Prolog

3 1 0
                                    

Hujan yang turun dengan lebat membuat para pengendara sepeda motor roda memilih untuk berteduh di emperan toko. Seorang perempuan terlihat sedang menikmati hujan yang turun walau harus menunda perjalanannya.

"Bogor dan hujan adalah sebuah kesatuan yang menyenangkan" katanya ketika tetesan air hujan mengenai telapak tangannya. Senyumnya semakin lebar takala ia mencium aroma Petrichor.

Semakin dihirup semakin dia merasa tenang. Mengabaikan orang-orang disekitarnya yang juga berteduh dari hujan.

Bukan, bukan ia tidak ingin untuk bermain dibawah air hujan sampai memilih untuk berteduh namun karena ia ingin mengunjungi sebuah tempat. Jadi, tidak mungkin ia datang kondisi basah kuyup.

Menatap langit dan melihat hujan yang mulai reda, membuat perempuan itu berpikir,  "Lanjut atau tidak, ya? Tapi nanti malah basah. Tunggu sebentar lagi baru lanjut perjalanan."

"Permisi mbak" sedikit terkejut perempuan itu ketika sebuah tangan menepuk pundaknya.

"Iya?" perempuan itu bertanya pada laki-laki yang menepuk pundaknya.

"Boleh saya tahu sekarang jam berapa?"

Tersenyum kerena mengetahui niat laki-laki tersebut. Jarum panjang menunjukan angka 8 dan jarum pendek menunjukan pada angka 10.

"Jam 10.40 pak" Jawab perempuan itu.

"Oh, oke. Terima kasih mbak" Laki-laki itu tersenyum lalu mundur beberapa langkah menjauh dari perempuan itu.

Reda hujan yang disambut antusias oleh para pengendara motor. Satu persatu mulai pergi dan melanjutkan perjalanan mereka termasuk laki-laki dan perempuan tersebut.


***

See you di bagian selanjutnya.

Hope you enjoy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang