Daes Eag

169 17 0
                                    

Seorang pria terlihat berdiri sambil meregangkan otot dibadannya, netranya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke dalam apartemennya, lalu berubah tajam menatap jejeran pot tanaman di balkon miliknya. Dengkusan kesal bercampur bingung keluar dari hidungnya.

Kesal karena tanaman di balkonnya bertambah, padahal dirinya bukan seseorang yang rajin merawat tanaman. Ia membelinya hanya untuk hiasan agar tidak terlalu sepi bahkan ia sendiri tidak tahu jenis pohon apa yang ia beli.

Sementara itu, tanaman yang biasanya hanya berwarna hijau, kini terdapat banyak tangkai bunga merah dan pink yang ia tancapkan secara acak di pot tersebut. Ia merasa tanggung jawabnya bertambah karena harus merawat bunga-bunga itu. Padahal ia sendiri tidak tahu apakah benar seperti itu menanamnya, ia hanya tahu tanaman membutuhkan tanah, air, dan sinar matahari.

Ia juga bingung dari mana asal bunga-bunga merah yang didapatkan ini. Tidak ada nama pengirim, hanya sepucuk surat yang isinya selalu sama dan ditunjukkan untuk dirinya. Pikirannya melayang, berpikir siapa dan apa tujuan dibalik kiriman bunga yang didapatnya setiap hari.

Kedua alisnya berkerut hampir menyatu, berpikir keras menebak siapa orang yang memiliki kemungkinan mengirim bunga sebanyak ini.

Mulutnya bergerak kecil, seraya menghitung jumlah tangkai bunga yang telah didapatnya.

"Dua puluh lima..." Artinya, sudah dua puluh lima hari ia mendapatkan kiriman bunga setiap harinya.

"Apa gue punya fans ya??"

"Hehe, keren juga gue punya fans gini. Tapi siapa anjir orang yang mau repot-repot beli bunga tiap hari, segala ga nunjukkin muka bikin penasaran aja"

"Lagian bunga apaan si ini"

Selama hampir satu bulan ini, tepatnya dimulai pada awal bulan, ia mendapatkan bunga. Saat itu, seorang anak kecil memberinya setangkai bunga merah, katanya sebagai rasa syukur masih diberikan kehidupan ditahun ini. Awalnya tentu ia bingung, namun kebingungan itu segera ditepisnya, dirinya hanya mengangguk pelan seraya tersenyum menerima bunga merah tersebut.

Namun, senyum yang awalnya ia berikan kepada orang-orang asing yang memberinya bunga, luntur digantikan dengan air muka heran. Pasalnya, sejak kapan orang-orang zaman sekarang punya waktu untuk membagikan bunga setiap hari? Apakah ini bulan bunga nasional?

Kebingungannya semakin bertambah sejak hari ke 10, bunga yang didapatnya itu seperti sengaja diberikan untuknya, bukan sekadar dari orang asing untuk orang asing yang lain. Bunga ini dititipkan pada satpam apartemennya. Selain itu, terdapat surat yang menunjukkan namanya.

New membuka aplikasi pesan di ponselnya. Membaca beberapa kiriman pesan dari kantor dan temannya. Lalu, membuka pesan dari Krist, tetangga apartemennya yang memberi tahu ada titipan bunga yang ditunjukkan untuk New dan disimpan di pos satpam.

 Lalu, membuka pesan dari Krist, tetangga apartemennya yang memberi tahu ada titipan bunga yang ditunjukkan untuk New dan disimpan di pos satpam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ish, pagi-pagi udah bikin gue mikir keras aja anjir ni bunga."

"Siapa pun yang ngirimin gue bunga, keluar kek lo! Bikin pusing aja."

Daes EagTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang