamu kasar kepada saudarimu?! Amora jawab Ayah!!!" Randy berteriak didepan Amora. Pria paruhbaya itu menggoncangkan pundak Amora tidak memperdulikan ringisan yang keluar dari mulut Amora.

"Dia duluan yang kasarin aku Yah! Kalau bukan dia yang duluan, nggak bakalan jadi kayak gini! Densy juga nyebut aku anak jalang!" sahut Amora. Matanya berair, mati-matian ia menahan agar tidak menangis didepan Ayah dan Densy. Ia tidak mau terlihat lemah didepan mereka.

"Enggak Yah! Amora yang duluan narik rambut aku, bahkan dia nampar aku! Dia ngatain aku anak jalang, dia ngatain ibu nggak tahu diri!" bantah Densy berdiri disamping Randy.

PLAK!

Hening.

Amora memegang pipinya yang terasa panas. Ia menatap tak percaya Ayahnya yang juga shok karena ini pertama kalinya ia menampar Amora.

"A-Amora, A-Ayah nggak maks--"

"Amora benci Ayah!"

Amora berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Kini air mata yang sedari tadi ia tampung sia-sia mengucur deras. Amora membanting tubuh bergetarnya ke kasur, ia menangis meraung-raung.

"Ibu, Ayah jahat. Ayah nampar Amora didepan Densy, Ayah jahat, Ayah nggak sayang Amora sejak Ibu tiri datang. Hiks, Ibu, jemput Amora!"

Randy mematung di tempatnya, ia menatap tangannya dengan tatapan tak percaya.

"Maafin Ayah, Amora," ucap Randy. Pria paruhbaya itu menangis karena tamparan yang ia layangkan untuk putri kandungnya.

"Maafkan Ayah...."

"Cih, drama macam apa ini?!" gumam Densy berdecih sinis lalu berjalan meninggalkan tempat perkara. Sepertinya Densy menganggap angin lalu kejadian beberapa menit karena ulahnya.

______

Jangan lupa vote dan komen!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang