Mujigae ─「November 2020」

109 25 7
                                    

Memiliki pacar tampan dengan tubuh jangkung atletis dan pesona memikat memang tak mudah. Menunggunya agar sampai duduk di hadapanku saja membutuhkan waktu hingga sepuluh menit, padahal jarak kami tak jauh.

Mau tahu kenapa?

Kenapa lagi jika bukan karena mahasiswi centil yang sengaja menabraknya lalu ber-acting kesakitan agar Jaemin meminta maaf dan memberikan secuil perhatian padanya.

Iya, hanya secuil.

Perempuan itu rela mengeluarkan bakat berharganya hanya untuk mendapatkan secuil perhatian dari pacarku.

Aku berdiri dari kursi, mendekati Jaemin yang sekarang terjongkok memperhatikan pergelangan kaki seorang perempuan yang tidak ku kenal tapi sepertinya gadis itu satu jurusan dengan Jaemin..

..dan mungkin juga satu kelas.
Karena Jaemin sepertinya sangat merasa bersalah dan cukup khawatir.

"By? Kenapa?" Tanyaku yang langsung menyentuh pundak Jaemin. Baik Jaemin, gadis yang terjatuh, dan teman gadis itu yang berpura-pura memasang tampang khawatir, semuanya menatap kaget ke arah ku.

Jaemin langsung berdiri, tersenyum senang. Aku jadi mengerti, sepertinya dia tahu kalau gadis itu hanya berpura-pura, hanya saja Jaemin bingung bagaimana memperlakukannya. Sudah ku duga, pacarku tak sebodoh itu.

"Dia jatuh gara-gara aku." Lapor Jaemin langsung. Sementara yang terjatuh seketika menunduk dengan wajah tak suka.

Aku jadi berjongkok, menggantikan posisi Jaemin. Dengan cekatan mengangkat pergelangan kaki mahasiswi itu, gadis itu kaget, tapi tak berteriak atau sekedar meringis kesakitan.

"Fake." Cibirku yang langsung bangkit. "Bangun." Kataku menantang, bisa ku rasakan Jaemin mengulum bibir menahan untuk tidak tertawa. Saat ini, aku tak peduli apa yang ia atau orang lain pikirkan. Aku hanya ingin satu, gadis itu segera berdiri tegak tanpa rasa sakit palsunya.

"Gimana dia bisa diri? Kakinya sakit!" Bela temannya yang memasang wajah gusar.

"Masa, sih?" Aku menatap orang yang terduduk di bawah sambil memegangi pergelangan kakinya kemudian meraih kedua tangannya dan membuat gadis itu bangkit. Selama seperkian detik dia berdiri dengan normal, sampai akhirnya baru ingat akan aksinya dan kembali berpura-pura kesakitan.

"Cih." Decihku tak suka. Baru saja ingin melontarkan kalimat kasar, Jaemin langsung menarik tanganku, membawaku pergi dari kantin fakultasnya.

"IHHH! Kenapa kamu tarik aku, sih?" Cetusku berontak sampai genggamannya terlepas. Jaemin memasang wajah datar, namun tiba-tiba menipiskan bibir, wajahnya jadi tak terkontrol sampai akhirnya tawanya meledak. Yang membuatku kaget adalah dia tiba-tiba memelukku sambil mengelus bangga kepalaku.

"Gemasnya.. makasih, ya. Tapi kamu serem. Aku jadi takut. Tapi gapapa. Aku suka pawang galak." Bisiknya di akhir kalimat.

Aku mengerucutkan bibir, perlahan membalas pelukannya. "Kamu tuh kebiasaan, gak bisa tegas. Mereka kan jadi ketagihan cari perhatian kamu."

"Aku suka liat kamu cemburu, bunny."

"Ish." Segera ku dorong tubuhnya menjauh dengan kesal. "Jadi gitu.. Gimana kalo akhirnya kamu malah beneran perhatian sama cewek-cewek itu?" Tanyaku dengan nada sedikit meninggi.

"Apa, sih?" Jaemin terkekeh. "Kamu gak percaya sama aku? Aku harus gimana, hm? Apa aku penuhin semua sosial media aku sama foto kamu?" Dia menangkup pipiku sampai pipiku membulat karena terapit tangannya.

"Ngg.. enggak, sih. Itu sedikit berlebihan."

Jaemin tersenyum, senyum yang selalu bisa membuatku ikut tersenyum. Tangannya di pipiku perlahan mengendur. "Hari ini selesai kelas, aku ada urusan. Kamu pulang sendiri.. gapapa, kan?"

First And LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang