Awal Pertemuan

251 36 3
                                    

"Uhuk! Uhuk!"

Suara batuk terus menggema, di dalam kamar nampak seorang pemuda berbaring di bawah selimut dengan kompresan kain didahinya. Melihat dari dekat, akan menemukan jika wajah pemuda itu sangatlah pucat.

Langkah kaki terdengar sejenak sebelum pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok pemuda lain berjalan masuk dengan wajah acuh. Tetapi, siapapun yang melihat netranya akan mengetahui jenis kekhawatiran yang tertuju pada pemuda lain yang terbaring.

"Gege! Uhuk!" Shen Yuan membuka kedua kelopak matanya dan menatap sayu pada pemuda lain yang kini duduk disamping ranjangnya.

"Hm..." Shen Jiu hanya bergumam, salah satu tangannya terulur dan menyentuh pipi pucat Shen Yuan. Membuat kontras antara warna kulitnya yang sehat dan kulit pucat, "Bagaimana keadaanmu?"

Pertanyaan dengan nada acuh itu membuat Shen Yuan sedikit melengkungkan bibirnya. Shen Yuan mengetahui jika dibalik ketidak peduliannya itu terdapat kekhawatiran yang begitu dalam terhadapnya.

"Sudah lebih baik!"

.
.
.

Dentuman keras berasal dari terbantingnya pintu terdengar di seluruh rumah.

Pemuda tampan didalam ruangan hampir saja terjungkal dari kursi yang didudukinya, jika kedua tangannya tidak memegang pinggiran meja. Setelah menstabilkan posisinya, salah satu tangannya terangkat dan mengelus dadanya, mencoba menenangkan jantungnya yang hampir terjun dari dadanya.

"Apa kau tidak bisa jika tidak menendang pintu?" Tanyanya dengan nada yang tidak berdaya.

Pemuda tampan lain yang menjadi pelaku penendangan pintu, hanya meliriknya tidak peduli.

"Kali ini ada apa lagi?"

Luo Bingge membaringkan diri di tempat tidur dan menutup matanya.

Dengusan dingin terdengar, "Kau masih berani bertanya?"

Mendengar nada tidak menyenangkan itu, Luo Binghe hanya menaikkan salah satu alisnya. "Aku bertanya karena aku tidak tau."

Luo Bingge membuka salah satu matanya dan menatap Luo Binghe yang mendesah lelah. Sepertinya bukan hanya aku yang mendapat masalah. Seru Luo Bingge senang dalam hati.

Setelah menimbang sejenak, Luo Bingge mendudukkan diri dan memutuskan untuk memberi tau Adik kembarnya tentang masalah yang dihadapinya hari ini.

"Mu Qingfang memberiku tugas yang sulit." Keterdiamannya yang tiba-tiba membuat Luo Binghe menatap ke belakang. Hasilnya, tatapan dingin yang didapatnya. "Semua ini salahmu, aku ingin mempelajari Arsitek dan kau dengan seenak perutmu memasukkan ku menjadi Dokter!"

Luo Binghe menatap kosong sebelum dengan cepat memalingkan wajah, merasa sedikit bersalah -ingat, hanya sedikit.

"Yaah... Kau jadi Dokter bisa menguntungkan."

"... Apa keuntungannya?" Luo Bingge menyipitkan mata.

"Kau tau semua titik fatal Manusia." Meski Luo Binghe memotong kata-katanya, Luo Bingge masih paham apa kelanjutan ucapannya yang terpotong.

"Dan, hal itu juga menguntungkan ku. Jika aku sakit, tidak perlu ke Dokter, kan ada kau."

Luo Bingge yang baru saja berimajinasi dan dihancurkan oleh kata-kata Luo Binghe: "..."

Ternyata memang hanya ingin memanfaatkan pekerjaannya, Adik sialan memang.

***®***

Heart RateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang