kesepuluh ,

1.9K 291 21
                                    

"Sudah dengar? Pesawat yang dikendalikan tunanganmu hilang kontak!"

Hari itu, kala mendengarnya, kalimat tersebut lebih terasa seperti kutukan ketimbang berita. Perlu waktu cukup lama bagiku untuk mencerna informasi yang kuterima. Ragu-ragu, kujatuhkan pandang melewati sofa. Televisi menyala di atas bufet sana, sementara tanganku gemetaran memegangi ponsel yang masih bersuara.

"[Name]!"

Panggilan itu tidak kuacuhkan. Kuputus telepon secara sepihak. Sebisa mungkin mengatur napas, kumatikan televisi yang rasanya justru membuat pikiranku makin menjadi-jadi.

Satoru sudah berjanji.

Dia pasti kembali.

Akan tetapi, sekuat apapun kucoba menenangkan diri, aku tidak mampu mencegah air mata yang mengaliri pipi.

Bagaimana dia? Bagaimana keadaannya? Apakah dia akan baik-baik saja? Satoru sudah berpengalaman. Dia cekatan dan bisa diandalkan. Aku hanya perlu percaya padanya, bukan?

Tuhan, kumohon jangan.
Kami bahkan belum sampai pada tahap pernikahan.

Tuhan, kumohon jangan.
Aku masih ingin memberinya lebih banyak kebahagiaan.

Tolong, jangan.

Tangisku berakhir pecah.

Satoru akan pulang.

Aku percaya, sebab benang-benang kasih sayang yang terentang di antara kami tak akan pernah bisa menghilang.

Benang itu akan memberinya jalan pulang.

half ↬ satoruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang