nava palace

3.3K 587 51
                                    

Emosinya memuncak, darahnya mendidih seperti diatas api ketika mendengar ada tetangga baru di seberang unitnya. Sebenarnya tak apa jika orang ingin tinggal di apartemen milik keluarganya

Tapi, bagaimana jika musuhnya yang tinggal dan menjadi tetangga di griya tawang ini?

Jane merasakan semuanya. Alih-alih tinggal di apartemen, keluarga Thom malah memilih di lantai yang sama dengannya.

Jelaslah ia merasa tak terima. Sekian lama tidak memiliki tetangga di lantai 99, sekalinya dapat tetangga malah musuhnya sendiri.

"Kak, ternyata ada dua keluarga yang menghuni di apartemen ini" katanya sembari memasuki kamar kakaknya

"Kali ini siapa lagi?!"

"Jacob, di lantai 97"

Ia membulatkan matanya, merasa tak terima. Hadiah yang Jacob berikan ternyata ini. Dari sekian banyak unit yang kosong, kenapa mereka berdua memilih lantai yang paling mahal diantara yang lain?

Berusaha mempermainkan Jane, gitu?

"Ah brengsek!" Jane membanting gelas mahal yang ada di genggamannya

Jane keluar dari kamar, mengabaikan adiknya yang masih berada di ruangan tersebut. Ia turun melewati tangga, menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi besar di ruang tamu.

"Harus banget Papah nerima bajingan di apartemen kita?"

Kedua orang tuanya saling menatap bingung, siapa yang anaknya maksud?

Jane merotasikan bola matanya, percuma memiliki griya tawang terbesar kalau otak masi lemot "Keluarga Vabian? Kenapa harus lantai paling atas bareng kita sih?!"

Pria bernama Jiyong Bagaskara itu menghela napasnya "Mereka baru dateng dari Amerika loh, Vabian sendiri yang milih apartemen ini buat tempat tinggal baru mereka."

"Terus nanya, lantai paling atas masih ada yang kosong atau engga. Mereka pasti tau dong, di lantai berapa yang punya harga tinggi,"

Ketukan langkah heels yang dikenakan Lisa menghiasi ruang tamu tersebut "Papah juga ngebiarin orang baru yang tinggal di lantai 97?!"

"Kalian kenapa sih? Lagian, bukannya enak kalau banyak orang terpandang masuk ke apartemen kita? Semakin banyak yang masuk, nilai jual apartemen kan semakin mahal."

"Aishhh percuma, dasar mata duitan." umpat Jane yang sudah jelas didengar oleh kedua orang tuanya

Mereka tidak marah, hanya membuang napas kasar. Bingung dengan sifat kedua anaknya, benar-benar mirip sekali dengan orang tuanya saat masih remaja.

Jane keluar dari rumah, disusul oleh Lisa yang kini berjalan cepat untuk mensejajarkan langkahnya. Berniat ke lantai 96 untuk menghampiri Rose, keduanya malah harus berhadapan dengan Thom dan Jacob disaat lift hampir tertutup.

Kedua pemuda itu tersenyum ramah pada si kembar, seolah tidak terjadi apa-apa di hari ini "Hai Jane,"

Suara beratnya membuat bulu kuduk Jane merinding. Padahal sepulang sekolah ia hanya ingin bersantai tanpa diganggu siapapun, tapi ada saja masalah yang dibuat oleh musuh barunya

Thom mengulurkan tangannya sebelum berkata "Salam kenal tetangga baru, Jane Bagaskara."

Ia menatap tangan pemuda di sampingnya, entah terlihat tulus atau tidak. Yang jelas, kali ini Jane menganggapnya bahwa ia telah diremehkan oleh pewaris Victorian High School.

Jane menangkis tangan Thom disaat lift terhenti di lantai 96, dimana ini adalah tujuan ia dan adiknya.

"Sampai kapan pun, gue gak pernah sudi tetanggaan sama penjilat."

highclass. ― taennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang