first - last

51 14 11
                                    


"Apa kau tidak muak melihatku di ruangan ini setiap hari?" Laki-laki di seberangnya hanya mengangkat alis, "Sekarang aku tanya, apa kau tidak bosan setiap hari membuat ulah dan berakhir di ruangan ini?"

"Heol, bilang saja kalau kau ingin aku terus-terusan ada disini sambil menemanimu sampai matahari terbenam, Han Jihyun." balas gadis bersurai cokelat itu cepat. Jihyun mengangkat alisnya lagi, Gadis ini benar-benar batinnya kesal. Ini sudah kesekian kalinya dia duduk di seberang Park Minhee—gadis pembuat onar yang baru saja merusak loker salah satu murid dan mengisinya dengan sampah kertas, yang dua hari lalu ketahuan merokok di halaman belakang sekolah, membolos banyak mata pelajaran dan bahkan nyaris merusak beberapa tuts piano di ruang musik.

Dan parahnya, beberapa bulan ini, ia diperintahkan oleh Jo ssaem untuk memberi sanksi terhadap gadis satu ini. Dengan alasan guru-guru sudah kewalahan menghadapi sikap dan perilakunya yang tidak ada sopan santunnya sama sekali.

Alasan klasik, tapi setidaknya, organisasi yang dipimpinnya sekarang bisa menjalankan program kerja secara maksimal dengan adanya presensi gadis ini.

"Ya," suara Minhee memecah kesunyian. "apa-apaan ini? Novel?" sambungnya kemudian menarik salah satu buku tebal yang di covernya bertuliskan "How to be Yuhn Jimin's Wife". "astaga, aku baru tahu ternyata Ketua Dewan Ketertiban Sekolah menyukai buku romansa,"

Jihyun merebut buku itu. "ini milik Suhyun-sunbae" . Minhee tertawa mengejek, "bukankah sekolah melarang untuk membawa buku seperti ini?" "ternyata Dewan Ketertiban Sekolah melanggar aturan sekolah, astaga. Ini miris sekali!"

Jihyun mendecakkan lidahnya kesal. "sekolah juga melarang cat kuku dan vape, Park Minhee-ssi". "itu artinya kita sama-sama melanggar, Jihyun-ssi. Lagipula untuk apa Suhyun-sunbae meletakkan novel di tempat seperti ini selain untuk menyembunyikannya?"

Han Jihyun menyeringai, gadis di depannya ini benar-benar unik. "Oke, lupakan saja soal novel, cat kuku dan barang-barang terlarangmu yang lainnya. Cepat selesaikan hukumanmu dan kembali ke kelas,"

. . .

"Sudah kubilang, jangan surat panggilan untuk orang tua!"

Ruang Dewan Ketertiban Sekolah kembali didatangi oleh Park Minhee di hari selanjutnya. "orang tua Choi Hyejin menuntut orangtuamu untuk datang, Park Minhee. Ini bukan keinginanku," jawab Jihyun.

Pagi tadi, Park Minhee berbuat onar lagi. Kali ini, mengganggu Choi Hyejin dan nyaris membuang semua isi tasnya ke dalam parit belakang sekolah dan satu lagi, Minhee mengecat rambut bagian bawahnya dengan warna biru terang. "ya sudah, katakan saja orang tuaku sibuk dan tidak bisa memenuhi panggilannya!" seru Minhee.

Han Jihyun memijat pelipisnya, "sekarang kau juga mengecat rambutmu, Minhee-ya, kau tahu,kan, sekolah memiliki aturan 'murid tidak diperbolehkan untuk mengecat rambut'?" ucap Jihyun cepat. "ini hanya bagian bawah rambutku, Jihyun, astaga. Lagipula aku bisa menyembunyikannya," sanggah Minhee sambil memainkan rambut panjangnya.

"Menyembunyikannya? Setelah Jo ssaem melihat rambutmu dan memarahiku habis-habisan, sekarang kau bilang menyembunyikan?" tanya Jihyun. Kening Minhee berkerut, "kenapa Jo ssaem memarahimu?"

"Karena kau terus berulah, membuat masalah, menindas teman-temanmu, mengganggu mereka, melanggar banyak aturan sekolah dan semua hal yang telah membuatmu selalu kembali ke ruangan ini! Dan buruknya lagi, akulah yang berkewajiban untuk bertanggung jawab atas kelakuanmu! Tidak bisakah kau menyadarkan dirimu sendiri dan berhenti bertingkah buruk, Park Minhee?" intonasi Jihyun meninggi.

Di Balik OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang