Setidaknya kisah ku tidak sesingkat prolog
- Eusideroxylon Zwageri Puteng-________
Arin bergegas menyusul Delon. Tas carrier-nya begitu besar melebihi ukuran badannya.
"Tunggu, Gi!" teriak Arin.
"Ngapain bawa tas gede?" tanya Delon.
Mereka berjalan beriringan.
"Kan mau ke pantai," jawab Arin.
"Kita 'kan mau pengkaderan. Bukan tamasya," jelas Delon.
Penampilannya masih sama seperti saat SMA dulu. Beberapa mahasiswa juga menganggapnya sebagai laki-laki.
"Ish, 'kan sama aja," balas Arin.
Ia sangat kesusahan membawa tas yang lumayan besar itu. Kira-kira ukurannya sekitar 80 L. Delon yang pusing sendiri menukar tas mereka.
"Makasih, Gi." Arin cengengesan.
Mereka lanjut berjalan, melangkahkan kaki memasuki aula yang sudah dipenuhi banyak mahasiswa. Beberapa dari mereka ada yang membawa koper bahkan tas kecantikan.
"Heh! Minggir lo!" ucap seorang perempuan cantik.
Name tag-nya Cassia Ciamea Aliandra. Ia menyimpan kopernya di samping Delon. Memindahkan seseorang yang duduk di sana beberapa detik sebelumnya. Arin yang melihat itu langsung menaruh tidak suka pada Casya.
"Hai, kenalan boleh?" tanya Casya tersenyum pada Delon menjulurkan tangannya.
Delon melirik Arin yang juga melihatnya. Lalu, dengan cepat Delon menarik tangan Arin untuk berjabat tangan dengan Casya.
"Nama gue Arin, lo?" Arin menaham tawa melihat ekspresi Casya.
"Gue Cassia Ciamea Aliandra. Panggil aja Casya," jawab Casya langsung melepaskan tangan mereka.
Ia ingin berkenalan dengan Delon bukan Arin. Terlebih Delon memiliki tampang ingin segera dinikahi.
"Lo siapa?" tanya Casya tidak ingin kesempatannya terlewat.
"Delon."
"Oh, Delon lo jurusan apa?"
Delon membuang napas jengah. Bisa-bisanya ada perempuan seperti itu di sampingnya.
"Akuntansi."
"Oh?! Sama doang, gue juga akuntansi. Wah, berarti nanti kita sering ketemu, ya?" Casya mulai berkomat-kamit.
"SKSD banget jadi orang. Pengen gue gampar, udah tau mau pengkaderan malah bawa koper sama alat make up." Arin membatin.
"Eh, Lon. Bukannya kita jurusan manajemen, ya?" Arin membenarnya.
"Iya, gue lupa," jawab Delon membenarkan.
"Yah, berarti kita enggak sering ketemu doang sama Casya," tutur Arin melirik perempuan di samping Delon.
Casya yang paham langsung duduk diam. Membuat Arin cekikan tidak jelas. Delon mengacungkan jempol padanya.
Bisa-bisanya Casya diperlakukan seperti itu. Seumur-umur, ia belum pernah dihalangi oleh siapa pun.
"Delon! Arin!" panggil seseorang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
.
"Lon, tas lo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DeZa's Story 2 (On Going)
Teen Fiction(Sequel 180°) Baca cerita pertama dulu, ya! 180 Derajat : DeZa Story ⚠️TRIGGLE WARNING⚠️ [HARGAI AUTHOR DENGAN MEMBERI VOTE🌟] [Masih terdapat bahasa kasar🚫] Setelah lulus sekolah, keduanya mulai kuliah di perguruan tinggi yang sama dan dengan saha...