Chapter 1

40 1 0
                                    

*Vote dan komen jangan lupa ya*
Follow jugakk
_________________________

This house is on fire (woo),
Burning tears right off my face.
What the hell do we do.
Tell me we make it trough

Dear Satya, kepergian kamu membuatku menemukan siapa aku dan siapa mereka. Maaf aku sempat ragu. Seandainya dari dulu kutinggalkan mereka, kita tak akan seperti ini.

Satya, semuanya punya waktu. Seandainya kamu mau menunggu sedikit lama. Aku mencintaimu, tapi aku tak akan memintamu kembali atau membiarkanmu kembali.

Satya, kamu adalah awal dari kehidupanku saat ini. Aku bisa hidup menjadi diriku berkatmu. Tapi aku tidak tahu kapan aku akan mulai mencintai lagi.

**

Where we go?”

Aku tidak tahu kemana mobil ini akan melaju. Menembus kota, melalui hutan. Satya tidak menjawab rasa penasaranku, dia hanya tersenyum. Kemanapun kita pergi, aku merasa tenang. Aku rela menukarkan apapun untuknya.

Kita hanya diam, ketika kita memulai ini. Satya bukan yang pertama, tapi dia satu-satunya. kita bisa pergi kemanapun kita mau, tangan kita menyatu seolah dia takut kehilanganku.

Jalan-jalan kota Jogja sudah hafal kita lalui bersama. Satya membawaku ketempat-tempat tak terduga di kota ini. Dia yang membuatku berani pergi dari rumah, meninggalkan semua orang yang pernah aku cintai. Dia yang membuatku berani atas diriku sendiri.

What the….” Aku tidak bisa berkata-kata, tempat ini lebih dari indah.

“Kamu kan yang bilang pengen kesini? Kenapa si?” Satya berjalan dibelakangku. Aku terpesona berada disini.

“Kamu tau Rangga kan? Dia bawa Cinta kesini.”

Ada Apa Dengan Cinta, salah satu film terbaik yang pernah aku tonton. Kemana Rangga membawa Cinta pergi menjadi tempat yang ingin aku tuju. Dan kini Satya membawaku tempat itu. Tempat ini seperti candi yang runtuh, luas dengan banyak bebatuan.

“Kamu.... cantik.”

**

Take me back in time. Satya masih satu-satunya. Awal pastilah ada akhir. Bukan perkara mudah hidup bersanding dengan semua yang pernah kita punya. Tempat-tempat yang pernah kita tuju, jalan-jalan yang pernah kita lalui, malam panjang yang kita lukis bersama, dan hati yang masih tersisa.

Satya di sana, bertemu lagi kita hanyalah dua orang asing. Rumahku bukan lagi tempat yang sama, semua kenangan yang tersisa menyiksaku. Rumahku hanyalah tempat yang pernah ada kita.

Kesalahan terbesarku karna telah mengatakan itu. I even forgive you, if you don’t wanting to leave.

**

Stay here.” Lagi pula besok hari libur, aku ingin menghabiskan waktu dengan Satya.

Hanya berbaring di sofa apartemen dengan layar tv yang dibiarkan menyala menayangkan film-film barat. Meja penuh dengan camian, cola dan beberapa kaleng beer. Pada dasarnya tv kita abaikan sedangkan kita asik satu sama lain. Even just touching, cuddling. Kita tersenyum dalam pandang, menikmati bagaimana indahnya kita berdua.

“I like your hair.”

I’ll keep it for you darl.” Satya menciumi rambutku, sesekali mengacak-acaknya.

I love you.”

**

Menonton film yang dulu sering kuabaikan saat masih bersama Satya. Sebenarnya film itu sudah kita tonton lalu putar kembali. here I am, mengulang kembali.

Satya tidak pernah pergi dari hatiku, tak ada sedikit pun yang mampu mengusik hatiku. Aku tidak pernah menyesal pernah meninggalkan rumah untuknya. Karenanya aku malah berterimakasih untuk menjadi diriku dan berani atas diriku.

Tadi pagi aku berpapasan dengannya, kita layaknya orang asing. Dia yang memutuskan menjadi orang asing, aku hanya mengikutinya.

Rambut ini, bagian yang paling sering menjadi sasaran tangannya aku masih menjaganya agar tetap panjang.

**

Lagu pesta berputar dengan dentuman mengisi seluruh ruangan. Terkadang Satya membawaku ke pesta atau kami berpesta berdua. He is good dancer. Tanganya membawaku bergoyang mengikuti irama, I’ve never even do this before.

“Kita nggak perlu kemana-mana.”

“Ya aku mau kemana tanpa kamu?”

Satya menciumku. He is my best dance partner ever.

**

Aku hanya mencoba kembali normal. Melakukan segalanya senyaman mungkin. Menutupi semuanya bukan perkara mudah. Dua minggu yang sangat berat.

Fake it until you make it.” Bisikku sebelum berjalan keluar.

Aku hanya berharap tak berpapasan dengan Satya. Jalan ini searah dengan apartemennya. Entah apa yang aku pikirkan hingga menyetujui ajakan Jean dan Gio makan di daerah ini.

Aku memang beruntung tak berpapasan denganya di jalan, tapi aku melihatnya di cafe dekat apartemenku. Satya terlihat biasa, dia tertawa bersama teman-temannya.

It looks easy for you.”

Apa yang dilakukan Satya semakin menyakitiku. Dia bersenang-senang. Mungkin kemarin memang bukan apa-apa untuknya. Tapi kenapa dia bisa seperti itu? Dulu segalanya teramat sempurna.

“Oh maaf.” Hingga aku menabrak seseorang di pintu lift.

____________________

Chapter 1 dulu, gimana gimana??
Next??
Penasaran ga si?
Sama yg bikin mereka pisah?
Engga ya?

For The Love That I've Lost ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang